Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 : DUNIA FANTASI.
Pagi hari... Alarm berbunyi nyaring, membuat Nandini terbangun dari tidurnya. Mau tak mau ia bangun dan turun dari ranjang membuka jendela kamarnya, menghirup udara segar dan meregangkan tubuhnya.
Arggghhh ... Dut!
''Enaknya kentut di pagi hari.'' Nandini mengelus perutnya.
Beberapa hari ini Nandini bangun di pagi hari, namun dengan rasa bahagia ... tidak ada teriakan, tidak ada cacian, tidak ada orang yang menyuruh dirinya ini itu lagi. Ia bisa kentut dimana pun yang ia suka, tidak perlu pergi jauh kebelakang karna hidung mantan mertuanya yang sensitif dengan bau kentut.
Apalagi Nandini senang karna semua uang yang ia curi dari mantan suaminya sudah masuk kedalam empat rekening miliknya. Tidak tanggung-tanggung, empat rekening itu berisian dua stengah miliar rupiah. jadi total semua uang yang ia simpan sebesar 7,5M.
Belum lagi Nandini menyumbangkan separuh uangnya untuk lima yayasan dan duafa dan beberapa mesjid dengan nama hamba Allah.
Nandini hanya tinggal mengurus perhiasan mantan mertuanya, dan ia berniat untuk membeli rumah untuk sang ibu dengan uang itu. Tapi tidak sekarang, ia akan menunggu keadaan dingin dan tentram terlebih dahulu, apa lagi Ia merasa jika akhir-akhir ini seperti ada seseorang yang memantau dirinya, ia takut jika sang pemantau itu suruhan dari Seno.
Nandini akan terus bersikap sederhana dan tidak terlalu mencolok.
Drettt...
Ponsel Nandini berdering, membuat Nandini melihat layar ponselnya yang sudah setengah retak itu, terlihat nama Pak Adam yang memanggil.
Nandini tersenyum, ''Hallo, Pak Adam.''
''Hay ... sudah bangun tidur?''
Nandini refleks mengangguk, ''Emm ... iya.''
''Aku sudah menunggu mu dibawah, ada hal yang perlu kita bicarakan.''
Arghh ... Nandini terkejut menggigit bibir bawahnya, menoleh ke arah jendela dimana ia melihat mobil Adam sudah terparkir rapih di bawah sana.
"Ya ampun ... aku kentut kedengeran nggak yaa, aaahhkkk maluuu."
Adam mendongkak melihat Nandini sambil melambaikan tanganya dan tersenyum. ''Bagaimana?''
''Um... baiklah, tunggu sebentar ya Pak. Saya siap-siap dulu, tapi ... agak lama tidak apa-apa?''
''It's oke, aku menunggu.''
Setelah mendengar jawaban, Nandini kalangan kabut mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi, sedangkan Adam menunggu di dalam mobil dengan tenang sambil melihat penampilannya, apakah sudah rapih atau ada yang kurang.
''Huumm ... Perfect.'' Ucapnya sambil membenarkan rambutnya.
Setelah beberapa menit Nandini bersiap diri, kini dia turun dengan senyum terbaiknya ... ia yakin jika Pak Adam mempunyai kabar baik untuknya.
Ia memang mempunyai banyak uang, tapi bukan berarti dia mau berfoya-foya ... Ia harus bekerja agar tidak ketergantungan dengan uang yang sudah ada.
Adam yang melihat Nandini keluar dari kos-kosannya langsung turun dari dalam mobil dan menghampiri Nandini ... Mereka bertegur sapa lalu mempersilahkan Nandini masuk dan membuka pintu mobil untuk calon masa depannya.
Nandini tersipu malu, karena baru kali ini ada seorang pria yang meng-spesialkan dirinya seperti ini.
''Terima kasih Pak, padahal aku bisa sendiri.'' Ucap Nandini menunduk.
''Tidak apa-apa, aku senang melakukannya untukmu.''
Keduanya saling bertatapan dan mengunci, melihat bola mata mereka masing-masing. Ada percikan percikan api cinta yang semakin tumbuh di hati Adam, membuat sang empu membuang muka karna malu terlalu lama menatap mata indahnya Nandini.
(Othor : Mohon maaf guys, si bujang lapuk salting, maklum belum pernah pacalan.)
"Jadi bagaimana, apa ada pekerjaan untukku?'' Tanya Nandini membuka keheningan.
Adam berpikir sejenak dan mengangguk.
"Umm ... Sebelum aku memberikan kabar baik untukmu. Ayo kita jalan-jalan ke sesuatu tempat, yang mungkin belum pernah kamu datangi."
Nandini mengerutkan keningnya, "Memangnya kita mau kemana?"
"Ikut dan percayalah padaku, hari ini kita akan bersenang-senang."
Nandini menggangguk dan mencoba untuk mempercayai pria di depannya ini, karna menurut Nandini ... Adam adalah orang yang baik yang pernah ia temui.
•••
Beberapa menit kemudian..
Nandini membelalakkan kedua matanya dengan terkejut. Bagaimana tidak! Adam membawa dirinya ke dunia fantasi. Nandini belum pernah menginjakkan kaki di sini dan hari ini seperti mimpi ia bisa datang kesini.
''I---ini ... waahhhh''
''Kau suka?''
''Tentu! Ahhh ... Pak Adam, makasih banyak.'' Nandini dengan refleks memeluk Adam saking senangnya. Membuat sang empu membeku di tempat.
BRUG!
Lutut Adam lamas seketika, membuat Nandini terkejut.
''Pak Adam, kamu kenapa?''
Adam segera sadar dan langsung berdiri, ''Ahh ... itu, apa, anu. Ummm tidak sengaja kesandung.'' alibinya.
''Ayoo ...''
Lagi dan lagi Adam seperti merasakan setruman yang maha dasyat, ketika Nandini menggandeng tangannya.
"Oh, tuhan ... selamatkan jantungku!" gumam Adam dalam hatinya.
Sedangkan Nandini seperti anak kecil saat menarik Adam untuk segera masuk kedalam, ia sudah tidak sabar untuk berkeliling di dunia fantasi ini.
''Ahhh ... Ha ha.'' Nandini berteriak senang, saat ia dan Adam bermain mobil-mobilan, dimana Nandini tidak terlalu mahir mengendarainya, membuat ia menubruk mobil yang lainnya.
''Ini sangat menyenangkan. Terakhir aku main ini di umur lima belas tahun, itu pun di pasar malam.'' Teriak Nandini senang.
Puas bermain, keduanya menaiki permainan Turangga rangga (karousel) yang banyak kuda terapung berkeliling.
Nandini tertawa saat Adam hanya diam kaku di tempatnya, sementara Nandini berdadah dadah ria ke'arah orang lain.
Nandini menyeret Adam kesana kemari, menaiki permainan ini dan itu. Bahkan Adam rela memakai bandu binatang yang sama dengan Nandini.
Mereka mengabadikan moment kebersamaan mereka, dan berselfi ria.
''Aargghhhhh ...'' Adam berteriak kencang, saat tubuhnya terombang ambing dalam permainan kora-kora. Kegagahan yang Adam miliki seketika luntur saat i7
a berteriak seperti anak kecil.
HUEEEKKK...
Adam memuntahkan semua isi perutnya saat turun dari permainan kora-kora, ia tak sanggup dan ingin melambaikan tangannya ke arah kamera namun ia gengsi.
''Di minum dulu Pak Adam.'' Nandini menyodorkan air dengan raut wajah khawatir, lalu dengan reflek menyentuh pundak Adam untuk memijitnya.
BYUURRR...
Adam menyemburkan air di dalam mulutnya seperti mbah dukun.
''Jangan sentuh! Tanganmu ada listriknya.''
''Hah?'' Nandini bingung lalu melihat telapak tangannya. ''Listrik? masa sih ...'' Nandini menatap Adam, yang langsung mengangguk dengan mantap.
''Masa iya.'' Nandini mecoba untuk menyentuh pundak Adam, namun sang empu langsung menggeser posisinya.
''Jangan.''
''Kak, ini minumannya.'' seorang pelayan menaruh dua minuman yang di pesan Nandini.
''Ah, terima kasih.'' Nandini mencoba menyentuh tangan pelayan itu, namun tidak ada reaksi apapun. Lalu Nandini melihat Adam yang sedang mencuri pandang ke arahnya.
"Apa gara gara naik kora kora itu aku punya kekuatan yaa ..." Gumam Nandini, yang langsung menggelengkan kepalanya. ''Tidak mungkin.''
''Pak Adam mau makan sesuatu? biar aku pesankan.'' Nandini mengalihkan topik pembicaraan
''Tidak perlu, Nan. Habiskan saja waktu kita disini, itung-itung pendekatan. Eh ... maksudnya itung-itung aku ada waktu.''
Nandini tersenyum, ''Nggak bisa gitu ... biar aku yang teraktir. Pak Adam mau makan sesuatu yang belum pernah di coba?''
''Ada, ayo kita beli sama-sama.''
keduanya berjalan ber'iringan membeli makanan yang belum pernah mereka coba sebelumnya. Lalu membawa makanan itu ke tempat sepi dan tidak bising oleh suara-suara orang yang berteriak.
''Ummm ... ini enak.'' Nandini menyuapkan crondog miliknya kedalam mulut.
Adam tersenyum senang, kali ini ia berhasil mengambil hati Nandini ... Cukup mudah ternyata, tapi jika keduanya bersentuhan membuat Adam tidak kuat menahan gejolak dalam dada hingga membuat dirinya salah tingkah dan terlihat konyol.
''Nan, boleh aku tanya sesuatu?''
Nandini menoleh dan mengangguk.
''Tipe pria idaman mu seperti apa?''
Nandini yang sedang asik memakan crondognya langsung berhenti dan menelan makanan itu dengan susah payah.
''Memangnya kenapa?'' bukan menjawab, Nandini malah balik bertanya.
Adam langsung menggeleng. ''Hanya ingin tahu saja.''
''Umm ... setelah pernikahan ku yang pertama gagal, aku tidak memikirkan tipe ideal. Yang terpenting dia bertanggung jawab, setia dan tentu saja harus mencintaiku.'' Nandini tersenyum. ''Kenapa? Pak Adam mau daftar yaa?'' guyon Nandini, membuat Adam tersentak kaget.
KHEM.
''Sebenarnya aku ...''
DREETTT ... DREEETTT ...
Perkataan Adam terpotong ketika Nandini menerima telepon dari seseorang.
''Apa! Yang benar.''
•••
...LIKE.KOMEN.VOTE...
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕