Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Utusan Klan Bing!
Mendengar ini, Jiang Xin dengan ragu-ragu berkata. "Guru, apa kita benar-benar harus membunuhnya?"
"Ya. " Shen Jian mengangguk. "Dia harus mati, jika dia di biarkan hidup. Masalah mungkin akan datang lebih cepat," ucapnya.
"Murid mengerti." Jiang Xin mengangguk.
Mendengar diskusi Guru dan murid itu, wajah Quan Shao memucat. Dia menatap Shen Jian dengan ekspresi memohon sambil berkata. "Tuan, Tuan. Tolong lepaskan aku! Jika kamu melepaskan aku, Klan Shao pasti akan memberikan hadiah besar kepadamu. Selain itu, aku juga tidak akan mengatakan masalah ini kepada Klan. Jadi kalian tidak perlu khawatir."
"Cih. " Shen Jian mendengus dingin. "Kamu pikir aku adalah orang bodoh yang gampang kamu tipu, asal kamu tahu. Aku sudah banyak bertemu orang-orang seperti kamu, kebanyakan dari mereka adalah orang licik dan penjilat yang tidak bermoral," hardiknya.
Setelah mengatakan itu, Shen Jian melambaikan telapak tangannya. Saat itu melambai, cahaya abu-abu tiba-tiba meninggalkan telapak tangan lalu melesat ke arah perut Quan Shao dengan kecepatan yang mengerikan.
Melihat ini, wajah Quan Shao berubah. Dia dengan panik mengumpulkan semua Qi Dao di dalam tubuhnya untuk menghalau serangan yang datang, namun gerakannya kalah cepat dengan asap abu-abu yang membuat asap abu-abu memasuki area perutnya tanpa rintangan.
Segera, setelah asap abu-abu memasuki perut Quan Shao. Suara seperti gelas pecah terdengar dari dalam perut Quan Shao, membuat dia meludahkan darah segar ke tanah.
"Tidak, tidak. Lautan Dao-ku, Lautan Dao-ku!" kata Quan Shao dengan mata merah. Dia terlihat seperti orang yang telah kehilangan kewarasan.
Melihat ini, tidak ada ekspresi apapun di wajah Shen Jian saat dia berbalik ke arah Jiang Xin. "Sekarang giliranmu, bunuh dia!" tegasnya.
"Tapi .. " Jiang Xin tampak ragu-ragu, dia harus mengakui bahwa dia merasa takut dan bimbang sekarang. Lagi pula, setelah semuanya. Ini adalah pertama kalinya dia akan membunuh manusia, hal wajar jika dia merasa takut. Selain itu, orang yang akan di bunuhnya ini bukan orang biasa tetapi Tetua Klan Shao. Klan yang sangat kuat di wilayah kekaisaran Qing.
Melihat keragu-raguan di wajah Jiang Xin, Shen Jian menghela nafas lalu berkata. "Semuanya terserah kepadamu, membunuh atau tidak. Itu akan di putuskan olehmu sendiri!"
Mendengar ini, Jiang Xin menjadi semakin gugup, bahkan tangannya yang memegang pedang ilusi ikut bergetar karenannya.
Sementara itu, melihat Jiang Xin yang terlihat gugup dan ragu-ragu. Senyum dingin perlahan muncul di wajah Quan Shao. "Jiang Xin, jika kamu berani membunuhku. Bukan hanya kamu saja, tapi seluruh Klan Jiang akan mati. Bukankah kamu menyayangi ayahmu? Apakah kamu akan mengorbankan ayahmu hanya untuk membunuhku?" ancamnya.
"Aku .. " Jiang Xin tenggelam dalam pikiranya sendiri, lalu beberapa saat kemudian. Dia perlahan mengambil langkah mundur. "Guru, aku tidak bisa," ucapnya.
"Huh. " Shen Jian menghela nafas.
"Hahaha, ya. Ya, kamu anak yang pintar. Sekarang aku akan pergi, jangan coba-coba mengikutiku!" tawa Quan Shao sambil berbalik dan berlari masuk ke dalam hutan sebelum akhirnya menghilang di balik pepohonan.
Setelah kepergian Quan Shao, Jiang Xin menjatuhkan tubuhnya ke tanah dengan lemas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat dia menghela nafas lega.
"Kenapa kamu membiarkan dia pergi?" tanya Shen Jian.
"Karena itu satu-satunya keputusan yang bisa aku ambil," jawab Jiang Xin.
Shen Jian menggeleng. "Apa yang kamu lakukan hari ini akan membawa bencana untukmu!" ujarnya.
Mendengar ini, wajah Jiang Xin berubah kesal. Dia berbalik dan menatap Shen Jian sambil berkata. "Lalu apa? Apa aku harus membunuhnya seperti yang Guru perintahkan?"
"Ya, kamu harus melakukan itu. Sekarang kejar dan bunuh dia! Dia masih belum jauh," kata Shen Jian.
"Tidak. " Jiang Xin menggeleng. "Aku tidak akan melakukannya!" tegasnya.
"Ini perintah Jiang Xin!" kata Shen Jian dengan suara dingin.
Mendengar ini, Jiang Xin menjadi sangat marah. "Guru, apa kamu sedang mengajariku untuk menjadi seorang pembunuh? Jika ya. Maaf, aku tidak bisa. Aku tidak sepertimu, kamu adalah pria tua yang kesepian. Kamu tidak memiliki siapapun untuk di lindungi, tapi aku berbeda. Aku memiliki Klan dan ayah, semua orang menghormatiku sekarang. Aku tidak mungkin mengorbankan mereka hanya karena satu perintah darimu," ujarnya.
"Apa yang ayah katakan benar, aku tidak bisa sepenuhnya percaya dengan orang asing yang tidak aku ketahui asal-usulnya," tambahnya.
Setelah mengatakan itu, Jiang Xin meraih pisau emas yang terselip di pinggannya. Kemudian melemparnya ke tanah dengan kasar.
"Mulai hari ini, kamu bukan lagi Guruku!" kata Jiang Xin sambil berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Shen Jian di sana sendirian.
Melihat punggung Jiang Xin yang menjauh, Shen Jian menghela nafas berat. "Ya, kamu masih sangat muda. Kamu belum sepenuhnya tahu seperti apa kejamnya dunia ini, dan begitu kamu sadar. Semua sudah terlambat, tapi itu juga penting. Terkadang, kita perlu kehilangan sesuatu untuk mendapatkan pengalaman," ujarnya kepada angin yang berhembus di udara.
Sementara itu, setelah berjalan cukup jauh. Quan Shao memutuskan untuk berhenti sejenak di bawah pohon. Duduk di bawah pohon, dia dengan cepat mengeluarkan batu giok hijau dari cincin penyimpanan.
"Tetua Guo, aku berhasil menemukan Tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima yang kamu inginkan. Tapi saat dalam perjalanan, aku tiba-tiba di serang oleh rombongan praktisi dari Klan Jiang. Mereka merebut Tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima dan juga menghancurkan Lautan Dao-ku, kini aku sangat terluka parah. Tetua Guo, tolong balaskan dendamku. Hancurkan Klan Jiang!" kata Quan Shao pada batu giok hijau, setelah itu. Dia menghancurkan batu giok hijau, membuat cahaya hijau yang berada di dalam batu giok segera melesat ke langit dan menghilang di balik awan.
Melihat ini, senyum dingin yang di penuhi oleh niat membunuh muncul di wajah Quan Shao. "Jiang Xin, Klan Jiang. Kalian tunggu saja, aku akan membuat kalian menyesal karena sudah menghancurkan Lautan Dao-ku!" ujarnya dengan suara dingin.
..
Setelah keluar dari hutan, Jiang Xin yang terlihat kesal segera kembali ke Klan Jiang. Begitu dia sampai di depan pintu gerbang Klan, Jiang Xin melihat ayahnya sedang berbicara dengan orang asing.
Pihak lain adalah seorang pemuda yang terlihat berusia dua puluh tahun, wajahnya tampan dan dia menggunakan jubah putih terang dengan lambang kristal es di dadanya.
Melihat wajah hormat ayahnya ketika berbicara dengan pemuda itu, menunjukan bahwa latar belakang pemuda itu tidak biasa.
"Ayah," sapa Jiang Xin sambil berjalan mendekat.
"Xin'er. " Jiang Ruyin tersenyum hangat.
Mendengar ini, pemuda berjubah putih itu perlahan berbalik. Tatapannya menyapu sosok Jiang Xin dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu beberapa saat kemudian. Senyum menghina perlahan muncul di wajahnya. "Jadi kamu Jiang Xin, sampah yang tidak bisa membangkitkan Lautan Dao," ucapnya.
Jiang Xin mengerutkan kening. "Dan kamu siapa?" tanyanya dengan wajah kesal.
"Sampah sepertimu tidak perlu tahu siapa aku, jika bukan karena Nona Muda. Aku bahkan tidak akan pernah mau untuk datang ke tempat kumuh seperti ini," kata Pemuda berjubah putih, kemudian. Dia berbalik menatap Jiang Ruyin. "Aku pergi!" ucapnya sambil berbalik dan melompat ke atas punggung kuda.
Tanpa melihat ke arah Jiang Xin dan Jiang Ruyin, pemuda itu memacu kudanya dan meninggalkan gerbang Klan Jiang.