Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?
Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 : Undangan Pesta Dansa
Setelah mengetahui afinitas sihir yang dimilikinya, Sagara terdiam, terjebak dalam pemikiran yang rumit dan mendalam. Wajahnya yang semula penuh dengan semangat kini menampilkan kecemasan yang halus. Meskipun di permukaan dia mencoba bersikap santai dan berpikir positif, tapi ia tidak bisa menyembunyikan gelagatnya yang merasa gelisah. Fransiskus yang berada di sebelahnya bisa merasakan itu dengan jelas.
Fransiskus pun menatap Sagara dengan tatapan penuh pertimbangan, kemudian berkata pelan, namun tegas, “Tuan muda, izinkan saya menyarankan sesuatu.”
Sagara yang masih sibuk dengan pikirannya pun menoleh, memperhatikan Fransiskus dengan penuh perhatian. “Apa itu, Fransiskus?”
“Seperti yang sudah Tuan Muda ketahui, afinitas sihir gabungan antara cahaya dan kegelapan sangatlah langka, mungkin berbahaya jika sampai diketahui oleh orang yang salah,” lanjut Fransiskus, suaranya tenang namun tegas. “Sihir kegelapan dan cahaya sekaligus... ini bisa menjadi pedang bermata dua.”
Sagara mengerutkan kening, “Maksudmu?”
“Saya sarankan untuk tidak mengungkapkan afinitas sihir ini kepada siapa pun, setidaknya sampai Anda benar-benar siap. Kelompok kejahatan, Red Moon, pasti akan tertarik pada kekuatan seperti yang dimiliki Anda. Mereka mungkin akan mencoba merekrut atau bahkan menghancurkan Anda.” Fransiskus menunduk sedikit, menunjukkan rasa hormat dan kekhawatiran yang mendalam. “Saya mohon, rahasiakan ini sampai Anda lebih kuat atau setidaknya sampai memiliki pendukung yang kuat dan mampu melindungi Anda.”
Sagara menelan ludah. “Red Moon? Apa itu kelompok yang pernah kamu bicarakan sebelumnya? Kelompok yang berasosiasi dengan para pemilik afinitas sihir elemen kegelapan?"
“Benar, Tuan Muda, dan mereka sangat berbahaya. Saya takut bahwa dengan kekuatan keluarga Morgans saat ini, kita belum siap menghadapi mereka.” Fransiskus menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Maafkan saya, tetapi dengan kekuatan saya saat ini, saya tak yakin bisa melindungi Anda dari ancaman sebesar itu.”
Sagara mendengar kata-kata Fransiskus dengan seksama, kemudian dia mengangguk pelan. “Baik, aku akan mendengarkan saranmu. Mari kita rahasiakan, setidaknya sampai saya mendaftar di Akademi Cahaya.”
Fransiskus tersenyum tipis, lega setelah mengetahui bahwa Sagara menerima saran tersebut. “Keputusan yang bijak, Tuan muda. Saya rasa Akademi Cahaya akan memberikan Anda perlindungan dan waktu untuk berkembang.”
"Jadi, selama aku menunggu akademi membuka pintu mereka, tidak ada yang bisa aku lakukan? Jika tidak salah, masih tersisa dua bulan dari waktu yang dijadwalkan. Apa di kediaman ini tidak ada orang yang bisa membantu aku dalam berlatih sihir?"
"Tuan Muda harap tenang, saya akan membantu dalam hal ini. Saya memiliki sedikit pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan sihir."
Sagara tertegun.
"Aku pikir kamu seorang pengguna pedang, tapi ternyata kamu memiliki kemampuan menggunakan sihir?"
"Saya memiliki afinitas sihir dengan elemen angin, Tuan Muda." Fransiskus tersenyum kecil, sedikit senang melihat Sagara takjub setelah mengetahui kebenaran tentang dirinya yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan sihir.
Sebenarnya, Sagara memang sudah dapat menduga bahwa Fransiskus bukanlah pria paruh baya biasa, bukan orang sembarangan. Dia tahu Fransiskus itu kuat dalam hal stamina dan tubuhnya. Perawakannya juga sangat bugar dibandingkan orang-orang seumurannya. Sagara pikir kondisi tubuhnya itu ada kaitannya dengan pengalaman dan penguasaannya dalam menggunakan pedang. Namun, ternyata itu didapatkannya murni dari aktivitas fisik yang biasa dilakukan Fransiskus pada saat malam hari.
Dengan begitu pengaturan dan rencana yang dilakukan Sagara selanjutnya telah ditetapkan. Keesokan harinya, pelatihan berkaitan dengan sihir pun dimulai. Setelah melewati latihan berpedang di pagi hari dengan Max dan Hendrikus, serta belajar etiket bangsawan bersama Rose, sore itu menjadi waktu bagi Sagara untuk berlatih sihir bersama Fransiskus.
Mereka berlatih di halaman belakang mansion keluarga Morgans, bersebelahan denga area pelatihan berpedang, di tempat yang cukup tersembunyi dari pandangan orang-orang. Fransiskus dengan sabar membimbing Sagara, mulai dari teknik dasar manipulasi energi sihir. Setiap gerakan dipelajari dengan hati-hati, setiap aliran energi diperhatikan dengan seksama.
“Kendalikan napas Anda, Tuan muda. Rasakan aliran energi di dalam diri Anda, biarkan mengalir dengan lembut,” kata Fransiskus, mengawasi setiap gerakan Sagara.
Sagara, yang sudah kelelahan setelah serangkaian latihan sepanjang hari, tetap berusaha fokus. Keringat membasahi pelipisnya, namun matanya tetap berkilat dengan semangat. “Aku sudah bisa merasakannya, Fransiskus, tapi sepertinya aku masih kesulitan mengendalikannya.”
Fransiskus pun tersenyum lembut dan memberikan dorongan dan dukungan semangat kepada tuan mudanya itu. Dia menekankan bahwa berlatih sihir pada dasarnya membutuhkan ketenangan dan kesabaran. Oleh karenanya, tidak perlu terburu-buru dalam prosesnya.
Pelatihan penguasaan sihir itu pun berlanjut hari demi hari. Selang beberapa hari kemudian, di tengah rutinitas yang padat, Sagara menerima kunjungan dari seorang utusan dari luar. Pagi itu, saat Sagara baru saja menyelesaikan latihannya, seorang pria berpakaian resmi dengan jubah yang dihiasi lambang keluarga bangsawan mendekati mansion Morgans. Fransiskus menemani Sagara untuk menemui tamu tersebut.
“Salam, Tuan Sagara,” sapa utusan itu dengan sopan, membungkukkan badannya.
Sagara mengangguk.
Utusan itu tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah surat yang disegel dengan lilin berwarna emas. “Saya diutus oleh kepala keluarga Rosewood, Count Collins Rosewood. Kedatangan saya di kediaman keluarga Morgans untuk mengantarkan undangan kepada Anda. Kami mendengar tentang kehadiran pewaris baru dari keluarga Morgans, dan kepala keluarga kami merasa terhormat untuk mengundang Anda ke pesta dansa yang akan diadakan besok pada malam hari.”
Sagara memandang surat itu sejenak, lalu menerima undangan tersebut dengan hati-hati. “Keluarga Rosewood?” gumamnya pelan, mencoba mengingat apa yang pernah dia dengar tentang keluarga itu. Namun, dia tidak pernah mendengarnya. Dia pun menoleh kepada Fransiskus yang berdiri di sampingnya untuk mencari tahu lebih lanjut.
“Apakah ini benar, Fransiskus?”
Fransiskus mengangguk.
"Mengapa Lord Rosewood tiba-tiba mengirimkan undangannya kepada saya? Apa ada sesuatu yang belum saya ketahui?"
"Tuan Sagara, istri dari Miles Morgans, nenek Anda, berasal dari keluarga Rosewood. Keluarga ini memang memiliki kedekatan dengan keluarga Morgans di masa lalu.”
Setelah mendengar penjelasan singkat dari Fransiskus, Sagara pun tersenyum dan mengangguk pada utusan tersebut. “Baiklah, saya akan menerima undangan ini. Sampaikan salam hormat saya kepada Count Collins. Saya akan datang ke pesta malam itu.”
Utusan itu kembali membungkukkan badannya dengan sopan. “Tentu, Tuan. Terima kasih atas kesediaannya. Saya akan menyampaikan salam Anda.” Setelah berbicara, utusan itu pamit meninggalkan mansion keluarga Morgans dan pergi dengan mengendarai kereta kuda.
Sagara memandang surat undangan yang kini berada di tangannya, lalu berkata pelan pada Fransiskus, “Sepertinya ini bisa menjadi kesempatan emas untuk mengenal dan mempererat hubungan dengan keluarga bangsawan lain.”
Fransiskus tersenyum tipis.
“Benar, Tuan muda. Ini juga bisa menjadi langkah awal untuk membangun kembali kejayaan keluarga Morgans.”
Sagara mengangguk dengan mantap, merasa semakin yakin bahwa dirinya harus siap menghadapi dunia yang lebih besar dan penuh tantangan. Dan pesta malam itu akan menjadi pengalaman pertamanya dalam mengikuti pergaulan antar keluarga bangsawan dan keluarga berpengaruh lainnya.
"Sebelum menghadiri pesta dansa itu, aku ingin kamu memberitahukan segala hal yang belum aku ketahui dan perlu aku ketahui. Khususnya berkaitan dengan hubungan antara keluarga Morgans dengan keluarga lain. Pastikan juga semua yang dibutuhkan dipersiapkan dengan sangat baik. Aku tidak ingin melakukan kesalahan dalam menghadiri acara itu."
"Baik, Tuan Muda."