NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10. CTMDKK

Karena ku akan pulang ke rumah orang tua ku, Ku berinisiatif untuk menelpon Mas Ridwan untuk memberitahu sekaligus meminta ijin padanya.

“Mas?”

“Kamu dimana hah!”

“Mas. Aku di rumah sakit sekarang.”

“Sudah ku bilang jangan ke rumah sakit! Aku nggak ada uang. Mau bayar pakai apa hah! Lebay sekali sih. Pulang!”

Tiba-tiba saja adikku merampas ponselku dan mewakili ku menjawab semua ocehan mas Ridwan.

“Mas. Mas Ridwan, jangan begitu dengan Mba Yeni. Mas Ridwan tau kan kalau luka mbak Yeni bisa infeksi kalau tak ditangani dokter? Gimana sih mas jadi suami? Sebaiknya mas Ridwan lebih memperhatikan mba Yeni lebih dari apapun. Dia … Mas? hey mas Ridwan!”

“Kenapa?” tanyaku.

“Di matiin mba!”

“Dia pasti marah.”

“Tentu saja mba, tapi seharusnya memang mba harus lebih tegas lagi mba. Harus lebih menekan lagi.”

“Sini kembalikan hp mba,”

Dia menyerahkan ponselku lalu aku pun mengetik teks untuk mengirimi nya pesan.

“Mas, maafkan Salma tadi. Maaf mas, tapi yang dikatakan oleh Salma benar mas. Aku putuskan selama ku belum sembuh 💯 %. aku akan berada di rumah orang tua ku mas. Aku harap kamu mengerti akan hal ini. Beri waktu ku sampai sembuh saja lalu jemput kami kembali.” Setelah itu ku kirim pesan itu pada suamiku. 

Beberapa saat kemudian dia membalas, “TERSERAH!”

Kenapa dia membalasnya seperti ini? Mas Ridwan pasti sangat marah. Aku jadi merasa sedikit bersalah pada suamiku sendiri.

“Mba, jangan merasa bersalah seperti itu. Kalau Mas Ridwan mengerti bagaimana perlakuannya terhadap istrinya sesudah melahirkan,semuanya pasti tidak akan begini mba. Maaf, Salma bukannya ingin buat mas Ridwan marah mba. Salma cuma mau kasih tau jalan yang benar aja mba.”

“Iya, nggak papa kok. Mba ngerti.”

“Terus mba, mau gimana ini?”

“Ow, mba juga nggak tau. Sepertinya mba tidak jadi pulang.”

“Tapi mba,”

“Mba bingung Salma.”

“Coba telpon lagi mba. Mas Ridwan nya. Kasih penjelasan lagi.”

Aku lakukan sarannya dengan menelpon lagi mas Ridwan. Namun beberapa kali aku menelponnya, dia sama sekali tak ada sekalipun menjawab atau menelpon ku balik. Telpon ku malah ditolak terus-terusan. Aku bingung dalam menghadapi sikapnya kali ini.

“Nggak di jawab mba?”

Aku menggeleng pelan, “Ya udah mba, Salma coba telpon mas Ridwan juga ya mba. Siapa tau diangkat.”

Adikku mencoba mengubungi suamiku. Namun sama, panggilan di tolak. Kami coba terus sampai mas Ridwan menjawab telpon nya.

Hingga beberapa jam kemudian, Pintu ruangan ini terbuka karena ada yang membukanya dari luar. Kami berdua menoleh ke arah nya.

“Permisi… Yeni?”

“Yenii..?”

“Eh, Nesa? Masuk nes masuk..”

Ku lihat Nesa menunjukan wajahnya, setelah ku berkata seperti itu dia pun masuk namun di belakangnya ternyata ada Bu Fitri juga.

“Loh tenyata ada Bu Fitri toh.”

“Haha, kamu pasti kaget kan? hehe”

“Bu Fitri bisa aja, hehe”

Mereka masuk kedalam lalu berdiri di sebelah kanan ku.

“Gimana Yen sekarang? Udah baikkan? Ku dengar tadi kamu pendarahan lagi?” tanya Bu Fitri penasaran.

“Masih sakit bu cuma sekarang agak baikkan.”

“Syukurlah, tadi kita cari tuh si Ridwan eh dia lagi main kartu di warung nya mpok juleha ya Nes?”

“Emm iya Yen. Ku udah paksa Ridwan kemari tapi dia malah marah-marah.”

Ku sedih mendengar cerita mereka. Bagaimana bisa mas Ridwan melakukan itu padaku?

“Yen, yang sabar ya. Nanti kita coba nasehati Ridwan lagi kok.”

“Nggak papa Nes, mungkin mas Ridwan sedang banyak pikiran.”

Selanjutnya, kami bercengkrama sebentar hingga kisaran jam 9 malam, mereka pun pamit pulang dari sini.

“Mba, apa perlu aku ke rumah mba buat kasih tau mas Ridwannya mba?”

“Tidak salma, Jangan. Sekarang sudah malam, tidak baik gadis keluar jam segini. Tidak, biarkan saja mas Ridwan begitu.”

“Tapi mba, Ini tak adil untuk mba.”

“Salma, sudah tidak apa-apa.”

“Mba, kalau begitu besok Salma akan ke rumah mba dan coba bicara pada mas Ridwan bagaimana mba?”

“Baiklah. Suruh dia kemari dan coba bicarakan hal itu denganku. Aku ingin sekali bicara empat mata dengannya.”

“Iya mba, besok ya.”

**

Keesokan harinya, Dokter kembali memeriksa ku sebelum kepulangan ku hari ini.

“Nanti sore ya bu baru anda boleh kembali. Sepertinya obatnya harus menunggu dulu. Apalagi anda masih menyusui. Oh, ya boleh saya tau bu dimana suami anda? Saya ingin membicarakan suatu hal pada beliau.” Ucap dokter padaku.

“Baik dok, tidak apa-apa. Emm, suami saya sedang di luar kota dok. Bicarakan saja dengan saya. terima kasih banyak.”

“Oh begitu, saya hanya ingin berkata pada suami anda agar lebih membantu anda untuk memulihkan diri bu. Tapi karena suami anda tidak berada di sini ya sudah tidak apa-apa. Kalau begitu saya tinggal dulu. Semoga cepat sembuh ya bu.”

“Baik dok, Aamiin,”

Dokter pun pergi dari ruangan ku dan beberapa jam kemudian, Salma tiba-tiba membuka pintu ruangan ini.

“Assalamualaikum, mba.. Aku masuk ya.” Ucapnya lalu membuka pintu.

“Iya, masuk aja.” Jawabku untuk itu.

Ketika dia masuk, ku lihat dia membawa tas jinjing besar dan meletakkannya di kursi dekat ranjang Reza.

“Itu apa?” tanya ku penasaran.

“Mba, mba sudah makan? Dokter udah kemari mba?”

“Udah, jawab mba. Tadi bagaimana? Itu tas isi apa? Sepertinya banyak sekali isinya?”

“Mba, tadi waktu Salma ke sana, Mas Ridwan sedang di rumah ibunya. Terus Salma tunggu sampai mas Ridwan kembali ke rumah. Benar saja, setelah sekitar sejam dia balik ke rumah terus papasan sama aku mba. Ku coba untuk membujuk nya mba tapi malah aku yang di marahi sampai tetangga mba ikut campur terus coba bantu aku sadari dia tapi tetap aja nggak berhasil. Sampai mertua mba datang. Dia tiba—tiba marah-marah ke semua orang terus dia juga lempar baju-baju mba semuanya.”

“Lempar baju? Maksudnya? Mba diusir?”

Dia mengangguk pelan. Seketika hatiku terasa nyeri seketika. Semua itu membuat ku sangat sedih dan kecewa juga.

“Mba… maafin Salma.”

Benar saja, air mataku mengalir tak henti. Walau ku mengerti akan sifat mertua ku, tapi kenapa suami ku sendiri tak melakukan apapun sementara aku sangat mempercayai dan mencintai nya? Kenapa dia hanya selalu mendengarkan dan menurut pada ibunya?

“Mba, jangan menangis mba. Maaf, Salma tak bisa menyadarkan mas Ridwan.”

Ku makin menangis lagi hingga Reza ikut terbangun dan menangis.

“Salma, mba mau bertemu langsung dengan suami mba. Tolong antarkan mba ke rumah ya.”

“Tapi mba,”

“Mba butuh hak mba. Mba ingin berbicara padanya.”

“Baiklah mba, nanti Salma antarkan.”

“Terima kasih, mba berterimakasih padamu. Mba sama sekali tak menyalahkan mu Salma.”

Setelah lelah menangis, aku menunggu hingga obat ku datang sembari menyusui Reza. Tak lupa pula, aku berulang kali menelpon mas Ridwan juga.

Bersambung .. 

1
Listya ning
Haii salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!