Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Richi mendahului adiknya memeluk Mami,karena dia berfikir Mami yang memanggilnya.
Pelan -pelan Eri duduk dipinggiran ranjang,wajahnya menunduk karena takut Didi masih marah seperti tadi.
"Eri kenapa Mi?"tanya Richi.
"Gak kenapa-kenapa."jawab Mami.
Didi menepuk-nepuk tempat yang kosong untuk anaknya duduk disampingnya.
Eri sedikit bergerak mendekati Papi meski dengan wajah masih menunduk.
Didi meraih tangannya dan menasehatinya.
"Kak,maafin Papi ya.Masalah tadi siang Papi tidak ingin kamu dengar apa-apa,Papi cuma minta Kakak hati-hati sama orang asing,jangan mau diajak meski orang itu bilang kenal Mami sama Papi."kata Didi.
"Iya Eri tahu.Rasanya wanita tadi sengaja membuntuti Papi,soalnya tadi pas disekolah dia sempat mengambil foto Papi tapi aku gak kepikiran kalau dia mau kerumah kita."jawab Eri.
"Kakak melihatnya tadi?"tanya Didi.
Eri mengangguk kepala dan mulai berani menatap wajah Didi dan bercerita dengan pandangan mata serius.
Sementara Didi memandang wajah istrinya yang juga serius mendengarkan cerita anaknya.
Richi masih belum paham dengan apa yang terjadi hari ini memilih pergi kekamar mandi.
Dering telfon rumah membuyarkan keheningan,sapaan dari bawah terdengar lembut namun bisa membuat mereka kembali keluar kamar.
"Bagas kesini?"tanya Lista
Eri dan Richi langsung berhamburan lari keluar kamar,keduanya langsung menemui kakak dari Mami.
Om Bagas biasanya suka ngelawak makanya anak-anak senang apalagi ditambah ada Opa.
Lista dan Didi turun keruang tengah menemui Kakak iparnya.
"Kamu apa kabar?lama tak jumpa badanmu jadi gede gini."kata Bagas.
"Seperti yang kamu lihat."jawab Didi.
"Kamu sendirian?"tanya Lista.
"Aku cuma mampir,sekalian nengok Papa sama Mama kok tumben betah tinggal disini."jawab Bagas.
"Aku yang minta tinggal lebih lama."kata Lista.
Benar saat berkumpul bersama Bagas menceritakan awal perkenalan Mami sama Papi.
Sampai hal lucu yang pernah Mami lakukan kepada Papi yang gak pernah diceritakan.
"Ternyata Mami pernah jadi tukang palak."kata Eri.
"Papi kena berapa?"tanya Richi.
"Lupa."jawab Papi.
"Terus diganti gak Pi?"tanya Eri lagi.
"Opa yang ganti."jawab Opa sambil mengupas jeruk.
"Iya Pi?"tanya Eri lagi.
Didi hanya tersenyum mendengar beberapa pertanyaan dari anaknya.
Ponselnya tiba-tiba berbunyi dan ternyata panggilan dari Iqbal.
Didi keluar ruangan mencari tempat yang lebih tenang.
"Ada apa?"kamu dimana sih?"tanya Didi.
"Aku diluar sama Suci,tadi gak sengaja ketemu sama Chaca dia bersikeras nungguin kamu."kata Iqbal.
"Terus?"tanya Didi.
"Dia mau bicara sama kamu."kata Iqbal.
"Aku sibuk."jawab Didi.
Didi menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan.
Dilangkahkan kakinya kembali masuk kedalam rumah,suasananya masih sama seperti tadi penuh canda dan tawa.
Didi mengambil minuman dari dalam kulkas dan membawanya kedalam kamarnya.
Lista merasa ada perubahan pada wajah suaminya setelah mendapat panggilan dari Iqbal.
"Apa ada masalah?"tanya Lista yang sudah berada dibelakang suaminya.
"Kenapa kamu kesini?temani dulu kakakmu."kata Didi.
""Besok dia akan mampir lagi kalau ada waktu."jawab Lista.
Didi meletakkan dua botol air mineral diatas meja,menyibakkan selimut dan menyelimuti kakinya dibaringkan tubuhnya yang sebenarnya sangat lelah.
Lista mengikuti suaminya berbaring dan memeluknya,dia berusaha untuk tidak bersuara menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Rasanya tidak jauh dari kejadian tadi siang yang tiba-tiba kedatangan tamu yang tak diinginkan.
Suara Adzan Magrib membangunkan keduanya,Didi berusaha bangun terlebih dahulu sementara Lista masih berusaha membuka mata dan mengumpulkan sebagian nyawanya.
Selesai melaksanakan sholat Lista mencoba mencairkan suasana,mendekatinya pelan meski sebenarnya Lista takut menatap mata suaminya.
"Yang,ada apa sih sebenarnya?"tanya Lista.
Didi tidak langsung menjawab,dia menatap kearah istrinya dalam-dalam.
"Nanti kamu marah."jawabnya.
"Ya apa dulu,makanya cerita."kata Lista.
"Bener gak marah?"tanya Didi.
"Aku berusaha gak marah."jawabnya dengan senyum tipis.
"Chaca masih ingin bicara sama aku."kata Didi.
"Itu aja?tanya Lista lagi.
"Entahlah,rasanya tidak ada lagi hal penting yang perlu bicarakan."jawab Didi.
Panggilan dari Richi membuat Didi berhenti bicara,Lista menggeser duduknya,Didi beranjak membuka pintu.
"Papi dipanggil Om Iqbal."kata Richi.
"Ok Kak."jawab Didi.
Richi kembali turun karena perutnya lapar,dia buru-buru keluar dari rumah karena pingin makan bareng temannya diluar.
"Kemana Kak?"tanya Eri.
"Makan bakso diujung,"jawab Richi
"Ikut!"Eri berlari mengikuti kakaknya.
Iqbal,Mama dan Papa sudah duduk manis dimeja makan,Suci ikut membantu menyiapkan makanan.
Lista tidak melihat kedua anaknya ikut gabung.
"Anak-anak makan bakso diujung,ndak usah dicari."kata Papa.
"Berdua aja ya Pa?tanya Lista.
"Sama anaknya Pak RT katanya."jawab Papa.
"Bos mana Mbak?"tanya Iqbal menyela.
"Gak lapar katanya."jawab Lista.
"Mbak,gue boleh naik bentar gak?"tanya Iqbal.
"Silahkan,sekalian bawain makan buat dia."jawab Lista.
Iqbal membawa makanan buat Didi kedalam kamarnya,Didi menerima namun entah rasa laparnya hilang begitu saja.
"Langsung saja tidak usah bertele-tele."kata Didi.
"Dia hanya ingin bicara denganmu."jawab Iqbal.
"Apa ada ancaman?"tanya Didi.
"Tidak sama sekali."jawab Iqbal.
"Kamu sudah cari tahu siapa suaminya?"tanya Iqbal.
"Dia tidak punya suami,tapi punya anak."jawab Iqbal.
"Maksud kamu?"tanya Didi
"Ya gue mau nanya sama kamu,itu bukan anakmu kan?"tanya Iqbal.
"Sembarangan kamu."melempar bantal kemuka Iqbal.
Didi melepaskan kekesalannya dengan makan,makanan yang dibawa untuknya menjadi tempat meluapkan kemarahannya.
Karena dia juga tidak tahu mau marah kepada siapa,karena dia bukan anak kecil yang dengan mudah merengek.
"Besok jam makan siang di Caffe Richi.Sekalian cari tahu riwayat anak yang dilahirkan."kata Didi.
"Baik bos."jawab Iqbal.
Iqbal membawa kembali piring kosong,dia merasa lega bos masih mau makan.
Dan tidak membuat istrinya khawatir karena terlalu banyak diam.
"Gimana?"tanya Lista.
"Aman Mbak."jawab Lista.
Iqbal mengambil tempat duduk bersama Suci dan para Mbak makan lesehan.
Baginya makan lesehan bersama istrinya lebih seru meski makan sama tahu dan sambal.
Mama sama Papa juga pingin ikut makan dibawah tapi karena sudah tua terkadang susah mau bangun.
Apalagi Lista yang sekarang sedang hamil.