Kemala Agnesia harus merelakan cita-cita dan masa muda nya karena sudah terlanjur mengandung benih dari seorang pebisnis keturunan Darwis yang bernama Davin Alvarendra Darwis.tak ada yang tak kenal dengan pemilik perusahaan raksasa itu.masa kelam orang tua nya kembali terjadi kepada putra sulung dari Alvarendra Darwis.akan kah hidup Mala sama beruntung nya dengan ibu sambung dari Davin.atau kah harus menyerah dengan sekelumit masalah yang terbentang luas di depan mata nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantin Rumah Sakit Saksi Nya
Candra benar-benar mengajak Mala makan malam berdua, walaupun hanya menikmati makanan yang ada di kantin rumah sakit , tetapi kedua nya terlihat begitu menikmati menu yang mereka pesan.
" Kamu benar- benar bahagia hidup bersama dia?" tanya Candra ingin tahu.
Mala tersenyum sambil mengangguk samar, mulut nya terasa berat untuk mengatakan yang sebenarnya telah terjadi.Mala tidak ingin Candra ikut terseret dalam derita nya.pengaruh keluarga Darwis sangat lah besar,apalagi Mala sangat tahu kalau Candra jatuh bangun sampai akhir bisa berada di titik karir nya.
Mala akan berjuang sendirian, sekalipun jalan yang akan dia hadapi nanti buntu,Mala tetap tidak akan melibatkan Candra ke dalam permasalahan hidup nya.
" Kita masih bisa berteman kan sekalipun Kamu telah menikah,tolong simpan nomer baru Abang ya.nomer yang lama tidak aktif lagi." kata nya lagi sambil memberikan selembar kertas kepada Mala .
Karena tidak yakin Mala akan menghubungi nya terlebih dahulu,Candra lalu meminta ponsel Mala dan melakukan panggilan cepat ke nomer nya.Candra sudah menyimpan nomer Mala .yang arti nya kapan pun itu mereka bisa saling berkabar.
" Terimakasih ya Bang atas traktiran nya ." kata Mala merasa bahagia.
Baru kali ini Mala benar-benar menikmati makanan nya ,rasa mual itu juga tidak muncul di tengah aksi nya mengunyah makanan.Candra mengangguk sambil mengelus rambut Mala.
Sulit sekali rasa nya bagi Candra mengikhlaskan Mala bersama pria lain,sedari kecil mereka sudah hidup bersama bahkan makan pun satu piring berdua.namun sekeras apapun dia menolak kenyataan yang terjadi.tetap saja semua tidak akan berubah sesuai keinginan nya.
" Maaf baru bisa ngajak makan di kantin rumah sakit, kapan-kapan kita makan di warung langganan kita ya,atau Kamu mau makan di restoran paling enak?" tawar Candra lagi.
" Boleh,Aku juga udah lama nggak pernah datang ke warung langganan kita." Mala tertawa kecil.
Interaksi kedua nya di lihat oleh sepasang mata, sebuah video berdurasi pendek langsung terkirim kepada Al yang masih berada di puncak.
Sampai detik ini ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam,Davin belum juga menghubungi Mala.apa yang sebenarnya terjadi kepada pria itu sampai tega meninggalkan Mala seolah-olah Mala bukan lah bagian dari hidup nya.
Mala sama sekali tidak memikirkan tentang Davin lagi, kebahagiaan tengah menyelimuti nya karena bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecil sekaligus cinta monyet nya.pertemuan dengan Candra sangat berarti bagi Mala.hanya Candra yang bisa mengerti perasaan nya dan Mala tidak pernah berani menatap mata Candra tiap kali kebohongan keluar dari mulut nya.
Mala pulang dengan di antar oleh Candra, hujan deras sudah berganti dengan gerimis yang tak berkesudahan.
" Terimakasih ya Bang." ucap Mala ketika turun dari mobil.Candra menatap Mala dengan perasaan khawatir bercampur aduk.
" Iya La, nanti kalau Kamu butuh teman cerita dan sopir untuk pergi kemanapun, telpon saja Abang, waktu Abang selalu ada untuk mu."kata nya membantu Mala menutup pintu mobil.
Sebuah perlakuan romantis yang tak pernah Mala dapat kan dari suami nya,mata Mala berkaca-kaca menerima sikap manis dari Candra.
" Oke Bang,awas aja kalau Abang bohong ya." Mala terkekeh kecil.
" Nggak akan ! Kamu adalah prioritas Abang." ucap Candra tulus.
" Aaa jadi malu Aku,kalau gitu Aku masuk dulu ya Bang, hati-hati bawa mobil nya."Candra mengangguk.menahan mulut nya agar tidak mencegah Mala pergi dari hadapan nya.
" Langsung istirahat La,jangan baca komik terus,kan udah mau jadi ibu muda." ledek nya menenangkan gejolak dalam batin nya
Mala masuk melewati gerbang yang sudah terbuka, sementara Candra masih berada di tempat.ia ingin memastikan sendiri kalau gadis kecil ini baik-baik saja. ketika pintu gerbang tertutup kembali baru lah Candra beranjak dari rumah mewah bak istana ini.
" Semoga suatu hari nanti kebahagiaan berpihak kepada kita berdua.sekalipun tidak bisa bersama,Aku ikhlas jika Kamu bahagia bersama orang lain."gumam Candra dengan wajah yang tegang.
Begitu sampai di teras depan,Mala di sambut oleh suami nya,bukan penyambutan manis layak nya pasangan suami istri yang harmonis.melainkan sebuah penampakan yang kembali menyayat hati Mala.
Davin duduk selonjoran dengan masih memakai kemeja seperti saat mereka pergi ke rumah sakit tadi.bisa- bisa nya pria ini pulang terlebih dahulu tanpa memikirkan diri nya.bagaimana kalau tidak ada Candra yang menolong nya? Kok bisa Davin memperlakukan nya seperti ini padahal kondisi nya Mala sedang hamil darah daging nya sendiri.
Apalagi Davin hanya diam sambil menatap lekat foto wanita nya.sepatah katapun tidak keluar dari mulut Davin,jangan kan meminta maaf bahkan sekedar bertanya pulang bersama siapa pun tidak di lakukan oleh pria ini.
Luka ini sudah bernanah.Mala yang sudah letih dan merasa tidak nyaman dengan tubuh nya memilih masuk ke dalam rumah dan sengaja mengabaikan Davin.
" Kakak dari mana?" tanya Sasa yang duduk di depan televisi.Sasa sengaja menunggu Mala pulang atas perintah langsung dari Mama nya.
" Dari ketemu teman, karena keasyikan mengobrol jadi nya lupa jalan pulang." seloroh Mala yang tak berniat mengatakan kejadian di rumah sakit tadi kepada adik ipar nya.Mala yakin tanpa harus bercerita pun Sasa pasti akan tahu sendiri dari kedua orang tua nya.Mala sudah tahu kalau setiap anggota keluarga pasti memiliki pelindung bayangan yang di tempat kan Al secara diam-diam dan itu dia ketahui secara tidak sengaja.
Mala tidak takut jika orang suruhan Al melaporkan tentang Candra, karena memang mereka berdua tidak memiliki hubungan selain dari berteman dekat.
" Kakak ke dalam dulu ya Sa,gerah pengen mandi." sambung nya sengaja mengecup pipi Sasa sampai membuat adik ipar nya tertawa geli.
Begitu sampai di dalam kamar,Mala bergegas masuk ke kamar mandi dan tidak lupa membawa serta baju ganti.pintu kamar mandi sudah terkunci rapat.jangan sampai Davin yang sedang galau memikirkan wanita idaman nya menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan melampiaskan sakit hati kepada nya.
" Semoga wanita itu cepat ketemu dan mereka bisa bersatu." gumam Mala sambil menggosok seluruh tubuh nya.
Rasa nya percuma menghabis kan waktu bertahan di samping Davin.pergi adalah jalan satu-satunya.Mala ingin hidup nya setenang dulu walaupun nanti nya harus repot menjadi orang tua tunggal untuk calon anak nya tetapi Mala yakin bisa melewatinya.
Meski pun tak bisa lagi menikmati fasilitas mewah dan hidup serba berkecukupan ,Mala sama sekali tidak mempermasalahkan nya yang penting dia tidak lagi bertemu dengan rasa sakit itu.memang benar kata orang kalau harta tidak akan bisa membeli sebuah kebahagiaan.dan itu lah yang Mala rasakan sekarang.meskipun pada kenyataannya di luar sana banyak yang berlomba-lomba ingin berada di posisi nya sekarang.Mala dengan senang hati mundur dari posisi nya sekarang.ada atau tidak nya suami sama saja bagi Mala.tak ada kehangatan yang dia rasakan ketika bersama Davin.justru rasa trauma lah yang kian mencekik raga nya.
Mala menyungging senyum saat layar ponsel nya menyala.ternyata ada pesan dari Mama mertua nya yang bertanya bagaimana keadaan nya sekarang dan hasil pemeriksaan tadi sore.
" Mala baik-baik saja Ma,adik bayi nya juga sehat." balas Mala dan langsung di baca oleh mertua nya.
Bahkan sudah satu jam lebih Mala berada di dalam kamar,Davin belum juga menyusul nya.karena sudah teramat lelah dan pikiran nya pun rumit.Mala pasrah masuk ke alam mimpi yang mampu membuat dia tenang meskipun hanya untuk sesaat.
Dalam sekejap mata Mala benar-benar terlelap bersamaan dengan Davin yang masuk membawa wajah kusut dan amarah yang membuncah.
Davin mengurung kan niat membersihkan tubuh ketika mendengar bunyi ponsel yang memekakkan telinga nya.Davin memilih keluar dari kamar agar bisa berbicara sesuka hati nya.Davin baru menyadari kalau ternyata orang yang menghubungi nya barusan adalah Papa nya bukan orang suruhan yang di tugaskan mencari Desi.
Davin menghela nafas kasar sebelum sambungan telepon itu dia terima.hidup nya pasti akan ribet setelah menerima telepon ini.
" Ya halo Pa." sapa Davin terlebih dahulu.
" Papa benar-benar malu punya anak seperti Kamu,apa yang sebenarnya ada di dalam kepala mu itu? Kamu benar- benar tidak pantas di sebut sebagai seorang suami dan calon ayah.tega- tega nya Kamu meninggal Mala demi wanita kriminal itu.Papa tidak akan pernah memaafkan Kamu jika sampai terjadi sesuatu kepada Menantu dan calon cucu Papa."ujar Al dengan sinis dan di samping nya ada Maisya yang bersedih melihat perlakuan putranya kepada Mala .
Susah payah dia mengajar kan Davin bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik, tetapi nyata nya tak pernah di gubris oleh putra sulung nya itu.
" Dia bukan kriminal Pa,Aku hanya ingin bertemu dia saja karena sudah lama tidak melihat wajah nya.apa Aku salah mengejar nya karena ingin melepas rasa rindu ku ini?" tanya Davin tanpa malu.
" Salah besar! Kamu sudah punya istri dan dia pun sudah punya teman dekat bahkan hubungan mereka sudah melebihi pasangan suami istri.dia janda yang ditinggal pergi suami nya karena ketahuan suka selingkuh dan mabuk-mabukan.Kamu memang bodoh malah menjerumuskan diri mu pada wanita kriminal itu.bukan nya bersyukur mendapatkan Mala ,ini malah Kamu buat dia menderita hanya gara-gara rasa cinta mu terhadap wanita tidak jelas asal-usulnya.masih kecil saja Kamu banyak tingkah.Papa akan mengambil tindakan tegas kalau sampai Mala pergi dari rumah kita."tegas Al lagi.
Davin tidak berniat mendebat Papa nya lagi,dia terdiam memikirkan ucapan Papa nya tadi.selama ini Papa nya tidak pernah berbohong dan selalu menyampaikan fakta yang akurat.rasa cinta yang terlalu besar terhadap Desi membuat Davin buta dengan segala nya.
" Sebelum terlambat Bang, lupakanlah wanita itu karena dia tidak baik untuk Abang, sesuai ancaman Mama tempo hari,Mama akan pergi dari rumah ikut menemani Mala kemanapun dia mau.dan kita tidak akan pernah bertemu lagi." kali ini giliran Maisya yang berbicara dengan putra nya.
Sambungan telepon berakhir.pria ini menapaki anak tangga menuju ke kamar nya.namun di dalam kamar itu Mala sudah tidak terlihat lagi.hanya ada bantal dan selimut bekas Mala yang tersisa di atas kasur.dia pun berniat untuk keluar mencari Mala.namun suara muntah-muntah dari kamar mandi membuat Davin tersadar jika Mala ada di dalam kamar mandi.
" Mala buka pintu nya." teriak Davin dari luar.
Mala memang sengaja mengunci pintu untuk berjaga-jaga dari Davin.kali ini rasa mual nya semakin parah dan menyiksa sampai membuat Mala lupa untuk mengontrol suara nya.
" Aduh kenapa dia ada di sini? Mana aku kelepasan lagi muntah nya." kata Mala lirih.belum apa-apa tetapi dia sudah ketakutan sendiri.kata- kata Davin yang begitu menyakitkan masih membekas dalam batin nya dan akan selalu dia ingat kapanpun itu.
" Mala...Kamu bisa denger suara ku kan."teriak Davin menggedor pintu dengan sangat kuat.
Mala terburu-buru membersihkan bekas muntah nya,bahkan dia pun tanpa ragu menyikat lantai kamar mandi dan wastafel yang sudah dia pakai tadi.jangan sampai ada bau aneh ataupun bakteri nakal yang menempel di sini.setelah di rasa cukup bersih dan wangi.terakhir Mala mencuci mulut nya sampai bersih.
" Mala..." ucapan Davin menggantung di udara bersamaan dengan pintu yang sudah terbuka.
" Maaf udah bikin Kamu nunggu lama,kamar mandi nya udah bersih kok.kalau mau pakai silahkan di pakai saja.di jamin tidak ada bakteri yang menempel di dalam sana." ucap Mala membuat Davin tersentil.
Tidak! Bukan itu yang ingin Davin katakan.saliva Davin tercekat dengan kepala yang tanpa sengaja melongo menatap ke dalam kamar mandi.bersih dan wangi sesuai dengan ucapan Mala.
Mala memilih cuek,berjalan pelan menuju tempat tidur.untuk melanjutkan kembali kantuk yang sempat terjeda karena rasa mual.Mala memilih berbaring dengan posisi membelakangi Davin.Mala terlihat memejamkan mata nya meninggalkan keheningan kamar bersama Davin yang masih menatap ke arah nya dengan bibir yang di rapatkan.
" Apa Aku memang sejahat itu? Bahkan Aku merasa jijik mendengar dia mual-mual." gumam nya tanpa beranjak sedikit pun.
Bersambung...
bagus mala harus berani melawan Davin jgn lemah d perlaku kan kasar oleh davin.lw perlu tinggal pergi pulang ke rumah org tua mu aja Davin, biar tau rasa tu davin.dan buat Davin menyesal telah menghina dan menyakiti mu setiap hari.
dan jgn lupa author buat Davin yg ngerasain mual muntah dan pusing kepala setiap hari,biar tau gimana susahnya mala mengandung anaknya,jgn tau marah2 aja dan ngatain Mala jorok dll....mau enaknya aja dia,sakitnya ngk mau .enak betul udh habis nanam benihnya lalu ngk mau repotnya jga.