Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Davendra
Davendra hampir saja membanting ponselnya. Tadi telponnya ngga diangkat. Sekarang ponsel istrinya malah ngga aktif.
Dia sedang membantu operasi? Hatinya mencoba membela sikap Retania.
Untuk memastikannya, Davendra pun menelpon tantenya, dokter Astrid.
"Nyari aku apa Kemala?" sahutan judes tantenya terdengar.
Davendra tertawa pelan.
"Tante, lagi ngajak Reta operasi, ya?"
"Operasi apa? Retania sedang di ruang bayi. Hukuman itu masih berlaku untuknya."
Davendra ngga menjawab. Teringat lagi video yang pernah dikirimkan padanya.
Jantungnya berdebar cepat dengan aliran darah yang mengalir deras.
"Ada apa? Dia ngga jawab telpon kamu? Mungkin bayi bayi lagi rewel. Sudah, ya, aku mau operasi."
KLIK
Dokter Astuty sudah memutuskan sambungan telponnya.
Davendra menghembuskan nafas berat.
Untung saja dia sudah selesai menangani klien yang dia batalkan kemarin.
Dengan perasaan cemburu yang meluap, Davendra mengambil kunci mobil, tergesa gesa mengeluarkan ponselnya.
"Pak, satu jam lagi Pak Roger sudah janjian mau bertemu," ucap Lilis cepat sambil berdiri. Dia terkejut mendengar suara bantingan pintu ruangan bosnya.
"Batalkan."
Lilis hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Padahal bosnya sendiri yang minta dia ingatkan agar menelpon istrinya karena akan double date dengan Pak Roger dan pacarnya satu jam lagi.
*
*
*
Elza yang baru selesai membantu operasi usus buntu, berjalan lunglai dengan dua orang dokter lainnya mendekati ruangan istirahat mereka. Di wajah mereka terlihat sangat kelelahan.
Di tangan mereka sudah ada cup kertas minuman hangat. Makanan yang mereka pesan di kantin akan diantarkan ke oleh ob.
Kalo makan di kantin, ngga akan bisa tenang dan sudah pasti merugi. Karena baru beberapa suap terpaksa harus ditinggalkan kalo ada panggilan tugas negara yang memanggil.
Kalo makan di ruangan mereka, masih bisa diamankan buat dimakan nanti, walau sudah dingin.
"Kok, sepi, ya. Zulfa sama Reta belum ke sini?"
Kedua dokter muda laki laki itu menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya belum."
"Lingga juga ngga kelihatan."
"Padahal tadi katanya mau pergi sebentar." Kedua dokter muda itu saling sahut sahutan.
"Ooh," jawab Elza sambil manggut manggut.
Mereka pun memasuki ruang istirahat
"Loh, ini, kan, tas Retania." Elza sampai memegang tas temannya.
"Tapi dia kok ngga kelihatan?"
"Mungkin lagi tiduran," sahut salah satu dokter laki laki itu.
"Coba aku lihat."
Kedua dokter laki laki itu hanya mengangguk bermaksud menikmati makan siang yang baru saja di antar OB
"Reta, kamu lagi tidur, ya....." Perlahan Retania mendorong pintu ruangan istirahat mereka.
PLUK!
Gelas kertas coklat panasnya terjatuh.
Rasa panas yang mengenai betisnya ngga dia rasa rasa. Keterkejutannya membuat dia berdiri seperti patung.
"Ada apa?" tanya salah satu teman dokter laki lakinya.
"Ngga apa apa." Elza tersadar, Dia segera menutup pintu dengan perasaan takut yang mencekam.
Ini ngga mungkin, batinnya berkali kali.
"Retania ada?"
Suara bariton itu membuat Elza dan kedua temannya berpaling. Ketakutan membuat jantungnya seakan dicengkeram dengan sangat kuat.
"Tasnya ada, sih, pak," sahut salah satu dokter muda itu.
"Em... Dia mungkin ke toilet," bohong Elza.
Hatinya masih yakin kalo kedua rekannya ngga mungkin melakukannya secara sadar.
Yang paling aneh, keduanya seperti orang pingsan.
Masa ngga dengar suara suara yang cukup keras di dekat mereka?
Tapi laki laki itu dengan tenang mendorong Elza agar bergeser ke samping.
Kedua rekan dokternya sampai ngga ngga jadi menikmati makannya karena merasa ada sesuatu yang aneh. Wajah Elza juga kelihatan pucat. Mereka mendekati Elza dengan perasaan aneh.
OB pun ngga jadi pergi. Suasana mendadak terasa tegang.
"Ada apa rame rame? Daven, kamu ngapain ke sini? Kamu ngga kerja?" suara omelan ibu suri terdengar tambah membuat Elza ketakutan .
Nasib Retania dan dokter Lingga dalam bahaya.
Dan anehnya mereka masih saja terlelap.
Ada yang aneh.....!
Ngga lama.kemudian terdengar suara pukulan bertubi tubi setelah Davendra melihat istrinya sedang tidur dengan dipeluk laki laki yang dia selalu cemburu-i.
Flashback on
Davendra yang baru saja akan menjalankan mobilnya langsung meraih ponselnya yang bergetar tiada henti.
Harusnya dia abaikan notif dari orang yang ngga dia kenal.
Tapi rasa penasarannya membuat dia membuka pesan itu. Karena pesan itu berupa foto.
Reflek dia mengerem mobilnya.
Pupil matanya membesar ngga percaya melihat lima foto yang dikirimkan padanya.
Setelah membanting ponselnya di jok sebelahnya, Davendra melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia ngga peduli dengan klakson motor atau mobil yang hampir dia serempet.
Hawa marah sudah sangat menggila, membakar dadanya.
Endflashback.
"LAKI LAKI KURANG AJAR!.BANG S AT!" Davendra menarik jas dokter Lingga dengan kasar dan dengan sangat kuat membantingnya ke lantai.
BUGH!
Lingga tersadar karena merasakan sakit tubuhnya saat beradu lantai.
"Aarrgghh.... Ada apa.... Eh, Aarrgghh.....!"
Davendra ngga membiarkan laki laki sampah itu menjelaskan. Pukulan dan tendangan bertubi tubi dia lancarkan ke tubuh dan wajah Lingga.
Suara teriakan Elza dan beberapa orang yang ada disitu menyadarkan Retania.
Beberapa orang berusaha melerai, menjauhkan dokter Lingga dari hajaran anak pemilik rumah sakit yang sedang kalap.
Keadaan Lingga sangat memprihatinkan. Tubuh dan wajahnya babak belur juga penuh darah.
"Ad.... Ada apa ini?" Retania terkesiap dengan rasa pusing di dan ngantuk yang belum hilang.
Elza mendekatinya, memeluknya dengan wajah pucat dan mata yang berkaca kaca.
Dia yakin temannya sudah dijahati.
Elza memeluk Retania yang masih nampak bingung dan panik saat melihat keadaan Lingga yang penuh memar dan berdarah darah, juga suaminya yang sedang meronta karena ditahan oleh beberapa orang. Termasuk dua rekan dokternya dan beberapa sekuriti rumah sakit.
"Elza, ada apa ini?" tanyanya pelan.
Elza ngga bisa menjelaskan. Temannya malah menangis, hingga Retania semakin ngga mengerti.
"Dave....," panggilnya pelan.
Suaminya menatapnya penuh kemarahan.
"LEPASKAN!" Davendra menyikut dengan kasar tangan orang orang yang menahan tubuhnya, membuat mereka reflek melepaskannya sambil.mengaduh kesakitan.
Hati Retania bergetar takut melihat kemarahan yang nyata di dalam sepasang mata laki laki yang katanya mencintainya.
Elza pun makin erat merangkulnya.
"KITA CERAI!" seru Davendra kemudian melangkah pergi. Orang orang yang ada di sana menyingkir, seolah memberikan jalan pada laki laki muda yang sudah dikhianati istri yang baru saja dia nikahi.
Tubuh Retania terpaku. Mematung, bingung.
Kenapa dia yang marah? Bukannya harusnya dia meminta maaf padanya?
Laki laki itu yang salah padanya, kan?
Retania dapat rasakan guncangan tubuh Elza yang menangis di bahunya. Dia juga merasa aneh dengan tatapan orang orang padanya.
Tatapan mereka seperti merendahkannya. Tapi ada juga tatapan ingin tau.
Dia beralih saat mendengar suara kesakitan Lingga.
Kedua teman laki laki mereja segera menolongnya. Lingga mengalami luka luka pukulan dan tendangan yang sangat parah.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan