Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Anggota keluarga baru
Hari-hari ku lalui tanpa adanya hambatan saat ini aku sudah kelas 3 SD Ibu dan Ayahku memberi kabar gembira bahwa kami akan kedatangan anggota keluarga baru Ayah memutuskan membuat warung kecil-kecilan untuk Ibu agar Ibu fokus di kehamilannya dan mengurus aku beserta adikku.
Ayah pun memutuskan untuk memulai membuka Pande besi seperti orang tuanya dan Aku merasa senang akhirnya orang tuaku full time dirumah.
Keesokan harinya aku berangkat pagi-pagi sekali aku menanti kedatangan Milen ya hanya Milen yang selalu ku tunggu kedatangannya padahal aku tahu masih banyak teman yang lainnya di kelas tapi hanya Milen yang sangat akrab denganku dari dulu.
Dari jauh aku melihat Milen melangkahkan kaki menuju kelas 3 aku yang tidak sabar menunggu Milen akhirnya menghampirinya sambil melambaikan tangan aku menghampiri Milen.
"Milen aku mau cerita ke kamu,"
Ucapku sambil melangkahkan kaki menuju kelas
"Cerita saja Na kamu mau cerita tentang apa?"
Ucapnya sambil memegang ransel di pundaknya.
"Kemarin Ibuku bicara ke Ayahku dan memberi kabar bahagia bahwa Ibuku hamil lagi uh Aku tidak sabar ingin melihat bayi mungil,"
"Alhamdulillah kalau begitu Mamaku tidak mau memiliki anak lagi katanya dua anak sudah cukup".
Ucapnya sambil menaruh ranselnya di bangku.
"Kenapa seperti itu?"
Ucapku heran
"Entahlah aku pun tidak tahu kenapa memutuskan hanya punya dua anak saja,"
Aku hanya menganggukkan kepala sambil berkata
"Iya ya pemikiran orang beda-beda dan pasti setiap orang berbeda pendapat mengenai hal semacam itu."
Milen mengiyakan ucapanku dengan anggukan saja.
Semua berjalan sebagaimana mestinya tepat 9 bulan Ibuku belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk melahirkan Ibuku tenang-tenang saja karena tidak merasakan kontraksi atau apapun itu.
Bulan selanjutnya Ibu menyuruh Ayah meminta air kepada ustadz agar diberi kelancaran untuk bersalin dan singkat cerita ayah datang membawa air yang diminta Ibuku tapi Ibu merasa janggal dengan air yang dibawa oleh ayah namun tanpa banyak pertanyaan Ibu meminum air tersebut.
Keesokan harinya Ibu berpamitan kepada Nenek mau ke pasar dan Aku pun berangkat sekolah tanpa ada pikiran apapun namun saat istirahat aku tidak sengaja melihat Ibu naik becak sambil menggendong bayi dan aku yang saat itu masih jam istirahat secepat kilat pulang kerumah dengan perasaan membuncah di dada aku memasuki rumah dan langsung masuk ke kamar Ibu.
"Alhamdulillah adik bayinya sudah lahir laki-laki apa perempuan Bu adiknya?"
Tanyaku sambil melihat seorang bayi mungil yang lucu.
"Perempuan Na,"
"Namanya siapa Bu?"
"Azalea Wulandari panggilannya Lea,"
"Oh Lea hai Lea ini kakak panggil kakak Nana ya ihh lucunya adik kakak ini oh iya Bu Nana ke sekolah dulu ya takut selesai jam istirahatnya,"
"Astaghfirullah iya kamu kan masih sekolah ya sudah ke sekolah lagi sana hati-hati di hukum sama gurumu loh Na."
Ucap Ibu padaku dan aku hanya nyengir mendengar celotehan ibu sesampainya di sekolah aku menceritakan bahwa Ibuku sudah melahirkan dengan antusias Milen mendengar ceritaku dia berjanji akan melihat adikku yang baru lahir itu.
Bel pulang sekolah berbunyi aku langsung berlari secepat kilat agar sampai kerumah sesampainya dirumah aku langsung melihat Lea yang tengah tertidur dengan lelapnya Ibu yang melihatku belum mengganti seragamku langsung menegurku.
"Na Ayo ganti bajumu dulu terus makan setelah itu sholat dhuhur ya!"
Dengan enggan aku mengikuti semua perintah ibuku.
Setelah semua perintah Ibu telah kulakukan aku memutuskan tidur di samping Lea entah sejak kapan aku berpindah tempat saat bangun tidur aku terbangun di tempat tidurku sendiri dan aku berfikir mungkin ayah yang memindahkan ku.
Keesokan harinya Milen dan Tante Miska datang kerumahku untuk melihat adik kecilku yang baru saja lahir ke dunia.
Ibu-ibu bercerita pengalaman selama kehamilan sampai melahirkan sedangkan aku dan Milen memilih bermain daripada nimbrung dengan para orang tua dan 1 jam kemudian Tante Miska mengajak Milen pulang.
"Len ayo pulang Nak besok kan bisa bermain lagi dengan Nana di sekolah,"
Dengan enggan Milen menghampiri Mamanya lalu berpamitan kepadaku dan Ibuku
"Tante Sari Milen pamit pulang dulu ya selamat atas kelahiran anak ketiganya semoga menjadi anak Sholehah dan bisa membanggakan kedua orang tuanya Nana aku pulang ya see you tomorrow,"
Ucap Milen sambil melambaikan tangannya
"See you terimakasih ya Tante dan terimakasih juga untuk kamu Len sudah menyempatkan waktu kerumah melihat adikku,"
"Iya sama-sama Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Lalu aku menutup pintu kembali.
Hari senin adalah hari yang mungkin untuk sebagian murid hari yang paling tidak disukai entah karena upacara bendera atau karena pelajaran yang menurutnya paling tidak di minati.
Saat memasuki kelas aku merasa seperti ada yang kurang setelah aku ingat-ingat ternyata dua teman kelasku pindah sekolah yaitu Aulia dan Juni entah kenapa mereka berdua pindah sekolah.
Mereka baik kepadaku dan setelah aku mengingat semua tentang mereka aku berfikir kenapa mereka mendekatiku saat aku tidak bersama Milen dan setiap Aulia mendekatiku dia selalu memberiku susu Rea* Goo* dan menyuruhku menghabiskannya saat itu juga lalu memberiku lagi 1 bungkus susu lalu dia berpesan agar diminum dirumah saja.
Aku pun tidak tahu kenapa harus seperti itu dan aku yang tidak mau ribet mengiyakan saja sedangkan Juni pernah kerumahku memberiku coklat dari Australia yang dikirimkan oleh Tantenya.
Aku yang melamun dikagetkan dengan tepukan di bahuku yang ternyata itu adalah Milen.
"Kenapa Na apa yang kamu pikirkan, apakah orang tuamu ada masalah lagi?"
Ucap Milen dengan berbagai macam pertanyaan aku yang mendengar hanya tersenyum simpul sambil menggelengkan kepala lalu berkata
"Tidak ada apa-apa kok Len ayo duduk bel masuk hampir bunyi,"
"Oke" ucapnya.
Hari berlalu sebagaimana mestinya tidak terasa Lea sudah berusia dua tahun Lea yang pintar berbicara selalu dijadikan bahan lelucon oleh Budeku dan tiada hari tanpa candaan yang dilontarkan Budeku kala mengajak Lea berbicara Buyutku pun menjadi musuh terbesar Alea kala itu entah apapun yang dilakukan Buyutku Alea selalu jadi penghalangnya.
Suatu hari saat Buyutku berkeliling menjajakan dagangannya tiba-tiba ada sebuah motor menabraknya dari belakang sehingga kepala Buyutku terbentur di pembatas jalan lalu para warga berbondong-bondong menolong Buyutku setelah itu mengantar Buyutku ke rumah sakit karena darah deras bercucuran tanpa bisa dibendung.
Nenekku menuju kerumah sakit tempat Buyutku dirawat ternyata tidak hanya pelipis yang harus dijahit kaki Buyutku pun ada yang patah tulang terpaksa diharuskan rawat inap.
Seminggu setelah pulang dari rumah sakit Buyutku keluar dari rumah dari pagi hingga petang Buyutku belum pulang seisi rumah bingung mencari dimana Buyutku berada tiba-tiba ada sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan rumahku.
"Assalamualaikum."
Ibuku lalu membuka pintu
"Waalaikumsalam."
"Bubapa benar ini rumah Mbah Kucur?"
Tanya pria itu kepada Ibuku
"Oh iya Pak benar ini rumahnya,"
"Alhamdulillah ini Bu tadi Mbahnya bingung mencari jalan pulang jadi saya tanya alamatnya dan saya antar sesuai arahan Mbahnya,"
Lalu Ibuku melihat dibelakang pria itu ternyata Buyutku di antar pulang oleh pria baik hati tersebut.
"Alhamdulillah terimakasih Pak sudah mau mengantar nenek saya pulang semua orang bingung mencari beliau dari tadi sore,"
"Sama-sama Bu kalau begitu saya pamit Bu,"
"Sekali lagi terimakasih Pak,"
"Iya Bu saya pamit undur diri Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Setelah menutup pintu dan menyuruh Buyutku masuk Ibuku memarahi Buyutku habis-habisan.
"Sudah disuruh diam dirumah saja kenapa masih keluar Nek, semua orang bingung mencari nenek kemana-mana, mulai besok diam dirumah jangan keluar dari rumah lagi!"
Ucap Ibuku emosi sedangkan Buyutku mendengarkan Ibuku yang berbicara dengan lantang lalu Buyutku berkata lirih
"Besok kalian jangan ada yang mencari ku biar aku pulang sendiri kalau aku mati kalian juga yang akan merasakan senang."
Mendengar perkataan Buyutku yang ambigu Ibuku tidak menggubrisnya Ibuku memilih berlalu tanpa menoleh ke Buyutku lagi dan aku hanya bisa diam seribu bahasa tanpa berkomentar apapun.
Sesuai ucapan Buyutku kemarin beliau keluar lagi dari rumah saat rumah sepi beliau pergi dari pagi hingga petang dan tidak ada kabar dari Buyutku membuat semua orang bingung mencari Ayahku dan Ibuku mencari di sepanjang jalan yang arah ke utara sedangkan Budeku bersama anak tertuanya mencari di sepanjang jalan yang arah ke selatan dan nenekku bersama ke arah barat.
Mereka pulang kerumah tanpa tahu dimana Buyutku berada hingga saat ini sudah tiga hari Buyutku tidak pulang kerumah semua anggota keluarga resah aku pun yang setiap hari tidur dengan Buyutku sesekali terbangun karena berharap Buyutku pulang kerumah dan tidur bersamaku lagi.
Pagi harinya salah seorang tetangga menghampiri nenekku lalu berkata
"Bu coba anda berjalan ke arah utara sisir sepanjang rel kereta api karena kemarin ada selentingan berita yang mengatakan bahwa ada seorang nenek yang tertabrak kereta api dan sampai sekarang pihak keluarga tidak ada yang menghubungi rumah sakit."
Dengan perasaan yang tidak menentu Nenekku langsung mendatangi TKP sesampainya di TKP Nenekku bertanya pada warga sekitar bagaimana ciri-ciri orang yang tertabrak kereta kemarin dan setelah mengetahui ciri-cirinya Nenekku langsung bertanya jenazahnya di rumah sakit mana sejurus kemudian nenekku menuju rumah sakit tersebut.
Sesampainya di rumah sakit nenekku bertanya pada resepsionis lalu diarahkan ke ruang jenazah untuk melihat pakaian yang dipakai apakah sama dengan pakaian Buyutku.
Bak tersambar petir di siang bolong Nenekku melihat pakaian itu sama persis dengan pakaian yang terakhir kali dipakai Buyutku lalu sesuai prosedur yang ada nenekku mengurusi semua berkas yang di minta pihak rumah sakit dan aku yang kala itu baru pulang sekolah mendengar seseorang membicarakan ku.
"Kasian anak itu Buyutnya meninggal tertabrak kereta api,"
Aku yang mendengarkan penuturan orang tersebut dibuat bingung olehnya dan aku bertanya dalam hati
"Apa maksud orang itu, tidak jelas sekali,"
Dengan langkah riang ku telusuri jalanan setapak menuju rumahku sesampainya dirumah aku melihat banyak orang didepan rumahku.
Dengan perasaan berkecamuk aku berlari memasuki rumah ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya dan setelah memasuki rumah aku melihat Ibu, Bude, dan semua anggota keluargaku menangis tersedu-sedu lalu aku menghampiri Ibuku sambil bertanya
"Bu kenapa semua menangis?"
Ibuku melihatku lalu berkata
"Buyut sudah meninggal Na."
Ucapnya sambil menghapus air mata seketika itu aku langsung lemas mendengar penuturan Ibuku tersebut lalu aku mencari keberadaan Ayahku yang ternyata Ayahku ke pemakaman untuk menggali kubur.
Sayup-sayup terdengar suara sirine ambulance tepat di depan rumah ambulance tersebut berhenti lalu keluarlah Nenekku dari dalam ambulance tersebut dan beberapa orang mengangkat jenazah Buyutku untuk di sholati.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya