"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Gue milik lo dan lo milik gue 𝜚˚⋆
Waktu berjalan dengan begitu cepat, begitupun dengan seorang gadis polos yang selalu mengejar-ngejar Haikal. Tak ada kata lelah bagi gadis itu, bahkan setiap hari dia selalu membawakan bekal nasi goreng untuk Haikal. Bisa-bisa Haikal kolesterol jika harus makan nasi goreng setiap paginya, apalagi gadis itu membuat nasi gorengnya dengan minyak begitu banyak dan sangat asin, tentunya masih sama seperti pertama kali dia mendapat nasi goreng itu.
Tapi meskipun begitu, Haikal selalu menghabiskan nasi goreng buatan Ella. Dia tidak ingin membuat gadis itu sedih atau sakit hati karena dia tidak memakan nasi goreng buatannya. Bukan hanya itu, Ella bahkan juga selalu mencari cara agar dia bisa pulang bersama Haikal. Entahlah, hatinya selalu menghangat bila dia berada didekatkan Haikal. Perhatian-perhatian kecil lelaki itu selalu membuatnya senang, hingga membuat dirinya ingin selalu berada di dekat Haikal.
Sebelumnya Ella tidak pernah mengejar bahkan tertarik pada seorang pria, ini kali pertamanya Ella merasakan yang namanya jatuh cinta. Sebenarnya dia tidak begitu faham dengan apa yang dia rasakan, dia hanya ingin selalu berada di dekat Haikal, dia juga merasa marah saat gadis lain berusaha mendekati Haikal.
Sampai pada suatu hari Ella menceritakan apa yang dia rasakan itu semua kepada Moana, teman sebangkunya. Moana mengatakan bahwa itu tandanya dia mencintai Haikal, dan moana juga menyuruhnya untuk mengejar Haikal hingga dia bisa mendapatkannya. Jangan sampai gadis lain nanti yang dapat meluluhkan Haikal, sebab bukan hanya dirinya ya lah yang mengejar-ngejar Haikal saat ini.
"Nasi goreng spesial buat kak Haikal." Ella tanpa izin langsung duduk di kursi depan Haikal, menyodorkan bekal makanan berwarna pink yang selalu dia pakai untuk bekal makan yang akan di berikan pada Haikal.
Haikal sedikit terlonjak sebab kedatangan gadis itu yang tiba-tiba, untung saja ponsel yang ada di genggamannya tidak terjatuh. Haikal yang semula menunduk itu perlahan mendongak dengan hembusan nafas beratnya, satu tangannya kembali mengantongi ponsel miliknya. Lalu pandangannya jatuh pada kotak makan berwarna pink yang gadis itu sodorkan.
"Lo nggak capek ya tiap hari ngasih gue bekal mulu."
Ella menyengir, kepalanya menggeleng keras dengan kedua bola mata yang masih fokus menatap ketampanan Haikal pagi ini. "nggak, kata Moana cinta itu harus di perjuangkan itu tandanya Ella harus merjuangin kak Haikal, kan?"
Dahi Haikal menyerngit, dia mengalihkan tatapannya sebentar di mana Cakra yang masih mengantri untuk membayar rokok dan beberapa cemilan untuk mereka dan teman-temannya. Setelah memastikan Cakra masih berada di sana, dia kembali menatap gadis yang duduk di depannya, gadis itu bahkan terlihat masih tersenyum lebar ke arahnya.
"Siapa yang ngajarin lo soal cinta? bochil nggak boleh cinta-cintaan."
Kepala dengan bandana berwarna coksu itu menggeleng keras, "Ella udah besar kak, Ella juga beneran cinta sama kak Haikal, nggak bohong."
Haikal tersenyum tipis, sangat tipis bahkan Ella tidak sadar jika lelaki itu tengah tersenyum. "dari mana lo tau kalau cinta sama gue?"
Ella terdiam sebentar, memikirkan jawaban yang pas. Dia tidak ingin nantinya salah berucap dan berujung membuat Haikal tidak mempercayai cintanya. Kedua sudut bibirnya kembali tertarik membentuk senyuman saat dia sudah menemukan jawaban yang menurutnya pas.
"Ella selalu merasa nyaman dan aman kalau ada di deket kak Haikal, Ella juga nggak suka kalau kak Haikal deket sama cewek lain selain Ella. Moana bilang kalau itu semua namanya cinta, dan Ella harus ngejar cinta Ella sebelum ada cewek lain yang berhasil ambil hati kak Haikal."
Ella mencondongkan wajahnya agar lebih dekat dengan Haikal, "hati kak Haikal belum ada yang ngisi kan? boleh nggak kalo Ella aja yang ngisi hatinya kak Haikal."
Haikal mematung mendengar pertanyaan polos gadis ini, ditambah lagi jarak antara wajah mereka begitu dekat. Satu tangannya terangkat mendorong kening gadis itu pelan agar sedikit menjauhkan wajahnya, "lo pikir hati gue risoles pakek di isi segala."
Bibir Ella mengerucu menatap sebal Haikal, dia sudah mati-matian mengubur rasa malunya untuk mengatakan semua ini pada Haikal, tapi lelaki itu justru menanggapi ucapannya dengan candaan.
"Ella serius kak, Ella harus mastiin kalau kak Haikal beneran nggak punya pacar, atau nggak lagi deket sama seseorang."
Haikal menghembuskan nafasnya pelan, "gue miskin, apa yang lo cari dari gue?"
Ella mengerjap, dia tidak menanyakan tentang kekayaan lelaki itu tapi mengapa Haikal malah membahas soal uang. "Ella nggak minta uangnya kak Haikal, Ella cuma ngerasa aman dan nyaman kalo ada di deket kak Haikal."
Kedua tangan Haikal dilipat di atas meja menatap Ella serius, "jadi cewek yang realistis chil, lo apa-apa butuh uang. Cari cowok yang kaya, baru hidup lo bakal terjamin."
Ella menggeleng cepat, menolak apa yang Haikal ucapkan. "orang tua angkat Ella kaya, tapi hidup Ella nggak terjamin. Sedangkan dulu orang tua kandung Ella yang di kampung bahkan bukan orang kaya, tapi hidup Ella terjamin, Ella selalu bahagia." tanpa gadis itu sadari dia telah membeberkan sedikit tentang kehidupannya.
Haikal sedikit menyerngit, kepalanya mengangguk pelan. Sekarang dia mengerti kenapa pria setengah baya yang berada di rumah gadis itu selalu menyiksanya, ternyata dia adalah orang tua angkat Ella. Haikal beralih menatap Cakra yang ternyata sahabatnya itu sudah duduk di salah satu meja kantin yang letaknya tak jauh darinya. Cakra jelas menatap ke arahnya dengan kedua tangan berdiri di atas meja menyangga kepalanya, alisnya dia naik turunkan menggoda Haikal saat tau bahwa sahabatnya itu menyadari kehadirannya.
Haikal bercetak pelan saat Cakra menggodanya, pasti lelaki itu sengaja menunggunya duduk di kursi yang berbeda karena tidak mau mengganggu dirinya dan Ela yang tengah berbincang.
Haikal beralih menatap gadis di depannya, "mulai detik ini stop buat ngejar-ngejar gue."
Deg!
Jantung Ella seketika berhenti berdetak untuk sesaat. Senyuman yang dari tadi dia tunjukkan langsung sirna, wajahnya terlihat murung dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Pasti Haikal menolaknya sebab dia sedang mencintai gadis lain, tapi bagaimana bisa, hanya Haikal yang dapat mengerti dirinya saat ini.
"Kak Haikal udah - "
"Karena mulai sekarang gue milik lo." tangan kanannya Bray kotak bekal dan rintangan gadis itu, Haikal hendak kembali berdiri tapi suara Ella sukses menghentikan pergerakannya.
"Maksudnya - " Ella mengerjap, dia jelas bingung maksud dari ucapan Haikal tadi.
"Haikal tersenyum tipis kepalanya mengangguk pelan, "iya, mulai detik ini gue milik lo, dan lo milik gue."
Ella diam, masih mencerna ucapan Haikal padanya. Apa ini tandanya sudah berhasil mengejar cintanya? Ala ini tandanya dia sudah berhasil mengisi hati Haikal?
Tangan Haikal terangkat untuk mendarat di pucuk kepala Ella, "nggak usah ngelamun, udah sana ke kelas bentar lagi bel. Maaf karena udah buat lo ngejar-ngejar gue, tapi mulai sekarang jangan pernah kejar gue. Karena gue yang akan ngejar lo, raja yang akan ngejar ratu kecilnya. Lo juga boleh bilang ke semua orang kalau lo milik gue mulai sekarang."