NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:824
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22: Kebenaran yang Menghampiri

Malam itu begitu sunyi hingga suara detak jantung Mira terdengar lebih keras dari biasanya. Ketika pria berjubah hitam itu berdiri di depannya, semua yang ada di sekelilingnya terasa kabur. Hanya ada dia dan sosok misterius yang seolah membawa kehancuran bersamanya. Evano berdiri di samping Mira, wajahnya tegang, matanya penuh peringatan. Meskipun mereka menghadapi bahaya besar, sesuatu yang lebih mendalam muncul dari dalam Mira—rasa takut yang begitu manusiawi, tapi bercampur dengan dorongan untuk bertahan hidup.

Pria berjubah hitam itu tidak langsung menyerang, justru ia bergerak pelan, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat baginya. Setiap gerakannya membawa kesunyian yang menakutkan. Mata pria itu—gelap, tanpa cahaya—mengunci pandangan Mira.

“Kau tahu kenapa aku di sini, bukan?” Pria itu berbicara dengan nada tenang, tapi tegas. Seolah pertanyaan itu sudah memiliki jawabannya.

Mira tidak menjawab. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, tapi ia tidak berani mengalihkan pandangannya. Di dalam dirinya, ada pertarungan batin yang begitu kuat. Ketakutan, keraguan, rasa bersalah—semua perasaan yang sangat manusiawi menghantam dirinya sekaligus. Meski begitu, ada satu hal yang jelas dalam pikirannya: dia harus tahu siapa pria ini dan apa hubungannya dengan masa lalunya.

"Apa maumu?" Mira akhirnya bertanya, suaranya terdengar lebih kuat daripada yang dia rasakan di dalam.

Pria itu mengeluarkan senyum dingin. “Bukan soal apa yang aku inginkan, tapi tentang apa yang kau butuhkan. Kau telah terlalu lama menghindari takdirmu, Mira.”

Kata-kata itu menusuk hati Mira. Takdir. Dia sudah lama merasakan beban itu, tapi belum pernah ada orang yang mengungkapkannya dengan cara seperti ini. Dalam dirinya, Mira tahu dia berbeda—terpisah dari dunia manusia biasa. Darah Phoenix dan vampir yang mengalir dalam tubuhnya bukan hanya anugerah, tapi juga kutukan. Selama ini, dia terus bertanya-tanya, apa arti sebenarnya dari keberadaan dirinya?

“Aku bukan siapa-siapa,” Mira mencoba menyangkal, suaranya bergetar sedikit, meski dia tahu ucapannya lemah. “Aku hanya mencoba hidup.”

Mata pria itu menyala tajam. “Kau adalah kunci dari sesuatu yang lebih besar. Dan aku di sini untuk membawamu pada takdir itu, meski kau menolaknya.”

Evano bergerak cepat, berdiri di depan Mira, memotong tatapan pria itu. “Dia tidak ikut denganmu. Kalau kau ingin dia, kau harus melewati aku dulu.”

Namun, pria berjubah itu tidak terpengaruh. Dia hanya tertawa kecil, senyum tipis tetap terpampang di wajahnya. “Oh, Evano... selalu menjadi pelindung yang setia. Tapi kau tidak bisa melindunginya selamanya. Pada akhirnya, kebenaran akan menelannya hidup-hidup, dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk menghentikannya.”

Mira bisa merasakan ketegangan di antara kedua pria itu meningkat. Evano, dengan wajahnya yang keras dan tegas, tampak siap menyerang kapan saja. Namun, pria berjubah hitam ini berbeda. Ada kekuatan yang tidak kasatmata yang menyelimuti setiap gerakannya, sesuatu yang membuat Mira merasakan ketakutan yang hampir melumpuhkan.

“Siapa kau sebenarnya?” Mira akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Dia tahu bahwa untuk melawan, dia perlu memahami siapa yang dia hadapi.

Pria itu menatap Mira sejenak, seolah menimbang apakah dia harus menjawab pertanyaan itu atau tidak. “Namaku mungkin tidak penting bagimu, tapi ketahuilah satu hal: aku adalah bagian dari darah yang kau warisi, bagian dari masa lalu yang tidak bisa kau tinggalkan. Kami, para Pembawa Kegelapan, telah lama menunggumu.”

Mira merasakan dunia seolah terbalik. "Pembawa Kegelapan?"

“Kau bukan sekadar campuran darah Phoenix dan vampir, Mira,” lanjut pria itu. “Ada sesuatu yang jauh lebih gelap di dalam dirimu. Sesuatu yang diwariskan melalui darah keluargamu, dari garis keturunan vampir terkuat. Dan tugas kami adalah membawamu kembali kepada kegelapan yang menjadi hakmu.”

Evano tiba-tiba menggeram. “Jangan dengarkan dia, Mira. Ini semua kebohongan.”

Namun, Mira tidak bisa sepenuhnya menyingkirkan perasaan yang mengusiknya. Sejak dia mulai merasakan kekuatannya bangkit, ada bagian dari dirinya yang selalu ia takutkan, bagian yang gelap dan tak terjelaskan. Tapi mendengar hal itu dari pria ini—dengan segala keyakinannya—membuat Mira semakin ragu.

"Apakah itu benar?" tanya Mira dengan suara bergetar. "Apakah aku benar-benar bagian dari... mereka?"

Evano mencoba menenangkannya, tapi Mira bisa melihat ketegangan di wajahnya. Dia tahu, bahkan Evano mungkin menyembunyikan sesuatu darinya. Selama ini, Evano selalu melindunginya, tapi tidak pernah memberitahu seluruh kebenaran.

Pria berjubah hitam itu mengambil satu langkah ke depan, suaranya berubah lebih tenang, seolah dia mencoba merayu Mira dengan kata-katanya. “Kau tahu, Mira. Kau sudah merasakannya. Kegelapan itu bukan musuhmu, melainkan bagian dari dirimu. Kau tidak akan bisa lari selamanya.”

Ada konflik besar dalam diri Mira. Keinginan untuk menolak, tetapi juga rasa penasaran yang mendalam. Bagaimana jika apa yang dikatakan pria itu benar? Bagaimana jika ada sesuatu dalam dirinya yang lebih besar daripada yang dia bayangkan? Rasa takutnya bergeser menjadi keingintahuan yang menakutkan.

Namun, sebelum Mira bisa memutuskan, Evano bergerak cepat. Dalam sekejap, dia menyerang pria berjubah hitam itu, gerakannya seperti bayangan, tak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi pria itu, dengan mudahnya menghindar, seperti angin yang tak terjangkau. Mereka bertarung dalam keheningan, dengan kecepatan yang terlalu cepat untuk diikuti oleh Mira.

Dentuman keras terdengar ketika kekuatan mereka bertabrakan, memecah ketenangan malam. Evano mengerahkan seluruh kekuatannya, tapi pria berjubah hitam itu terus menghindar dengan mudah. Setiap kali Evano menyerang, pria itu hanya tertawa kecil, seolah-olah ini semua hanyalah permainan baginya.

Akhirnya, setelah beberapa kali bertukar serangan, pria itu melompat mundur, menghentikan pertarungan.

“Evano, kau tidak akan pernah bisa menang melawan takdir,” katanya, suaranya penuh ejekan. “Dan kau, Mira… kau akan segera mengerti. Ini hanya permulaan.”

Dengan itu, pria itu menghilang dalam kegelapan, seperti bayangan yang terserap oleh malam. Suara gemuruh kecil yang tersisa dari pertarungan mereka mereda, menyisakan keheningan yang menakutkan.

Evano berbalik, napasnya sedikit memburu. Mira hanya berdiri di tempatnya, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang tak terjawab.

“Apa semua itu benar?” Mira akhirnya bertanya, suaranya nyaris tak terdengar. “Apa aku bagian dari kegelapan?”

Evano tidak langsung menjawab. Wajahnya yang biasanya tenang sekarang terlihat dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. “Mira, kau adalah apa yang kau pilih untuk menjadi. Kegelapan mungkin mengalir dalam darahmu, tapi itu bukan berarti kau harus menyerah padanya.”

“Tapi bagaimana jika aku tidak bisa melawannya?” Mira bertanya, suaranya serak. “Bagaimana jika itu bagian dari diriku?”

Evano mendekat, meletakkan tangannya di pundak Mira. “Tidak ada yang bisa menentukan takdirmu selain dirimu sendiri. Aku di sini untuk membantumu, Mira. Tapi pada akhirnya, kau yang harus memilih.”

Kata-kata Evano memberinya sedikit penghiburan, tapi Mira tahu ini lebih rumit dari itu. Kegelapan yang ada di dalam dirinya bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Dia bisa merasakannya, berdenyut di dalam dirinya, menunggu waktu yang tepat untuk meledak. Dan sekarang, dengan kehadiran pria berjubah hitam itu, Mira menyadari bahwa waktunya semakin dekat.

Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Di dalam hati Mira, ada kekosongan yang menakutkan, dan ketakutan yang semakin mengakar. Dia tahu bahwa takdirnya tidak bisa dihindari. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah dia cukup kuat untuk menghadapinya?

Bersambung...

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!