Di tengah pertanyaan yang sangat memuakkan 'kapan nikah?' Erzan Akhtar Ranendra malah dipertemukan dengan teman masa kecilnya yang kini begitu cantik, seksi, petakilan dan bar-bar. Aruna Cyra Sachikirani, perempuan yang pernah mengucapakan janji bersama Erzan untuk menikah ketika dewasa kelak.
Namun, sikap dan penampilan Cyra sekarang sangat jauh berbeda dari Cyra yang pernah dia kenal dan sukai semasa kecil.
Akankah janji mereka untuk menikah ketika dewasa akan terealisasi? Atau hanya ucapan janji yang tak tahu arti dari dua anak berusia dini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kerjasama
Setengah jam yang lalu, Erzan mendapatkan informasi dari Reksa dan ketiga teman Reksa yang berada di Jepang. Mereka baru saja berhasil meretas data tunangan dl Aruna.
"Harsa Hanasta."
Nama yang pertama mereka kirimkan. Tak asing bagi Erzan dengan nama itu. Setelah dikirim data yang lain, wajah Erzan berubah sangat datar. Tapi, di dalam tubuhnya aliran darah mendidih.
"Bang sat!"
"Siyalan!"
Fakta yang sulit diungkapkan kini terkuak semua. Delapan puluh persen peretasan sudah diselesaikan. Tidak ada kata gratis walaupun Reksa adalah saudaranya. Erzan harus mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk biaya peretasan.
.
Erzan masih memeluk tubuh Aruna yang bergetar hebat. Dia begitu ketakutan karena melihat wajah Harsa. Ternyata, lelaki yang kekeh ingin menjalin kerjasama dengannya adalah orang yang sudah membuat fisik Aruna terluka amat parah. Hingga menimbulkan trauma seperti sekarang ini.
Tangan yang melingkar di pinggangnya membuat hatinya begitu sakit. Erzan tak menyangka jika kepindahan Cyra ke luar negeri adalah awal dari penyiksaan serta penderitaan perempuan ceria itu.
Erzan mengusap lembut punggung Aruna. Tak ada kata, tapi pelukannya mampu membuat Aruna merasa tenang, nyaman dan aman. Mendapatkan kenyataan seperti itu semakin mendorong Erzan untuk melakukan sesuatu. Dia sangat tidak terima Aruna diperlakukan kasar dan berimbas buruk terhadap psikis.
Lelaki itupun menutup mulutnya. Tak menanyakan tentang Harsa. Dia tidak ingin trauma Aruna semakin menjadi. Cukup tahu saja. Dan akan bertindak dalam diam.
"Sekarang kamu istirahat, ya," pinta Erzan dengan lembut.
Sayangnya, Aruna menggelengkan kepala. Raut penuh ketakutan masih ada di wajahnya. Erzan menatap dalam wajah Aruna. Tangannya mulai menepuk paha. Menyuruh Aruna untuk tidur di atas sana. Namun, Aruna ragu.
"Saya masih banyak kerjaan. Tidurlah di sini kalau emang kamu gak mau jauh dari saya."
Kalimat yang menghipnotis dan membuat Aruna meletakkan kepalanya perlahan. Senyum kecil terukir di wajah Erzan. Tangannya mulai mengusap lembut ujung kepala Aruna.
"Kamu harus banyak istirahat. Biar bisa kembali temani saya."
Sekarang, Aruna-lah yang tersenyum. Dia mencari posisi enak terlebih dahulu sebelum memejamkan mata. Tangan Erzan pun terus berada di ujung kepala Aruna.
Sesekali dia melihat ke arah bawah, di mana Aruna tengah terlelap berbantalkan paha miliknya. Senyum terukir di wajah Erzan. Ada kebahagiaan setiap kali dia memandang wajah Aruna.
.
Kedua adiknya sudah tahu apa keputusan Erzan. Dari mimik wajah Erzan ketika pertemuan pun sudah menjawab semuanya.
"Kita menerima kerjasama dengan pihak Harsa Hanasta."
Mata Rayyan dan Regara melebar dengan sempurna. Rayyan kini sudah berdiri. Tersenyum kecil dengan tangan yang sudah ada di pinggang. Nampak dia tidak terima.
"Maksudnya apa, Bang? Adek udah capek-capek cari tahu kebobrokan pihak H2 Abang malah--"
Rayyan tak meneruskan ucapannya. Dia hanya menggelengkan kepala karena tak habis pikir dengan jalan pikiran sang Abang kali ini.
"Adek akan lapor ke Papi."
Erzan bersikap santai. Keputusan menjalin kerjasama dengan pihak H2 sudah final dan tak bisa diganggu gugat. Jawaban papi Restu pun sama. Rayyan benar-benar kecewa. Namun, terlihat ada sesuatu di antara Abang dan juga papinya itu.
"Harsa Hanasta memang murni ingin menjalin kerjasama. Dia tidak tahu keberadaan Aruna karena bekingan Aruna di sinipun sangat kuat."
Teka-teki lagi yang harus Erzan pecahkan. Namun, kali ini dia harus fokus satu per satu. Setelah masalah ini selesai barulah dia mulai memecahkan teka-teki yang lain.
.
Kabar tentang kerjasama itu sudah disampaikan kepada pihak Harsa. Dia begitu bahagia dan bersemangat untuk datang ke kantor Erzan. Di mana tanda tangan kontrak kerjasama akan dilakukan di sana.
Harsa tersenyum mengejek ketika sudah berjabat tangan dengan Erzan. Namun, Erzan bersikap biasa walaupun dia melihat senyuman Harsa tersebut.
Lelaki bermulut manis itu terus menjelaskan keuntungan yang akan perusahaan Erzan dapatkan nantinya. Sebenarnya Erzan sudah sangat muak mendengar Harsa terus mengoceh. Namun, demi lancarnya rencana yang dia buat dia harus terima konsekuensinya.
Sebelum Harsa pergi dari ruangan Erzan, dia mengajak Erzan untuk minum santai nanti malam. Erzan langsung menerima karena dia bukan lelaki payah dalam hal meneguk alkohol. Bahkan, alkohol sudah menjadi temannya sedari SMA.
Pulang dari kantor, Erzan tak lantas datang ke tempat yang disebutkan Harsa. Dia ke rumah sakit menemui Aruna terlebih dahulu. Perempuan itu tak pernah mengirim pesan kepadanya, tapi Erzan selalu mengecek Aruna melalui cctv ruang perawatan di mana Aruna berada.
Mata Aruna terlihat berbinar ketika melihat Erzan yang baru saja datang. Langkah lebar Erzan membawanya menuju di mana Aruna berada. Tak ada pembicaraan, hanya sorot mata mereka yang saling bercerita.
"Malam ini saya gak bisa menemani kamu di sini."
Sebuah kalimat yang mampu menghilangkan binar wajah Aruna. Kasenduan mulai Erzan lihat di wajah perempuan yang tengah terduduk di ranjang pesakitan.
"Saya janji, besok saya akan ke sini lagi. Menemani kamu."
Anggukan pelan Aruna berikan. Pandangannya kini sudah dia alihkan. Dia tidak ingin Erzan mengetahui rasa sedihnya. Sebuah pelukan dapat Aruna rasakan. Dan satu kata mulai Aruna dengar.
"Maaf."
Aruna pun mulai menatap Erzan yang sudah melonggarkan pelukan. Tangannya mulai menyentuh pipi Erzan dengan lembut.
"Harusnya aku yang minta maaf karena sudah egois. Harusnya aku sadar kamu itu bukan seorang pengangguran."
Erzan pun tertawa. Dia mengusap lembut ujung kepala Aruna.
"Saya janji, besok saya ke sini lagi."
Setelah ijin dari Aruna didapat, dia mulai menuju tempat yang sudah Harsa tentukan. Ternyata lelaki bermulut manis itu sudah menunggunya.
Wine sudah ada di atas meja. Bukan wine yang murah yang akan mereka minum. Namun, Erzan mendapat informasi jikalau Harsa sengaja menambahkan sesuatu di salah satu wine tersebut agar Erzan cepat mabuk. Harsa pikir Erzan lelaki bodoh. Dia lebih cerdik dari para singa senior.
Sekarang, Harsa-lah yang sudah mulai merancau. Sedangkan Erzan masih seratus persen sadar. Erzan terus menjejali Harsa wine yang sudah dia campur dengan sesuatu.
"Aruna, kamu di mana? Aku rindu kamu."
Rahang Erzan mengeras mendengar nama yang Harsa sebut. Tangannya sudah meremas gelas wine. Darahnya pun sudah mendidih.
"Sayang, kembalilah! Aku seperti orang gila sekarang."
Erzan berdecih dengan mimik wajah penuh kekesalan. Dia ingin menghajar wajah Harsa pada saat itu juga.
"Lihatlah, Sayang! Cincin tunangan kita aja masih aku pakai sampai sekarang. Aku janji, aku akan terus mencari kamu. Kita akan menikah supaya kamu tak bisa kabur lagi dari aku."
Mendengar rancauan yang keluar dari bibir Harsa membuat sebuah keputusan Erzan ambil pada saat itu juga. Mobil sudah melaju ke rumah kedua orang tuanya.
Tepat di tengah malam Erzan tiba di rumah besar. Dia yang memang memegang kunci cadangan segera masuk ke dalam rumah. Naik ke lantai dua di mana kamar kedua orang tuanya berada.
Ketukan pintu yang tiada henti membuat papi Restu dan mami Aleesa terbangun. Ketika pintu mereka buka, Erzan sudah berdiri di sana.
"Ada apa, Bang?" tanya sang papi sambil menelisik wajah putranya.
"Enggak biasanya kamu ketuk pintu kamar Mami," tambah sang ibu.
"Abang akan menikahi seseorang besok malam."
"HAH?"
...**** BERSAMBUNG ****...
Banyakin dong komennya, biar double up nih.
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍