"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Setelah jam pelajaran selesai, Lia bertemu dengan Raya dan Clara di kantin. Mereka makan bersama di kantin.
"Lia, lo udah sembuh ya?" tanya Raya dengan senyum yang hangat.
"Iya, Ra," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Lia udah sembuh."
"Alhamdulillah," ujar Clara dengan senyum yang menawan. "Kita seneng lo udah sembuh."
"Lia, lo harus banyak istirahat ya," ujar Raya dengan nada yang lembut. "Jangan terlalu banyak beraktivitas."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari teman-teman nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
"Lia, emang lo kenapa sih bisa dapet nomor telepon Angga?" tanya Clara dengan nada yang penasaran.
Lia terdiam sejenak, merenungkan perkataan Clara. Lia terkejut mendengar pertanyaan Clara. Lia belum menceritakan kejadian ketika Lia bertemu dengan Angga di sekolah Angga.
"Eh, iya, sih," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue pergi ke sekolah Angga terus minta nomor telepon nya."
Raya dan Clara menangguk mengerti. Mereka terkejut mendengar perkataan Lia. Mereka tidak percaya kalau Lia pergi ke sekolah Angga.
"Hah? Lo pergi ke sekolah Angga?" tanya Raya dengan nada yang terkejut.
"Iya, Ra," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue pergi ke sekolah Angga terus minta nomor telepon nya."
"Lo nggak takut dimarahin orangtua lo?" tanya Clara dengan nada yang khawatir.
"Nggak, kok," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue cuma minta nomor telepon nya doang. Gue nggak ngapa-ngapain."
Raya dan Clara menangguk mengerti. Mereka merasa lega mendengar perkataan Lia. Mereka berharap Lia tidak dimarahin oleh orangtua nya.
"Lia, lo berani banget, sih," ujar Raya dengan senyum yang menawan. "Gue nggak berani ngelakuin itu."
"Iya, Ra," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue cuma berani kalau udah suka sama cowok."
Raya dan Clara tertawa mendengar perkataan Lia. Mereka merasa bahagia mendengar perkataan Lia. Mereka berharap Lia bisa menjalin hubungan yang baik dengan Angga.
"Lia, lo harus hati-hati ya," ujar Clara dengan nada yang lembut. "Jangan sampai lo kecewa."
"Iya, Cla," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue bakal hati-hati."
Lia kemudian terus menikmati makan siang nya. Lia merasa bahagia bisa makan bersama teman-teman nya. Lia berharap bisa menjalin hubungan yang baik dengan Angga.
Mereka kemudian terus menikmati makan siang nya. Mereka berbincang tentang berbagai hal. Mereka merasa bahagia bisa makan bersama.
Tiba-tiba, Pandu datang mendekati meja mereka. Ia membawa nampan yang berisi makanan untuk nya.
"Eh, Pandu," sapa Raya dengan senyum yang hangat.
"Hai, Ra," jawab Pandu dengan senyum yang menawan. "Gue lagi laper. Boleh ikut makan bareng?"
"Boleh, dong," jawab Clara dengan senyum yang menawan. "Silakan duduk."
Pandu kemudian duduk di samping Lia. Ia menatap Lia dengan senyum yang menawan.
Tiba-tiba, Pandu berdiri karena dah selesai makan. Ia melihat Lia sedang makan sambil megang ponsel nya. Lia terlihat sedang membalas pesan di ponsel nya.
Pandu terkejut melihat Lia melakukan itu. Ia tidak tau siapa yang sedang dibalas pesan oleh Lia. Pandu merasa cemburu melihat Lia membalas pesan dari orang lain.
"Lia, lo lagi ngapain?" tanya Pandu dengan nada yang sedikit cemberut.
"Gue lagi balas pesan," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue lagi balas pesan dari Angga."
Pandu terkejut mendengar perkataan Lia. Ia tidak percaya kalau Lia sedang membalas pesan dari Angga.
"Angga?" tanya Pandu dengan nada yang cemberut.
"Iya, Pandu," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Angga lagi nanyain kabar gue."
Pandu merasa sedikit cemburu. Ia ingin sekali membalas pesan dari Lia. Tapi, ia tidak berani.
"Oh, ya udah," jawab Pandu dengan nada yang sedikit cemberut. "Gue pergi dulu ya."
"Oke, Pandu," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Hati-hati di jalan."
Pandu kemudian berpamitan pada Raya dan Clara. Ia berjalan menuju perpustakaan.
Lia merasa sedikit bersalah melihat Pandu sedikit cemberut. Lia tidak ingin menyakiti perasaan Pandu.
"Lia, lo kok diam aja?" tanya Raya dengan nada yang penasaran.
"Gue lagi mikirin Pandu," jawab Lia dengan senyum yang sedikit tersenyum.
"Kenapa?" tanya Clara dengan nada yang penasaran.
"Gue nggak mau menyakiti perasaan Pandu," jawab Lia dengan senyum yang sedikit tersenyum.
Raya dan Clara menangguk mengerti. Mereka merasa kasihan pada Pandu.
"Lia, lo harus jujur sama Pandu," ujar Raya dengan nada yang lembut.
"Iya, Ra," jawab Lia dengan senyum yang sedikit tersenyum. "Nanti gue bakal jujur sama Pandu."
...----------------...
Di perpustakaan, Pandu duduk di pojokan, menatap buku yang terbuka di depannya. Namun, matanya tak fokus pada huruf-huruf yang tertera di buku itu. Pikirannya masih tertuju pada Lia dan pesan yang baru saja dibalas Lia dari Angga. Angga, cowok idaman Lia yang selalu menjadi misteri bagi Pandu. Pandu merasa sedih. Ia merasa terpuruk dalam perasaan cemburu yang mendalam.
"Kenapa gue nggak berani ngungkapin perasaan gue ke Lia?" gumam Pandu dalam hati. "Apa gue nggak pantes buat Lia?"
Pandu menunduk, menatap kakinya yang tertekuk di bawah meja. Ia merasa frustasi. Ia ingin berbuat sesuatu untuk menarik perhatian Lia. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Tiba-tiba, seorang cewek bernama Hasna datang mendekati Pandu. Hasna merupakan teman sekelas Pandu. Ia sering menyapa Pandu di sekolah.
"Pandu, lo ngapain di sini?" tanya Hasna dengan senyum yang menawan.
Pandu terkejut mendengar pertanyaan Hasna. Ia menoleh dan menatap Hasna dengan wajah yang sedikit cemberut.
"Eh, Hasna," jawab Pandu dengan senyum yang sedikit tersenyum. "Gue lagi baca buku."
"Lo lagi sedih, ya?" tanya Hasna dengan nada yang lembut. "Gue lihat lo lagi menunduk terus."
Pandu terdiam sejenak, merenungkan perkataan Hasna. Pandu tidak ingin menceritakan perasaan nya pada Hasna.
"Nggak, kok," jawab Pandu dengan senyum yang sedikit tersenyum. "Gue cuma lagi mikirin ujian besok."
Hasna menangguk mengerti. Ia merasa kasihan pada Pandu.
"Pandu, lo nggak usah sedih," ujar Hasna dengan nada yang lembut. "Lo masih muda. Lo masih banyak waktu buat mencari cinta."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Hasna.
"Makasih, Hasna," jawab Pandu dengan senyum yang menawan.
Hasna kemudian berpamitan pada Pandu. Ia berjalan menuju meja lain di perpustakaan.
Pandu kemudian terus menikmati waktu nya di perpustakaan. Ia berusaha menenangkan diri nya. Ia berusaha fokus pada buku yang terbuka di depan nya.
Namun, pikiran nya masih tertuju pada Lia. Pandu merasa sedih karena Lia dekat dengan Angga. Pandu ingin sekali menarik perhatian Lia. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Pandu menunduk, menatap kakinya yang tertekuk di bawah meja. Ia merasa frustasi. Ia ingin berbuat sesuatu untuk menarik perhatian Lia. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Tiba-tiba, Hasna kembali mendekati Pandu. Ia membawa segelas jus jeruk di tangannya.
"Pandu, minum dulu jus nya," ujar Hasna dengan senyum yang menawan. "Gue beliin buat lo."
Pandu terkejut mendengar perkataan Hasna. Ia menoleh dan menatap Hasna dengan wajah yang sedikit cemberut.
"Hasna, makasih," jawab Pandu dengan senyum yang sedikit tersenyum. "Nggak usah repot-repot."
"Iya, nggak apa-apa," jawab Hasna dengan senyum yang menawan. "Gue cuma mau ngeliat lo seneng."
Hasna kemudian meletakkan jus jeruk di meja di depan Pandu. Ia kemudian duduk di samping Pandu.
"Pandu, lo kok diam aja?" tanya Hasna dengan nada yang penasaran.
"Gue lagi mikirin Lia," jawab Pandu dengan nada yang sedih.
Hasna terkejut mendengar perkataan Pandu. Ia tidak percaya kalau Pandu merasa sedih karena Lia.
"Lia? Kenapa?" tanya Hasna dengan nada yang penasaran.
"Gue nggak tau harus ngapain buat ngedapetin hati Lia," jawab Pandu dengan nada yang sedih.
Hasna menangguk mengerti. Ia merasa kasihan pada Pandu.
"Pandu, lo harus percaya diri," ujar Hasna dengan nada yang lembut. "Lo cowok yang baik. Lo pasti bisa mendapatkan hati Lia."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Hasna.
"Makasih, Hasna," jawab Pandu dengan senyum yang menawan.
Hasna kemudian berpamitan pada Pandu. Ia berjalan menuju meja lain di perpustakaan.
Tiba-tiba, Pandu teringat dengan ide yang muncul di pikiran nya. Ia berencana untuk memberikan kejutan pada Lia. Pandu berharap Lia bisa terkesan dengan kejutan nya.
Pandu kemudian bersiap-siap untuk menjalankan rencana nya. Ia berharap rencana nya bisa berhasil.
Pandu merasa optimis dengan rencana nya. Ia berharap rencana nya bisa berhasil menarik perhatian Lia.
Hasna menatap punggung Pandu yang sedang berjalan menjauhi nya. Ia merasa sedih. Ia memendam perasaan pada Pandu selama ini. Namun, Pandu hanya memikirkan Lia. Hasna merasa kesal.
"Kenapa sih harus Lia yang di pikirin Pandu?" gumam Hasna dalam hati. "Apa nggak ada cewek lain kayak aku ni? Aku harus beri Lia pelajaran tapi apa ya?"
Hasna merenungkan perkataan nya. Ia ingin memberi pelajaran pada Lia. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Hasna kemudian berjalan menuju meja di mana teman nya sedang duduk. Ia ingin menanyakan pendapat teman nya tentang cara memberi pelajaran pada Lia.
"Hai, Gita," sapa Hasna dengan senyum yang sedikit tersenyum.
"Eh, Hasna," jawab Gita dengan senyum yang menawan. "Lo lagi ngapain di sini?"
"Gue lagi mikirin Lia," jawab Hasna dengan nada yang sedih.
"Kenapa?" tanya Gita dengan nada yang penasaran.
"Pandu lagi nggak perhatian sama gue," jawab Hasna dengan nada yang sedih.
Gita terkejut mendengar perkataan Hasna. Ia tidak percaya kalau Pandu tidak perhatian pada Hasna.
"Hah? Kok bisa?" tanya Gita dengan nada yang penasaran.
"Iya, Pandu lagi mikirin Lia," jawab Hasna dengan nada yang sedih.
Gita menangguk mengerti. Ia merasa kasihan pada Hasna.
"Hasna, lo harus jujur sama Pandu," ujar Gita dengan nada yang lembut.
"Gue takut," jawab Hasna dengan nada yang sedih.
"Nggak usah takut," ujar Gita dengan nada yang lembut. "Lo harus berani ngungkapin perasaan lo. Kalo lo nggak berani, lo bakal nyesel."
Hasna menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Gita.
"Makasih, Gita," jawab Hasna dengan senyum yang menawan.
Gita kemudian berpamitan pada Hasna. Ia berjalan menuju meja lain di perpustakaan.
Hasna kemudian terus menikmati waktu nya di perpustakaan. Ia berusaha menenangkan diri nya. Ia berusaha fokus pada buku yang terbuka di depan nya.
Namun, pikiran nya masih tertuju pada Pandu dan Lia. Hasna merasa kesal karena Pandu hanya memikirkan Lia.
Hasna menunduk, menatap kakinya yang tertekuk di bawah meja. Ia merasa frustasi. Ia ingin berbuat sesuatu untuk menarik perhatian Pandu. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Tiba-tiba, Hasna teringat dengan ide yang muncul di pikiran nya. Ia berencana untuk memberikan kejutan pada Pandu. Hasna berharap Pandu bisa terkesan dengan kejutan nya.
Hasna kemudian bersiap-siap untuk menjalankan rencana nya. Ia berharap rencana nya bisa berhasil.
Hasna merasa optimis dengan rencana nya. Ia berharap rencana nya bisa berhasil menarik perhatian Pandu.
Hasna kemudian berjalan menuju meja di mana teman nya sedang duduk. Ia ingin menanyakan pendapat teman nya tentang rencana nya.
"Gita, gue punya ide," ujar Hasna dengan senyum yang menawan.
"Ide apa?" tanya Gita dengan nada yang penasaran.
"Gue mau beri kejutan pada Pandu," jawab Hasna dengan senyum yang menawan.
Gita terkejut mendengar perkataan Hasna. Ia tidak percaya kalau Hasna berencana memberi kejutan pada Pandu.
"Hah? Kenapa lo mau beri kejutan pada Pandu?" tanya Gita dengan nada yang penasaran.
"Gue mau tarik perhatian Pandu," jawab Hasna dengan senyum yang menawan.
Gita menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Hasna.
"Ide lo bagus," ujar Gita dengan senyum yang menawan. "Tapi, lo harus hati-hati. Jangan sampai lo kecewa."
Hasna menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Gita.
"Makasih, Gita," jawab Hasna dengan senyum yang menawan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!