Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21. Posesif
"Maaf mengganggu waktu anda, apa benar ini kamar rawat Pak Handoko?" tanya salah satu polisi.
"Benar Pak, ada apa ya?" tanya Senja balik.
"Kami ingin bertemu dengan Pak Arkan, Anak nya Bapak Handoko." jawab polisi itu.
Mendengar polisi itu mengatakan ingin bertemu dengan Arkan, Senja langsung mempersilahkan masuk kedua polisi itu.
"Oh, kalau begitu mari silahkan masuk!" titah Senja. Kemudian kedua polisi itu masuk dan duduk di sofa bersama Arkan dan juga Arsen.
"Kedatangan kami kesini, ingin mengatakan kalau kecelakaan yang menimpa Papa anda itu murni kecelakaan tidak di sengaja, tidak ada berkaitan dendam atau apapun, kami sudah menyelidiki dan menangkap orang itu, dia hanya karyawan di swalayan dan sudah punya keluarga." Kedua polisi itu menjelaskan pada Arkan kalau kecelakaan yang terjadi pada Pak Handoko bukanlah kecelakaan di sengaja.
Orang yang menabrak Pak Handoko sudah mengakui kalau dia waktu itu sedang terburu buru menjemput Anaknya pulang sekolah.
Arkan mengangguk mengerti dekan penjelasan polisi. Sedangkan Arsen dia sibuk sendiri menelisik setiap sudut ruangan rawat Pak Handoko, dalam kepala lelaki itu masih saja berpikir dari mana Arkan mendapatkan uang hingga dia mampu membayar kamar VIP di rumah sakit ini.
Arsen tidak berani bertanya, dia cukup memendamkan nya dalam hati saja, Arkan punya mobil mewah dan itu juga pengeluaran terbaru harganya pasti bukan kaleng-kaleng, kamar rawat Papanya juga VIP, pakaian yang di pakai oleh Senja juga bukan pakaian murah, di tambah lagi pakaian formal yang melekat di tubuh Arkan sekarang. Arsen menyimpan seribu pertanyaan di dalam hatinya tentang adik iparnya itu.
Arkan masih mengobrol dengan kedua polisi itu tentang kecelakaan dan penabrak yang memiliki Anak dan istri. Arkan merasa kasihan pada penabrak, dia ingin membebaskan penabrak itu, tapi dia harus bertanya dulu pada semua anggota keluarga takut mereka tidak setuju nantinya.
"Kak, bagai mana menurut mu?" tanya Arkan pada Kakak iparnya itu. Pertanyaan Arkan sukses membuat Arsen tersentak dari lamunannya.
"Aku terserah kamu aja, apa yang baik untuk kamu lakukan.' Jawab Arsen karena tidak sepenuhnya menyimak pembicaraan polisi dengan Arkan. Setelah mendengar keputusan Arsen, kemudian Arkan bangkit dia menghampiri Papa mertuanya.
"Pa, Papa sudah dengarkan apa yang Pak polisi itu katakan tadi?" tanya Arkan pada Papa mertuanya yang sudah duduk dengan punggung dia sandarkan pada bad rumah sakit itu.
Pak Handoko mengangguk, begitu juga Mama Ratih dan Senja yang duduk di dekat Pak handoko. Ketiga orang itu mengerti apa maksud Arkan menanyakan hal itu pada nya.
Setelah mendapat persetujuan dari Papa mertuanya, Arkan kembali lagi ke sofa tempat dia duduk tadi.
"Begini Pak, kami semua sekeluarga, tidak menuntut orang itu, kami mau dia bebas, kasihan Anak dan istrinya." Ucap Arkan pada polisi itu.
Polisi itu mengerti dan menerima keputusan dari keluarga korban, kemudian kedua polisi itu pamit pergi.
Sedangkan Arsen dia sudah bangun dari tempat duduk nya tadi, di menghampiri Senja adiknya itu, dia memeluk adiknya itu, dia menanyakan pada Senja apakah Senja benar-benar sudah memaafkannya karena dia tidak ingin adiknya itu membencinya.
Senja juga sekali lagi meyakinkan Kakak nya kalau dia tidak pernah sakit hati apa lagi membenci Kakaknya itu. Akhirnya kedua Kakak beradik itu berpelukan sekali lagi.
"Hem," Arkan berdehem, sontak semua mata menyorot ke pada lelaki tampan itu termasuk Arsen yang masih memeluk adiknya itu.
"Kak bisa tidak jangan terlalu lama meluk istri ku?" ucap Arkan, dia tidak terima istri nya di peluk terlalu lama oleh Arsen.
"Hei, kamu lupa dia ini adik ku." Bantah Arsen juga tidak terima kalau dia di larang memeluk adik nya sendiri.
"Apa kak arsen juga lupa kalau sekarang dia istri ku?" Arkan menarik lengan istrinya dari pelukan arsen. Mama Ratih dan Pak Handoko tersenyum kecil melihat posesifnya Arkan kepada Putrinya itu.
"Ni, aku kembalikan istri mu, dasar posesif." Ucap Arsen kesal, namun dalam hati lelaki itu dai senang karena adiknya itu sangat di cintai oleh suaminya.
"Biarin, posesif juga dengan istri ku, bukan dengan orang lain." Jawab Arkan tidak mau kalah dengan Kakak iparnya itu.
"Terserah kamu lah, cepat bawa pulang istri mu, kurung dia di rumah biar tidak di embat orang." Ucap Arsen kepada Arkan. Arsen bukan nya marah, dia hanya bercanda dengan adik iparnya.
"Ayo sayang duduk di sofa, kamu jangan dekat-dekat dengan dia." Arkan membawa istrinya ke sofa dan tidak lupa meledek Arsen seolah dia mengatakan kalau dia lah pemenangnya.
Senja tanpa membantah sedikitpun, dia mengikuti suami posesifnya itu. Mama Ratih dan Pak Handoko saling pandang melihat tingkah Anak dan menantu nya itu.
Sedangkan Arsen hanya menatap tajam pada sang adik iparnya itu. Mama Ratih sangat bahagia melihat Anak dan menantunya rukun tidak saling membenci. Kehangatan seperti inilah yang di harapkan oleh Mama Ratih dan Pak Handoko selama ini.
Di sisi lain, Amira yang sudah puas menangis dia membersihkan dirinya, dia ingin kembali ke cafe tempatnya bekerja. Amira tadi meminta izin pulang sebentar, dia ingin bertemu dengan suaminya karena tadi menelponnya, menyuruhnya pulang.
Setelah membersihkan diri Amira memakai baju dan memoles wajah nya sedikit, agar mata sembab nya tidak kelihatan oleh teman-temannya nanti sampai di restoran.
Amira sudah tidak mau memikirkan tentang suaminya lagi, dia hanya ingin bekerja dan mengumpulkan uang agar bisa membuka usahanya sendiri.
Amira sudah pasrah pada nasib hidupnya, dia sekarang hanya berharap bisa bertemu dengan orang tuanya dan adiknya, dia ingin meminta maaf dan memperbaiki dirinya seperti Amira yang dulu.
Di perusahan Argantara Siska di panggil untuk ke ruangan Ferdy.
"Tolong kamu jelaskan kenapa dokumen dan data ke uangan tidak sesuai, apa yang terjadi, siapa yang telah berani bermain-main di perusahaan ini?" tanya Ferdy ke pada Siska setelah Siska masuk dan duduk di hadapannya.
"Maaf Pak untuk masalah ini kita tunggu saja Pak Arsen." Jawab Siska.
"Kenapa harus menunggu Pak Arsen?" tanya Ferdy lagi.
"Karena masalah ini hanya Pak Arsen yang bisa menjelaskan, Saya tidak tau Pak." jawab Siska lagi.
"Oke, kalau begitu nanti kamu hubungi Pak Arsen. Aku mau masalah ini cepat clear sebelum Pak Arga marah dan memecat kita semua." Tekan Ferdy pada Siska agar segera menghubungi Arsen.
"Iya Pak, saya mengerti." Jawab Siska.
Kalau tidak ada hal lain lagi saya permisi Pak." Siska beranjak dari kursi yang tadi di duduknya, dia ingin segera pergi dari ruangan itu, karena kalau lama-lama dia berada di ruangan itu bisa-bisa dia mati sesak nafas karena dada dan jantung nya terus di pacu seperti orang yang baru lari maraton.
Siska sangat menyukai Ferdy, namun Ferdy tidak meliriknya sedikit pun.
Di sisi lain, Amira yang sudah sampai di restoran, dia berjalan lunglai seperti orang yang tak punya tenaga. Amira hampir saja jatuh, untung saja Damar langsung menopang tubuh nya.
"Mbak, tidak apa-apa?" tanya Damar cemas karena Amira terlihat begitu pucat.
Bersambung