Bride Of Choice

Sesuai rencana, sehabis makan siang Hansel dan Aileen akan pulang. Baru keluar dari ruangan Hansel, Aileen sudah merasakan ketakutan yang luar biasa.

Sudah terbayang di dalam benaknya akan kemarahan Helda, Freya dan Pharsa.

Tatapan penuh benci dan juga perlakuan kasar yang akan dia dapatkan.

Mereka bertiga meminta dia datang kemari untuk menetapkan perjodohan, tapi apa yang terjadi? dia malah menyetujui pernikahan itu bahkan berniat tinggal pula bersama Hansel.

"Paman," panggil Aileen ketika mereka sampai di depan pintu lift, membuat Hansel urung untuk menekan tombol buka.

Hansel menoleh, tidak bertanya ada apa tapi hanya menatap. Namun Aileen tahu, Hansel sedang menunggu dia kembali berucap.

"Paman, sebaiknya kita batalkan saja pernikahan ini. Aku takut, sangat takut," terang Aileen, matanya berulang kali berkedip dengan cepat, menandakan ketakutan dan gugup yang tak terkendali.

Dan melihat Aileen yang selalu takut seperti itu membuat Hansel hatinya sedikit terenyuh, mulai tumbuh rasa iba.

"Percayalah pada ku, aku bahkan bisa membungkam mulut mereka sebelum mereka berucap."

"Aku serius Paman, mama pasti akan sangat marah. Kak Freya dan kak Pharsa juga."

"Berikan tangan mu."

"Untuk apa?" tanya Aileen, dia menggenggam kedua tangannya sendiri yang sudah terasa lembab dan dingin.

Tapi Hansel tidak menjawab, dia malah mengulurkan tangan kanannya, meminta Aileen untuk menyambut itu.

"Genggam tanganku."

"Untuk apa?"

"Menurut lah."

"Bukannya syarat itu berlaku setelah kita menikah."

"Aileen."

"Paman jangan menatapku begitu, aku jadi takut," balas Aileen lagi, saat melihat Hansel mulai menatapnya dengan serius.

Dengan ragu Aileen menerima uluran tangan itu, pelan-pelan menjatuhkan tangan kecilnya di telapak tangan kanan Hansel yang terbuka.

Tangan besar yang langsung menggenggam erat tangannya, jemari kecil yang terasa dingin itu seolah terlindung di tangan hangat ini.

Terasa sangat nyaman bagi Aileen.

Dan setelah menggenggam erat tangan calon istrinya, Hansel dengan segera menekan tombol buka pada lift.

Mereka terus saling menggenggam hingga sampai di lobby.

Sontak saja hal itu menjadi pusat perhatian semua karyawan yang ada disana. Apalagi saat ini masih memasuki jam istirahat, para karyawan turun untuk mendatangi kantin perusahaan di lantai dasar.

Mereka semua terkejut, menatap heran sang CEO yang seperti sedang menyeret seorang adik.

Desas desus pun mulai berhembus, tapi tidak ada satupun yang mengatakan jika itu adalah wanita sang CEO.

Di depan pintu lobby, mobil Hansel sudah disiapkan oleh bawahannya.

kali ini Hansel akan mengemudikan mobilnya seorang diri, dia meminta Aileen untuk duduk di sampingnya.

Aileen menurut, masuk tanpa banyak kata.

Mobil mulai melaju, dan makin mendekati rumah Aileen semakin takut pula lah gadis cantik ini.

"Paman."

"Jangan takut."

Aileen kembali diam, kini mobil mereka mulai memasuki halaman rumah mewah keluarga Clarke.

Hansel turun lebih dulu, dia ingin membukakan pintu untuk Aileen namun gadis itu sudah lebih dulu membukanya sendiri.

Dan tanpa negosiasi, kini keduanya kembali saling menggenggam erat.

Mendekati pintu rumah itu, genggaman Aileen semakin erat terasa di tangan Hansel.

"Kamu tidak perlu bicara apapun, cukup berlindung pada ku."

Aileen mengangguk, dia bersembunyi di balik tubuh Hansel saat pria ini mulai menekan bell rumah.

Tak berselang lama seorang pelayan membukakan pintu itu.

Helda yang sedari tadi menunggu kepulangan Aileen pun segera menghampiri ke depan, namun alangkah terkejutnya dia saat malah melihat Hansel disana.

"Hansel," sapa Helda dengan senyum terkembang , dia menggerakkan tangan kanannya mengusir pelayan yang tadi membuka pintu.

Namun senyum Helda langsung hilang saat dia melihat tangan Hansel menggenggam seseorang.

Seseorang yang begitu dia hapal siapa, Aileen.

Seketika kepala Helda jadi mendidih.