Follow IG : renitaria7796
Elena harus menikah muda di usianya yang baru delapan belas tahun. Karena harus memenuhi amanat dari sang ibu, Elena terpaksa menikahi teman sekelasnya Kevin Adhitama.
Tetapi Kevin mencintai teman sekolahnya Amelia putri. Bagaimana kisah pernikahan Kevin dan Elena. Lalu bagaimana nasib dari cinta Elena pada sahabatnya Dean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Kevin menguncang pelan tubuh istrinya agar terbangun dari tidur. Elena masih juga belum membuka matanya. Cukup lama Kevin membangunkan Elena tapi istrinya tidak juga terbangun.
Kevin panik, Elena tidak juga membuka matanya. Kevin menyentuh kening El terasa sangat panas. Tanpa pikir lagi Kevin segera membawa Elena ke rumah sakit.
Kevin mengendong Elena dari lantai atas apartemennya menuju ke bawah. Satpam penjaga apartemen juga ikut membantu Kevin dengan membukakan pintu mobil untuknya.
Kevin melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Kevin berteriak pada para Dokter dan suster disana agar cepat memberi tindakan pada istrinya.
"Dokter... cepat, tolong istriku," teriak Kevin.
Para suster yang mendengar teriakan itu lekas mengambil brangkar. Kevin meletakan Elena di atas brangkar dan tangannya tak pernah lepas mengenggam tangan Elena.
"Elena... sayang, bangunlah," lirih Kevin.
Suster membawa Elena ke ruangan UGD dan Dokter masuk untuk segera memeriksa keadaan Elena. Kevin menunggu di luar ruangan dengan perasaan yang khawatir dan juga cemas.
Kevin gelisah menunggu Dokter yang masih belum juga keluar dari ruangan UGD. Kevin mengigit kukunya untuk menghilangkan rasa cemas dalam hatinya. Kevin bernapas lega tak kala Dokter sudah keluar. Segera Kevin menghampiri Dokter untuk bertanya mengenai kondisi Elena.
"Dok... bagaimana kondisi istri saya," tanya Kevin.
Dokter itu membuka kacamatanya lalu menghela napas lega. "Hah...."
"Lebih baik... kita bicara di ruangan saya saja," ucap Dokter.
Kevin mengikuti Dokter itu untuk berbicara di ruangannya. Kevin duduk setelah Dokter itu mempersilakannya. Kevin cemas akan berita yang akan di sampaikan Dokter itu.
"Istri anda... kondisinya kelelahan dan sepertinya istri anda mengalami tekanan dalam dirinya," ucap Dokter.
Kevin paham apa yang di sampaikan Dokter. Itu semua karena dirinya. "Itu... saja Dok?"
Dokter itu sedikit ragu untuk bicara perihal yang menyangkut masalah pribadi. Tapi sebagai Dokter sudah tugasnya untuk menyampaikan masalah yang di hadapi pasein.
"Tuan... perlakukan istri anda dengan lembut, jangan terlalu memaksa untuk berhubungan intim," tukas Dokter.
Kevin merasa tersindir dengan perkataan Dokter. Tapi itu memang faktanya, Kevin terlalu memaksakan ke hendaknya pada Elena. Bahkan Kevin tidak pernah melakukannya secara lembut.
" Istri anda... akan kami pindahkan ke ruang perawatan," ucap Dokter.
Kevin mengangguk. "Terima kasih... Dokter, saya permisi."
Kevin berjalan gontai menuju ruang perawatan tempat istrinya berada. Kevin masuk lalu di lihatnya Elena terbaring lemah tidak berdaya. Kevin melihat bekas memar dan luka bekas perbuatannya di wajah dan juga tubuh El. Luka itu masih terlihat jelas bahkan belum bisa di katakan sembuh.
Kevin duduk di kursi samping ranjang pasein. Kevin mengengam tangan Elena lalu menciumnya. "Maaf... sayang, aku tidak sengaja," lirih Kevin.
Jari tangan Elena bergerak sedikit, Kevin yang menyadari itu tersenyum. "Elena... kamu sudah sadar."
Elena membuka matanya perlahan, kepalanya masih terasa pusing. "Kevin...."
"Sayang... jangan bergerak dulu, kamu masih sakit," ucap Kevin.
Elena melepas kasar tangan Kevin yang mengenggam tangannya. Elena memalingkan wajahnya tidak ingin melihat Kevin. Kevin mengerti Elena marah padanya. Siapa pun jika di perlakukan begitu kasar pasti akan marah.
Kevin meraih tangan Elena. "Maaf... El."
Kevin berkata lirih tapi tidak sedikitpun mengoyahkan hati Elena. Istrinya itu tidak bicara bahkan tidak ingin melihat wajah suaminya itu. Suster datang dengan membawa makanan dan juga obat untuk El.
"Ini... obatnya, di minum sesuai dosis yang sudah Dokter tulis. Makan dulu sebelum minum obat."
"Terima kasih... suster," ucap Kevin.
Suster itu pergi keluar meninggalkan ruangan Elena, setelah memberikan obat dan juga makanan khas pasein.
"El... kamu makan dulu, yah," ucap Kevin.
Elena masih terdiam tidak ingin bicara. Kevin menghela napasnya, Elena mengacuhkan dirinya. Kevin membangunkan tubuh El agar bisa duduk untuk minum dan makan. Kevin memberi sandaran bantal di belakang punggung El.
Elena hanya diam membiarkan apa yang ingin di lakukan Kevin padanya. Kevin mengambil bubur itu lalu meniupnya agar Elena tidak merasa kepanasan saat memakannya. Kevin memberikan suapan pada El tapi istrinya itu tidak membuka mulutnya.
"Buka mulutmu," kata Kevin.
Tapi Elena masih tidak bergeming dengan perintah Kevin. Kevin merasa kesal dengan tingkah Elena. "Makan El, aku tahu kamu marah padaku. Kau bisa marah kepada diriku setelah kau sembuh."
Elena membuka mulutnya menerima suapan demi suapan bubur yang Kevin berikan. Selesai memberi Elena makan, Kevin memberi Elena minum obat. Kevin membaringkan Elena kembali agar bisa beristirahat.
Kevin berbaring di atas sofa yang sudah ada di ranjang rumah sakit. Kevin menutup matanya agar bisa istirahat sebentar. Elena melihat Kevin terbaring di sofa. Elena meneteskan airmata saat teringat perilaku Kevin di Villa Dean.
"Kevin... sakit di tubuhku ini tidak seberapa dengan sakit hati yang sudah kamu torehkan. Perbuatan kamu dan Amel sungguh melukai perasaanku," lirih Elena.
Kevin terbangun dari tidurnya, hari sudah menjelang sore. Kevin mendekati ranjang El dan ternyata istrinya masih tidur. Kevin mencium kening El lalu beranjak keluar. Kevin pergi untuk mengambil semua keperluan El dan dirinya selama di rumah sakit.
Dering ponsel Kevin berdering, banyak sekali telepon dan chat dari Amel. Kevin tidak menghiraukan panggilan Amel itu. Saat ini dirinya hanya ingin fokus pada istrinya. Sebelum kembali ke rumah sakit, tak lupa Kevin membeli buah dan makanan untuk El.
Kevin kembali ke rumah sakit, lalu masuk ke dalam kamar istrinya di rawat. Elena sudah terbangun dari tidurnya. Kevin meletakan barang-barang yang telah di bawanya di atas meja samping ranjang pasein.
"Elena... bersihkan dulu tubuhmu, biar aku bantu," ujar Kevin.
Elena hanya diam, Kevin seperti bicara pada patung. Kevin mengangkat tubuh Elena untuk masuk ke dalam kamar mandi. Kevin mendudukan Elena di closet. infus El di letakan di gantungan yang memang sudah tersedia.
Kevin membuka pakaian El lalu mulai membersihkan tubuh El. Kevin melihat luka yang di sebabkan olehnya. Kevin memperlakukan Elena dengan sangat lembut dan hati-hati. Kevin tidak ingin Elena merasa kesakitan akan luka yang belum sembuh.
"Aku... keluar, jika sudah selesai panggil saja. Jika bibirmu tidak ingin bicara, berikan saja tanda jika sudah selesai," ujar Kevin.
Kevin sengaja meninggalkan Elena di dalam kamar mandi. Kevin meninggalkan Elena, mungkin istrinya itu ingin buang air kecil. Elena memberi tanda dengan mengeser tirai kamar mandi. Kevin yang mendengar tirai bergeser langsung masuk. Kevin mengangkat kembali tubuh El dan membaringkannya di ranjang.
Kevin mengupas buah untuk di berikan pada El. Kevin menyuapkan buah itu pada istrinya dan El menerimanya. Kevin seperti merawat seorang patung cantik yang hanya bisa bergerak tapi tidak bisa bicara.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.