Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 22
Kabar Leina yang terjatuh dari tangga diketahui oleh kedua orang tua Leina dan juga Ravi.
Dante, Ratih, Charles dan juga Jani datang bersamaan ke kediaman Ravi. Wajah mereka terlihat panik melihat Leina yang digendong oleh Ravi dari kamar ke ruang keluarga.
Jani meminta Leina untuk tidak perlu ke luar karena mereka yang akan masuk. Tapi Leina kukuh tetap ingin keluar menemui orang tua dan mertuanya.
" Apa nggak dirawat aja di rumah sakit Lei?" tanya Ratih. Tampak di wajah ibu dari Leina itu begitu khawatir.
" Nggak Ma, aku beneran gak pa-pa. Dan ini juga udah diperiksa dokter kok. Nggak ada yang retak atau patah, cuma keseleo aja."
Meskipun Leina sudah menjelaskan sedemikian rupa, tapi wajah para orang tua itu tetaplah tampak khawatir.
Ravi yang paham pun lalu menambahkan tentang keadaan Leina yang baik-baik saja. Mereka terlihat sedikit percaya.
Dante akhirnya tidak mengizinkan Leina untuk pergi ke perusahaan dan mengatakan bahwa Leon yang akan menghandle pekerjaan Leina. Mata Leina langsung berbinar. Akhirnya ada juga kesempatan membiarkan Leon untuk melakukan tanggungjawab di DCC.
Pekerjaan Leina itu persis dibawah Dante, maka dari itu ini merupakan awal yang baik untuk Leon bisa belajar sepenuhnya menjadi penerus selanjutnya.
Siapa sangka jalan yang Leina harapkan akan lebih mudah dengan adanya musibah kecil ini. Dalam hati wanita itu, dia amat bersyukur karena mengalami kecelakaan.
Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya sebanding dengan imbas terhadap Leon.
" Ehmm Pa, apa bisa Leina lebih lama cuti?" Pertanyaan tiba-tiba dari Ravi cukup membuat semua orang terkejut tanpa terkecuali Leina. Leina tidak tahu apa yang sedang Ravi rencanakan.
" Ya bisa-bisa aja dong, emang kenapa Rav?" tanya Dante, ia penasaran juga dengan makna dari pertanyaan menantunya itu.
" Aku mau ajak Leina honeymoon."
Semua orang disana terlihat senang-senang saja. Terlebih memang Ravi dan Leina belum liburan sama sekali setelah pernikahan mereka. Jadi semuanya terlihat maklum. Namun berbeda dengan ekspresi Leina. Pada wajahnya tersirat banyak pertanyaan.
Mata Leina dan Ravi saling bertemu, saat ini Ravi hanya tersenyum sambil mengangguk kecil ke pada sang istri.
Hari itu dipenuhi dengan keramaian para orang tua. Awalnya mereka ingin menginap tapi oleh Ravi dilarang. Ravi berkata bahwa dirinya bisa merawat Leina sendiri dan mereka pasti juga sudah cukup lelah. Sehingga lebih baik istirahat di rumah dengan nyaman. Lagi pula kamar tamu disana cuma ada satu, maka akan kurang bagi mereka untuk tidur.
" Ya udah Rav, nanti kabari kami aja ya kalau ada apa-apa. Tapi sih semoga nggak ada apa-apa."
" Iya Ma, pasti dikabari."
" Lei kami semua pulang dulu, istirahat aja. Nggak usah mikirin apapun."
" Iya, siap laksanakan."
Dante, Ratih, Charles dan Jani pulang secara bersamaan selepas magrib. Hal tersebut membuat Leina lega. Namun wajah wanita itu seketika muram. Bukan karena ditinggal oleh orang tuanya, ataupun mertuanya. Tapi wajah muram bercampur sedih itu karena dia memiliki rasa lain.
" Kenapa Lei?"
" Mas, aku jatuh gini aja mereka khawatir banget. Gimana kalau mereka tahu aku sakit?"
Ravi membuang nafasnya berat, sepetinya sisi sensitif Leina sedang keluar. Maka dia harus hati-hati dalam menanggapinya agar tidak ada ledakan emosi.
" Lei, sayang. Mereka begitu karena sayang sama kamu."
" Iya aku tahu, makanya aku nggak mau mereka tahu. Nanti tuh mereka bisa jadi sedih."
Agaknya benar apa yang dirasakan Ravi, Leina saat ini sedang dalam kondisi emosional yang tidak baik. Maka dari itu Ravi menghentikan Leina untuk membahas itu. Karena jika dilanjutkan yang ada Leina bisa meledak-ledak.
" Iya aku tahu kok, ya udah kalau gitu kita istirahat aja yuk. Aku bantu kamu masuk kamar ya."
Leina bergeming, dia diam tidak menjawab Ravi. Dan Ravi pun hanya tersenyum simpul. Ini adalah hal yang harus ia hadapi. Membuat keputusan untuk mendukung Leina secara penuh maka dia juga harus menerima apapun yang terjadi pada Leina.
" Aku ... Aku hanya berharap. Bukan, aku sungguh berharap kamu nggak akan lupain aku Lei."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍