Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22- Bu Santi Kambuh
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Jangan, Pak," seru bu Santi yang hendak merebut kembali dompetnya.
"Diam!"
Bu Santi kembali bergidik ngeri saat kernet itu kembali mengacungkan senjata tajam itu kearahnya. Kernet itu kemudian membuka dompet bu Santi dan memeriksa isinya yang ternyata tidak seberapa.
"Bro, ternyata duitnya cuma segini. Percuma aja dong, dari tadi kita sandera dua orang ini. Ternyata kere." kernet itu menunjukkan uang ditangannya pada temannya dengan kecewa.
"Udah, mending itu nenek-nenek lho lepasin aja. Nggak ada gunanya, udah peyot. Mending tahan aja tuh anaknya. Lumayan, Bro, cantik dan segar. Bisa buat senang-senang." melalui kaca mobil, supir itu melirik Gadis sambil tersenyum mesum.
Membuat Gadis tidak dapat lagi membendung amarahnya. Sedari tadi dia diam karena ingin melihat sampai sejauh mana kedua begal berkedok supir dan kernet angkot ini akan bertingkah. Namun, sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak!
"Ide bagus, Bro." kernet itu menerima saran dari temannya dengan senyum sumringah. Dia ikut menatap Gadis dengan tatapan penuh nafsu.
Gadis mengangkat kakinya, dengan keras dia menendang tangan kernet yang memegang pisau itu.
"ARRRGGHHH!! Bro, sakit!" jerit kernet itu saat pisau ditangannya menggores pahanya sendiri hingga berdarah akibat tendangan Gadis. Bu Santi dan supir sangat terkejut dengan aksi Gadis.
"Lho pikir bisa macam-macam sama gue?! Belum tau lho siapa Gadis!!" teriak Gadis yang kembali menendang kernet itu hingga terlempar keluar angkot.
"ARRRGGHHH!!"
"Woy!!" teriak supir marah melihat temannya diserang hingga dia spontan menghentikan laju kendaraannya.
Dengan langkah lebar, Gadis keluar dari angkot diikuti bu Santi dibelakangnya. Sesampainya diluar, Gadis langsung menghajar kernet itu dengan membabi buta. Begitupun dengan supir yang baru turun dan hendak membantu temannya. Dia juga tidak luput dari serangan Gadis.
Bu Santi turun dari angkot dan hanya diam menyaksikan tanpa berusaha untuk menghentikan. Menurutnya, kedua pria itu memang pantas diberi pelajaran.
Orang-orang yang lewat disekitar sana berlari berbondong-bondong mendekati mereka karena penasaran melihat keributan yang terjadi.
"Ada apa ini?"
"Pak, ini orang begal. Mereka nyamar jadi supir angkot buat ngerampok saya sama Ibu saya. Bahkan mereka mau berbuat kurang ajar sama saya. Iya kan, Bu?" seru Gadis menunjuk dua pria yang sudah babak belur akibat bogem mentah yang bertubi-tubi dia berikan, tanpa berhasil mereka balas karena tenaga Gadis jauh lebih kuat dari mereka.
Gadis lalu melirik Bu Santi yang mengangguk dengan cepat.
"Iya, Pak, benar."
"Jangan-jangan, mereka ini pencuri angkot itu," duga salah seorang warga memperhatikan dua begal yang terduduk tidak berdaya karena telah dikepung.
Semua orang mengangguk dan saling beradu pandang menyetujui pendapat pria itu.
"Pencuri angkot?" Bu Santi mengernyit bingung.
"Iya. Beberapa hari yang lalu, kami dengar ada supir angkot yang dibegal. Angkot dan semua harta bendanya diambil. Dan supirnya dibuang begitu saja dipinggir jalan," papar salah seorang dari mereka.
"Astaghfirullah hal azzim." Bu Santi hanya bisa beristighfar mendengar berita itu.
"Wah, parah. Udah, Pak, mending cepatan dibawa kekantor polisi. Kelamaan disini, tangan saya bisa gatal buat ngehajar lagi." perintah Gadis yang berusaha menahan diri agar tidak menghajar mereka yang sepertinya sudah tidak bisa apa-apa.
Semua orang mengangguk setuju. Para pria yang ada disana langsung meringkus kedua begal itu menuju kantor polisi.
Gadis menatap kepergian mereka dengan senyum puas karena hari ini dia kembali mendapatkan lawan yang menjadi kesenangannya.
Sedangkan Bu Santi tiba-tiba saja merasakan pusing dan sakit pada kepalanya. Bahkan hidungnya pun berdarah. Tubuhnya lemas seakan tidak bertulang. Pandangannya pun menggelap. Bu Santi pun ambruk ke jalan.
"Bu, Ibu nggak apa-apa?" seru Gadis terkejut dan spontan berjongkok. Dengan khawatir dia mengangkat dan memeluk tubuh Bu Santi yang tidak sadarkan diri.
"Pak, tolongin," teriak Gadis meminta tolong pada beberapa pria yang masih ada disana.
🌻🌻🌻🌻🌻
Dengan dibantu beberapa warga, Gadis pun membawa bu Santi kerumah sakit. Dia menghubungi Yusuf saat bu Santi sedang diperiksa di ruang UGD. Yusuf tampak sangat panik begitu mendengar apa yang disampaikan Gadis. Sekitar 20 menit kemudian, dia tiba dirumah sakit itu.
"Gadis." dengan tergesa-gesa, Yusuf menghampiri Gadis yang sedang duduk dikursi didepan ruang UGD.
"Mas." Gadis langsung menurunkan kakinya dan bangkit berdiri begitu melihat Yusuf.
"Apa yang terjadi sama Ibu?" tanya Yusuf dengan raut kepanikan yang terlihat jelas diwajah tampannya.
"Aku juga nggak tau, Mas. Tadi, tiba-tiba saja ibu pingsan."
"Ya Tuhan, ini pasti gara-gara penyakit Ibu kambuh lagi." Yusuf mengacak rambutnya dengan gelisah.
"Emangnya, ibu punya penyakit apa, Mas? Parah nggak?" tanya Gadis penasaran.
Belum sempat pertanyaannya terjawab, pintu ruang UGD sudah terbuka sehingga Yusuf langsung menghampiri dokter yang muncul dibalik pintu itu.
"Dok, bagaimana keadaan Ibu saya?"
"Penyakit ibu Santi semakin parah, Mas. Saya sarankan, selama beberapa hari ini sebaiknya beliau diopname disini. Dan, saya sarankan juga, Sebaiknya Mas segera mempersiapkan soal keperluan kemoterapinya sambil mempersiapkan operasi donor sumsum tulang belakang. Karena kalau semakin lama dibiarkan, saya khawatir ibu anda tidak akan bisa bertahan, sebab kankernya sudah menyebar," papar sang dokter sebelum berlalu dari sana.
Yusuf semakin frustasi. Dia menghenyakkan duduk dikursi sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia semakin gelisah dan putus asa memikirkan kondisi sang ibu.
Gadis yang tidak terlalu mengerti permasalahannya, ikut duduk disebelah pria itu, menatapnya dengan prihatin.
"Mas Yusuf, kenapa, Mas? Penyakit ibu udah parah banget ya?" Gadis memegang bahu Yusuf dan berusaha menatap ke wajahnya yang masih ditutup dengan tangannya.
Yusuf menurunkan tangannya dari wajahnya.
"Ibu mengidap kanker darah sudah hampir dua tahun ini. Dan dokter bilang, penyakitnya sudah stadium akut. Ibu harus menjalani kemoterapi dan operasi transplantasi sumsum tulang belakang. Dan untuk itu, tentu aku butuh uang banyak. Sedangkan, saat ini aku baru bekerja sebagai kepala gudang. Pinjam ke perusahaan pun rasanya tidak mungkin. Aku masih karyawan baru disana. Mana mungkin mereka mau percaya untuk meminjamkannya? Terkadang, aku merasa sudah menjadi anak yang tidak berguna. Bahkan, untuk mengobati ibuku saja aku tidak mampu," lirih Yusuf yang tampak marah dan kecewa pada dirinya sendiri.
Gadis jadi merasa iba melihat kesedihan pria itu. Ternyata kehidupan Yusuf dan ibunya begitu memprihatinkan. Namun, dia salut pada pria itu yang begitu menyayangi ibunya.
Seketika dia jadi teringat orang tuanya. Selama ini dia tidak pernah mempedulikan nasehat dan larangan orang tuanya. Dia menjalani hidup dengan caranya sendiri tanpa mau dilarang atau dikekang.
Kira-kira, apa sekarang orang tuanya sudah tau kalau dia kabur dari rumah tante songong itu? Mereka marah, sedih, atau sedang berusaha mencarinya?
Entahlah, dia tidak mau terlalu memikirkan mereka. Lebih baik, sekarang dia mencari cara agar bisa membantu Yusuf dan ibunya.
BERSAMBUNG