Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beralasan
5 hari berlalu.
Perusahaan Akbar mengalami kenaikan dan juga penurunan alias perusahaannya tidak stabil, sedangkan Mahya sibuk menyiapkan acara tunangan Sagara dan juga Rachel. Sikap keegoisan Mahya kembali ia tunjukkan, dia tak peduli Sagara setuju atau tidak yang pastinya tunangan sampai hari pernikahan itu harus terlaksana.
Rachel dan Mahya sedang berada di butik milik Zoya's Collection, mereka berdua memesan kebaya untuk acara tunangan hari esok. Keduanya nampak sangat akrab bak ibu dan anak, semua sudah di atur oleh Mahya dan Rachel dan Sagara hanya terima beres saja. Di depan Mahya, Rachel benar-benar memainkan perannya sebagai wanita yang elegan, lemah lebut, pokoknya perfectly sekali drama yang sedang di perankannya.
*
*
Di Rumah Sagara.
Bima dan Sagara tengah duduk di kursi ruang kerja, masing- masing memegang laptopnya dan mengotak-atiknya dengan memasang wajah serius.
"Kakek kayaknya pusing sekarang." Ucap Bima.
"Gapapa lah, gak usah di pikirin. Pusing juga akibat ulahnya sendiri, dia pakai cara kotor juga untuk menarik investor datang padanya." Ucap Sagara tak melepaskan tatapannya dari layar laptopnya.
Bima meregangkan tangannya, dia mulai bosan dengan pekerjaan ayahnya. Dengan iseng, Bima mencari tahu kembali kabar ibunya yang masih berada di luar negeri.
Memang cari penyakit, ibunya kembali memposting kebahagiaannya dengan anak angkatnya. Tetapi di sisi lain, Bima juga bersyukur kalau ibunya baik-baik saja meskipun hatinya jauh lebih sakit di bandingkan rasa syukurnya.
Tokkk... Tok...
"Den Bima, Tuan, makanan sudah siap..!" Ucap Cahaya dari balik pintu ruang kerja.
Bima segera keluar dari media sosial yang ia buka, ia menutup laptopnya dan mengajak ayahnya keluar.
"Pa, ayo makan. Aku sudah lapar!" Ajak Bima.
"Oke." Ucap Sagara seraya menutup laptopnya.
Keduanya berjalan bersama, mereka keluar dari dalam ruang kerja. Cahaya yang sudah melihat keduanya keluar pun berjalan lebih dulu, ia mulai mengambilkan piring dan juga mengisi air minum.
"Nanti kalian ikut sekitar jam 10 pagi ini, ada janji dengan kolega bisnis." Ucap Sagara.
"Kalian? Berarti saya ikut lagi?" Tanya Cahaya memastikan.
Sagara menganggukkan kepalanya sambil menyuapkan tempe ke mulutnya, sedangkan Bima bersorak karena Cahaya ikut serta. Cahaya membuang nafasnya kasar, niat hati ingin istirahat karena Bima libur sekolah, tetapi sayang dia harus pergi karena ucapan Sagara tidak bisa di bantah.
Hari weekend ini adalah hari dimana Sagara mengatur pertemuan dengan pebisnis tersohor yaitu Langit dan Fernando. Bukan hanya membicarakan soal bisnis saja, mereka mengatur makan siang bersama agar bisa lebih dekat lagi.
"Tuan, bagaimana kalau Bi Nur saja yang ikut?" Cahaya mencoba bernegosiasi dengan Sagara, dia ingin bersantai walau sejenak.
"Coba panggil orangnya kesini." Titah Sagara.
Cahaya pun tersenyum, dia segera berlari kecil kearah dapur untuk memanggil Nur. Nur yang di panggil pun segera menuntaskan pekerjaannya, dia di gandeng Cahaya untuk menghadap pada Sagara.
Diam-diam Sagara dan Bima saling berbisik, mereka berdua melirik kearah dapur takut Cahaya tiba-tiba datang.
"Papa, aku gak mau ikut kalau Mbak Yaya gak ikut." Bisik Bima.
"Tapi kasihan Mbak Yaya, kelihatannya dia butuh istirahat." Balas Sagara.
"Papa bagaimana sih? Bukannya di telpon Papanya Bumi bilang cuman bahas bisnis sebentar saja? Selebihnya kita disana bersantai, lagipula nanti Mbak Yaya banyak temennya biar gak bete di rumah terus. Kan ada Aunty Nia sama Om Ali, ada Om Matheo sama Aunty Anin, Mama Bumi juga ikut. Ayolah Papa!" Cerocos Bima.
Sejenak Sagara terdiam, dia memikirkan ucapan Bima. Kasihan juga kalau di pikir-pikir, selama Cahaya bekerja disana tidak pernah keluar dari rumah. Bi Nur setiap satu minggu sekali pasti mendatangi keluarganya karena masih satu kota dengan Sagara, biasanya di hari Weekend Sagara akan bersantai dan membebaskan para pembantunya untuk libur, dia juga makan di luar tanpa harus di masakkan.
Cahaya tidak tahu seluk-beluk Kota yang dia datangi, hanya tahu beberapa tempat yang sering di kunjungi salah satunya sekolah Bima dan tempat belanja bulanan. Selebihnya dia hanya ingin bersantai di rumah saja.
Sagara dan Bima langsung mengatur kembali posisi mereka begitu Cahaya datang.
"Tuan, apa Tuan butuh sesuatu?" Tanya Nur.
"Kamu gak pulang ke rumah hari ini, kan hari ini biasanya kamu pulang?" Tanya Sagara. Untung saja dia ingat kalau hari ini adalah hari weekend, biasanya pagi hari Nur sudah pamitan padanya.
'Lah, iya juga ya. Bukannya Bi Nur suka pulang ke rumahnya ya, semoga aja dia gak pulang' Batin Nur.
"Iya Tuan, saya nunggu jemputan dulu. Nanti pacar saya jemput katanya." Jawab Nur malu-malu, wajahnya bersemu merah dan salah tingkah.
Sagara menaikkan sebelah alisnya, sedangkan Bima bersorak dalam hatinya. Mau tak mau Cahaya harus ikut bersama Sagara, dia tidak punya alasan atau pilihan lain lagi.
"Kalau begitu, nanti saya titip bingkisan untuk orangtua kamu." Ucap Sagara.
"Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih Tuan." Ucap Nur tersenyum.
Sagara menyuruh Nur kembali ke belakang, dia menelpon seseorang untuk menyiapkan bingkisan untuk orangtua Nur.
"Kamu gak bisa beralasan lagi, Cahaya. Sesekali saya mau ajak Bima keluar rumah, kalau saya lagi ada perlu dengan partner bisnis nanti siapa yang jaga Bima." Ucap Sagara.
"Iya, iya, nanti saya ikut, Tuan." Ucap Cahaya pasrah.
"Yeeaaayy, di temenin Mama lagi." Seru Bima sampai mengangkat sendok dan garpunya ke atas.
"Terlalu berlebihan bos kecil ini." Ucap Cahaya.
"Namanya juga seneng punya Mama muda, saking senengnya sampai mau teriak." Ucap Bima diakhiri kekehan kecilnya.
Cahaya memutar bola matanya malas, dia kemhali ke dapur untuk membereskan bahan masakan yang masih belum ia rapihkan kembali. Sebelum Nur pergi, Cahaya mengajak Nur makan di belakang terlebih dahulu, biasanya Sagara meminta Cahaya untuk masak dengan porsi lebih agar bisa di makan olehnya dan juga penghuni rumah lain. Seperti pembantu dan penjaga, hanya saja mereka makan di tempatnya masing-masing.
Cahaya kadang sedih dan juga iri melihat Nur yang bisa pulang setiap satu minggu sekali bertemu keluarganya, sedangkan dia hanya bisa lewat telpon saja. Berkat kerja keras Cahaya yang merangkap menjadi pembantu dan juga pengasuh, dia mendapatkan upah yang cukup untuk membiayai Dandi sekolah.
Lela pernah mengatakan pada Cahaya, jika ada yang bisa menaklukkan seorang Bima, maka ia akan mendapatkan uang sebesar 50 juta dari Sagara. Uang itu sudah Sagara bawakan untuk Cahaya, tetapi Cahaya meminta Sagara menyimpannya atau lebih tepatnya menitipkannya. Cahaya ingin uang itu diambil ketika dia mudik ke kampung halamannya, Cahaya belum punya kartu Atm dan untuk mengirim ke kampung pun dia meminta bantuan Sagara. Kalau untuk makan, Cahaya tidak perlu ambil pusing karena sudah di tanggung semuanya oleh Sagara, dan itu berlaku untuk para pekerja disana. Cahaya hanya memegang uang Cash sisa mengirim ke kampung, dan itu pun jarang terpakai. Akhirnya ia menabungkannya ke dalam celengan.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.