Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMILIH KADO
Sikap Naomi menimbulkan gelak tawa bagi siapa saja yang melihat, termasuk Ameera. Gadis itu tidak berhenti tertawa melihat wajah Naomi yang sedang cemberut, menurutnya sahabatnya itu terlihat lucu jika sedang merajuk.
"Aku menderita, kamu malah sibuk tertawa. Dasar sahabat tak berperasaan," Naomi menghentakan kakinya di tanah.
"Astaga Nom, kamu tidak malu dengan penampilanmu? Katanya jiwa preman tapi begitu saja sudah ngambek," goda Donny.
"Siapa yang tidak ngambek jika dibandingkan dengan si mulut lemes, musuh bubuyutanku."
"He-he, sudah jangan merajuk lagi. Aku akan menemanimu mencarikannya," Ameera menarik lengan Naomi ke deretan pakaian khusus pria.
Ameera sedikit bisa menilai selera Emon seperti apa, walaupun temannya itu bersikap gemulai namun ia memiliki selera layaknya seorang pria di luaran sana. Buktinya, beberapa kali mereka berkumpul di luar jam kantor, Emon selalu berpakaian necis dan klimis.
Ameera dan Naomi kini berada di depan sebuah rak pakaian gantung, di sana terdapat beberapa macam pakaian casual. Gadis itu memilih dengan teliti dan membandingkan hingga pilihannya jatuh pada sebuah kaos oblong berwarna merah jambu, jaket denim berwarna putih dan sepatu kets berwarna putih juga. Ketiga barang tersebut merupakan kado dari Ameera, Naomi dan Donny.
Donny membawa ketiga barang tersebut ke dalam sebuah tas plastik yang diperuntukan bagi para pengunjung. Pria itu mengantri di kasir untuk melakukan transaksi pembayaran.
"Totalnya, enam ratus tujuh puluh tiga rupiah," ucap kasir.
Donny mengeluarkan dompetnya dari saku dan menyerahkan benda segi empat berukuran 85.60mm x 53.98mm (standar ISO)* ke atas meja kasir. Ia berencana membayar semuanya menggunakan kartu kredit yang diberikan kedua orang tuanya.
"Pakai kartu kredit saja mbak."
"Eh Don, bayarnya masing-masing saja," Ameera menyela pembicaraan antara Donny dan seorang kasir.
Mbak kasir berhenti sejak, ia menatap aneh ke arah Donny dan Ameera.
"Langsung proses saja mbak."
"Meer, biarkan aku yang mentraktir kalian. Lagipula uang kedua orang tuaku tidak akan habis jika sehari hanya berbelanja dibawah satu juta," bisik Donny di telinga Ameera.
Jarak keduanya begitu dekat hingga Ameera bisa mencium aroma peppermint pada tubuh pria itu. Aroma peppermint memberikan kesan segar bagi penggunanya.
"Ini mas," ucap seorang kasir yang bertugas melayani transaksi pembayaran.
Ameera buru-buru membenarkan posisinya saat ini.
"Terima kasih mbak," ucap Donny ramah.
Ameera, Donny dan Naomi berjalan keluar. Donny sebagai pria sejati berinisiatif membawa tas belanjaan walaupun kedua gadis itu bersikeras menolak namun ia tetap kekeh dan membuat keduanya menyerah.
Donny melirik ke arah arloji yang terpasang dipergelangan tangan kirinya dan waktu menunjukan pukul setengah delapan. Setengah jam berlalu dari jadwal makan malam yang biasa ia lakukan.
"Kita cari restoran, perutku sudah lapar."
"Oh iya, sudah waktunya makan," timpal Ameera seraya melirik arloji miliknya.
"Bagaimana jika kita makan disana," Naomi menunjuk sebuah Restoran Jepang.
"Boleh. Ayo!"
"Berapa orang kak?"
"Tiga orang."
"Mari silakan," seorang pelayan mengajak Ameera ke sebuah meja di dekat jendela.
Restoran itu berada di lantai empat, dari atas Ameera bisa melihat bagaimana indahnya pemandangan sekitar jika diperhatikan dari atas. Indahnya malam bertabung bintang, cahaya rembulan bersinar seolah ia tersenyum menyapa manusia di bumi dan gemerlap cahaya lampu menambah indahnya pemandangan malam hari.
"Meer, kamu mau pesan apa?"
"Aku mau shabu-shabu saja."
Ameera mengusap perutnya yang terasa kram. Mungkin karena terlalu lama berdiri membuatnya lelah dan akhirnya kram.
"Dedek, kamu baik-baik ya di dalam sana, maafkan mama karena terlalu asyik memilihkan pakaian untuk Om Emon hingga melupakanmu," Ameera nengusap lembut perutnya.
Kegiatan itu sukses menarik perhatian Donny, pria itu merasa heran karena sejak tadi Ameera terus menerus mengusap perutnya.
"Mengapa Ameera mengusap perutnya, apakah jangan-jangan gosip itu benar adanya? Ameera tengah mengandung?"
Kabar burung seputar kehamilan Ameera diluar nikah sempat menjadi tranding di kantor, bahkan hampir seluruh divisi mengetahui kabar tersebut tidak terkecuali Donny, Emon dan Barra. Mereka bertiga sempat mendengar desas desus yang berhembus layaknya tiupan angin di perusahaan namun karena tidak mau berburuk sangka, ketiganya akhirnya menutup mata menggunakan kacamata kuda serta menutup telinga. Toh buktinya sampai saat ini tidak ada sumber valid yang mengatakan bahwa Ameera benar-benar hamil.
Lagipula jika kabar burung itu benar adanya, Donny siap bertanggung jawab dan bersedia menikahi Ameera karena sejatinya pria itu begitu mencintai Ameera.
"Hei, Donny!"
"Eh iya Nom. Kenapa?"
"Ya elah, si entong dari tadi dipanggil diam terus."
"Oh itu, tadi aku sedang berpikir mau pesan apa," Donny mencoba menyembunyikan isi pikirannya sesungguhnya.
"Jadi mau pesan apa mbak dan mas?"
"Premium shabu saja mbak, dua."
"Minumnya ice lemon tea."
"Saya juga ice lemon tea, kamu Meer?"
"Disamakan saja."
"Oke, ice lemon tea jadi tiga ya mbak," ucap Naomi menegaskan pada pelayan restoran.
"Baik, mohon ditunggu sebentar."
Kemudian pelayan restoran mempersiapkan semua pesanan.
"Don, si Barra kok tidak ikut?" Tanya Naomi.
Gadis itu langsung menyenderkan kepalanya disandaran kursi kebetulan kursi yang dipilih adalah satu sofa panjang cukup untuk dua orang dan dua kursi kayu dan Naomi memilih sofa panjang agar bisa menyenderkan kepalanya disandaran sofa.
"Dia ada acara, jadi setelah jam kerja selesai langsung pergi. Katanya mamanya sakit."
"Oh," jawab Naomi singkat.
Ameera hanya menganggukan kepalanya saja.
"Meer, bagaimana rasanya bekerja langsung dibawah pengawasan Tuan Mark?"
Ameera termenung sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Donny. Ia sedang mencari kalimat pas agar pria itu tidak curiga dengan statusnya yang sudah menjadi istri siri pewaris PT Indah Sentosa. Sejujurnya Ameera sudah lelah dengan statusnya sebagai istri siri Mark namun apa daya, hingga detik ini suaminya belum juga memberikan izin kepadanya untuk mempublikasikan ke publik bahwa mereka sudah menikah.
Ameera dilema dengan statusnya. Di mata agama, ia resmi menyandang gelar istri dari seorang pria bernama Mark namun di mata hukum dan negara pernikahan mereka tidak legal karena dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan itu membuatnya berpikir bagaimana nasib anaknya ke depan, apakah akan memiliki masa depan gemilang atau malah sebaliknya.
"Rasanya nano-nano, Don."
"Kamu tahu sendiri bagaimana sikap Tuan Mark. Pertama bekerja dengannya, aku tertekan namun lama kelamaan terbiasa."
Ameera tersenyum getir jika harus mengingat bagaimana pertama kali bekerja dengan Mark. Tepat di hari kedua Ameera menjadi asisten Mark, pria itu malah merampas masa depannya dan menyeretnya dalam sebuah tali ikatan pernikahan yang rumit hingga ia sulit keluar dari perangkap cinta sang pewaris tunggal PT Indah Sentosa.
NOTE : * www.pt-ion.com
Jadi disini author mengambil konsep restorannya bukan all you can eat ya guys tapi lebih memilih ke arah pelayan melayani secara langsung si pelanggan. 😁
"Selamat Menikmati"