Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Penyelamat
Presensi perempuan yang sejak tadi tertawa bersama Bunda itu kini buat Mika merasa agak aneh untuk berada di tengah keluarga harmonis itu, Semenjak kedatangan Bia beberapa menit lalu, atensi Bunda langsung teralihkan pada wanita seumuran Dena tersebut. Bukannya Mika tak suka, hanya saja kini ia makin terasa bak orang asing dari pada sebelumnya. Bia yang kini tengah berada di samping Bunda itu nampak lebih cocok dan lebih menyenangkan dibandingkan dirinya, perasaan kurang percaya diri itu lagi-lagi menghantui Mika.
"kamu kok gak bilang sih Kak kalau Kak Bia ikut juga?" bisik Mika pada Dena disebelahnya. "Bunda yang mau dia ikut Kay, aku juga baru tau tadi" Mika menghembuskan nafas, jika jawabannya adalah Bunda ia bisa apa? Dena raih tangan Mika yang tengah menggenggam kecil itu, dan beri usapan pelan pada punggung tangannya.
"Kay aku ..."
"Adek, temenin Bia dulu gih sana ke komplek sebelah ambil pesenan kemarin" ucapan Dena terhenti begitu suara Bunda memanggilnya, alih -alih langsung menjawab, ia malah menoleh pada Mika, seolah tengah meminta izin pada Mahasiswi muda itu. Bibir Mika sedikit mengerucut, ia sebenarnya tak ingin membiarkan Dena meninggalkannya lagi, tapi ia mana lebih berhak sih dibandingkan Bunda.
"gak apa Kak, temenin aja, aku bisa nunggu disini sama Bunda"
"Kay, kamu bisa kok,.."
"temenin Kak, kasian kalo sendirian" balas Mika final sebelum Dena menyelesaikan ucapannya, meski dalam hati ia sangat ingin menahan. Dena mengangguk, ia lalu beri usapan kecil di kepala Mika, "aku pergi sebentar ya"
"iya Bun, tunggu dulu"
Dari tempatnya duduk, Mika dapat melihat jelas keduanya, meski Bia sudah punya kehidupan serta pasangan sendiri, hal itu tak lantas buat rasa cemburu Mika berkurang sedikitpun, semuanya juga dapat melihat dengan jelas jika salah satu dari keduanya punya perasaan lebih dari sekedar teman, tapi Mika belum bisa memutuskan apakah ia harus pergi atau tetap bertahan.
"lo kok biarin mereka pergi gitu aja sih?" suara bariton yang sudah Mika kenali dalam beberapa jam itu terdengar kembali, buat Mika yang tadinya tengah cemberut kini harus kembali pura-pura tersenyum lagi. Kepalanya menoleh pada Aslan yang tengah membawa dua cangkir teh.
"ya mau gimana Kak, kan Bunda yang nyuruh" balas Mika, Aslan mengangguk paham sembari letakkan secangkir teh yang daritadi ia buat untuk Mika. "gila, daritadi kamu hilang buat bikinin saya teh kah?"
Aslan terkekeh, "kasian soalnya pasti tadi kamu haus ngeladenin basa-basi Bia" jawab Aslan bercanda, buat Mika terkekeh pelan, sebab jawaban Aslan tak sepenuhnya salah "makasih ya Bang" Aslan menaikkan kedua alis serta bergumam sebagai balasan.
Aslan duduk kembali di sofa yang sebelumnya ia tinggali, sesekali melirik ke arah Mika yang masih memasang wajah murung, "lo gak usah khawatir, Dena gak suka kok sama Bia, mereka beneran temenan" ujar Aslan sambil teguk sedikit demi sedikit teh yang masih terasa panas itu.
"apa sih Bang, gue gak mikir macem-macem kok"
"bagus deh, kasian Adek gue kalo harus jomblo lagi"
Mika memutar matanya malas lalu ambil perlahan teh buatan Aslan, seruput pelan minuman panas tersebut, berharap agar pikirannnya itu bisa lebih tenang "tapi mereka beneran gak ada hubungan Bang?"
"katanya gak mikir macam-macam"
"ck, jawab aja sih" timpal Mika, Aslan letakkan cangkir teh miliknya dan lipat kedua tangan di dada "gak sih, dari apa yang gue lihat Dena gak naruh perasaan apapun sama Bia, cuma kalo Bia gue gak tau deh"
Mika mengangguk, dalam diam ia menyetujui ucapan Aslan, "semoga memang begitu deh"
"cupu amat udah nyerah sekarang"
"gue gak cupu ya bang, ini namanya tau diri"
"tenang Mik, kalo Adek gue berulah masih ada gue" Mika tertawa lepas mendengar celetuk Aslan, jika saja saat ini tak ada orang dirumah ia tentu sudah menyiram Aslan dengan secangkir teh yang sedang ia pegang.
"bercanda ...."
cukup follow me.. Thank you.