Pemuda tampan itu bukan siapa-siapa, sampai di mana ia ditemui wanita yang tiba-tiba menawarkan tiga juta hanya untuk ciuman bibirnya.
Sejauh Marco melangkah, tiada yang tahu jika di balik matrenya berondong itu, ialah pewaris tahta yang dibuang oleh ayah crazy rich-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 025
Allura terperanjat, mata yang terbuka lantas memindai seluruh isi ruangan. Bukan kamar seperti yang dia bayangkan sebelumnya, tapi, sebuah fasilitas luxury dari jet pribadi.
"Siapa kalian?!" Allura beranjak menggebrak pintu kamar yang terkunci. "Buka pintunya!!"
Allura yakin, keluarganya sudah berhasil memisahkannya dengan Marco. Ngomong- ngomong, di mana Marco sekarang?
"Papi!!" Allura terus menerus menukul pintu berkali- kali. "Opa!! Om Sky!! Langit!! Buka pintunya sekarang!!" teriaknya.
Allura lelah, menangis meratapi nasibnya di sudut tempat. Sudah jelas, setelah ini Marco takkan lagi bisa dia temui.
Sentuhan lembutnya, perilakunya, bisikannya, semuanya raib dalam semalam. Sesekali saat ingat dan memiliki tenaga, Allura menggedor kembali pintu yang sayangnya tidak terbuka.
Kalau penculikan, rasanya tidak mungkin karena di dalam sini banyak sekali fasilitas termasuk persediaan makanan. Sudah jelas, Papi Esa yang membawanya pulang dan akan dinikahkan dengan pria Jawa sialan!
Perjalanan cukup jauh, Allura tak ingat berapa lamanya, tak ada ponsel, tak ada jam tangan tak ada satu pun yang bisa dia periksa untuk sekedar mengetahui wayah apa saat ini.
Saat tak sengaja tertidur, seorang wanita dengan seragam khas pramugari datang membangunkannya. Allura berjingkrak, lalu bergegas keluar dari ruangan bahkan berlari hingga turun dari pesawat.
Dalam ingatannya, orang- orang ayahnya tidak ada yang memakai seragam. "Monggo Nona."
Dari bahasanya, Allura yakin orang- orang ini bukan suruhan ayahnya. Jadi apakah benar dugaannya? Allura sedang diarahkan untuk bertemu dengan calon suami Jawa-nya?
Allura tak bisa mundur, bahkan meski ingin dia tak memiliki akses yang cukup untuk berlari dari sergapan orang- orang ini.
Allura manut, masuk ke dalam mobil yang dibukakan seorang bodyguard. Duduk dengan tenang bahkan hingga mobil itu membelah kota Jakarta yang sudah lama tak dilihatnya.
Sejenak, asap knalpot, kemacetan, copet yang berlari dan dikejar warga. Ibu- ibu menyerobot jalan di lampu merah, semua tampak di netra.
Allura diam saja, dia mulai takut pada nasib yang mungkin akan menuntun dirinya pada pernikahan tak diinginkan. Yah, lagi dan lagi dada Allura seperti tersengsam benda tajam.
Marco, di mana pemuda itu sekarang?
Rumah kediaman khas Jawa yang mobil tersebut masuki. Tiga orang pelayan dengan pakaian rapi membuka pintu mobilnya.
Tersenyum saat menyambut menunduk kepalanya hormat. "Selamat datang, Nona."
Allura turunkan satu persatu kaki- kaki jenjangnya, masuk ke dalam rumah dengan sentuhan joglo yang terkesan lebih modern.
Allura ingat, Papi Esa bilang, calon suaminya berasal dari keluarga bangsawan. Tapi, sudah cukup tua, Kaesang Narendra Wardhana, pria yang akan menikahinya.
Allura merotasi pandangan. Di atas nakas- nakas berjajar pigura- pigura, foto lelaki tampan seusia Papi Esa, juga wanita yang agaknya cukup familiar bagi ingatan Allura.
"Rasanya aku pernah lihat, tapi dimana?"
Papi Esa bilang, istri Tuan Kaesang telah wafat. Foto masa mudanya masih tersimpan di salah satu pigura, ternyata selain tampan almarhumah istrinya juga sangat cantik.
Allura berjingkrak ketika saja seseorang menyentuh lengannya. "Jangan sentuh aku!"
Wanita itu menunduk. "Tapi Nona harus melakukan perawatan sebelum bertemu dengan Ndhoro Eyang dan Tuan muda."
Allura mengernyit, "Tuan muda?" Bukankah bapak- bapak di dalam bingkai foto itu sudah tua, bahkan seumuran Papi Esa?
"Tuan muda sudah menunggu."
...\=\=~©®™~\=\=...
Sharjah masih tertinggal empat jam dari waktu di Indonesia. Membanting dokumen di atas meja restoran, Mahesa lantas meraih kerah coat milik Kaesang.
"Apa maksudnya ini, Kaes?!"
Barusan mereka juga sama- sama mendengar bila mana Allura dan Marco sudah dibawa kembali ke Jakarta.
Dua lelaki paruh baya itu silih tukar tatapan mata elang. "Di keterangan data mahasiswa Marco, Kaesang Narendra Wardhana nama ayahnya!!"
Kaesang tak menjawab, tapi, justru itu yang membuat Mahesa paham sesuatu. Kaesang tak bisa menampik lagi, kini. Semua bukti diambil dari data rekapan yang tersertifikasi.
Sejauh Mahesa mengejar, dia lupa, bahkan sama sekali tidak terpikirkan untuk menelisik data terkait asal usul seorang Marco.
Langit selalu bilang, Marco hanya anak yatim piatu yang menggunakan ketampanannya untuk memeras pacar pacarnya. Sama sekali tidak pernah terbesit dalam benak jika anak berwajah campuran itu putra bangsawan.
Pantas saja gelagatnya menyebalkan, rupa rupanya ayahnya pun demikian. "Kalian mau mempermainkan ku?!"
Dari awal Kaesang menunjuk Allura untuk dipinang, Mahesa kira untuk diri sendiri. Lalu, sehari kemudian Kaesang mengatakan jika Clay yang akan maju untuk jodoh Allura.
Namun, hari ini Mahesa mendapatkan informasi jika Marco lah putra bungsu Kaesang Narendra Wardhana yang sah.
Kaesang menjawab pelan. "Dari awal niat perjodohan, sama sekali aku tidak tahu kalau ternyata Marco yang menjadi kekasih Allura."
Mahesa melepas cengkraman tangannya, menghempas kecil Kaesang yang juga tampak frustrasi oleh keadaan. Sekarang, mereka harus segera pulang, atau keduanya akan mendengar berita tidak diinginkan.
"Tuan besar mengangkat telepon." Amas mengulurkan ponsel pada Kaesang. Gegas lelaki duda itu meraihnya kemudian bicara.
"Papi ikut campur?!"
📞 "Kamu pernah bilang, Kamu berhak tidak mengakui Marco. Tapi jangan lupa, sebagai Eyangnya, Ray Den lebih berhak melindungi satu- satunya cucu laki- kakinya."
^^^Up lagi berikutnya yaa...^^^