"Sshh ...." Wanita itu berhasil meringis kesakitan.
"Apa kau pikir aku takut untuk membun*hmu?! Wanita sepertimu hanyalah manusia sampah yang harus dimusnakan! Bersiaplah untuk mati!"
Keenan merogo sakunya dan mengeluarkan sebuah pistol berwarna silver miliknya.
"Buka mulutmu!" bentak Keenan seraya mencengkram kedua pipi wanita itu sehingga mulut wanita itu terbuka secara paksa.
Tanpa belas kasihan Keenan langsung menyodorkan pistol itu ke dalam mulutnya.
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untuk nenek
Di malam itu pula. Keenan memperkosa Luna untuk kesekian kalinya.
Luna yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa pasrah dan menerima apa yang dilakukan Keenan itu padanya.
Luna tak berani lagi untuk melawan atau pun memberontak karena mengingat neneknya kini disandra oleh si pria bajing***an itu.
Kamar itu pun dipenuhi oleh jeritan kesakitan dan des4han dari Luna. Keenan benar-benar menggempur Luna secara habis-habisan.
Itu lah akibatnya kareny 9a Luna sudah berani kabur darinya.
Pagi pun tiba. Di jam lima pagi, Keenan masih asik bermain di atas tubuh Luna.
Bayangkan saja. Keenan memperkosa Luna tanpa henti hingga malam berganti pagi. Tak terbayang betapa lelahnya Luna menghadapi Keenan yang memiliki tenaga yang sangat kuat itu.
"Su--sudah. A--aku tidak kuat lagi. To--tolong hentikan." Luna menangis sembari memohon agar Keenan segera menghentikan aksinya itu.
Tubuhnya sudah terasa hampir remuk semua. Ia kelelahan juga kehausan karena tak berhenti-berhentinya melayani Keenan yang sangat bringas itu.
Dan benar saja. Menyadari jika Luna kelelahan, Keenan pun segera menyuhadi permainannya itu.
"Jika sekali lagi kau kabur dari sini. Hukumanmu akan lebih berat dari ini. Ingat itu, Luna!" tegas Keenan saat berbaring di sebelah Luna.
Luna hanya terdiam sembari menangis sejadi-jadinya. Harapannya yang ingin kabur dari tempat itu kini sudah pupus.
____________________
Hari demi hari berlalu. Tugas Luna untuk hidup di dunia ini seakan hanya untuk memuaskan hasrat Keenan di atas ranjang.
Semenjak Luna tahu bahwa neneknya disandra oleh Keenan. Ia tak pernah lagi berani melawan ataupun menolak. Ia hanya pasrah ketika Keenan selalu menjadikannya sebagai alat pemuas.
Bagaimana pun ia tak ingin neneknya terluka hanya demi keegoisannya semata.
Pagi hari di meja makan.
Terlihat Keenan yang sedang asik menyantap sarapannya. Namun, tatapannya langsung tertuju pada Luna yang sedang duduk di hadapannya.
"Kenapa kau tidak makan?!" sentak Keenan saat melihat Luna yang hanya mengaduk-ngaduk makanannya menggunakan garpu dan sendok.
"A--aku tidak nafsu," jawab Luna dengan nada lirih.
"Cepat habiskan makananmu! Aku tidak suka jika kau memain-mainkan makanan seperti itu. Apa kau tidak tahu di luar sana masih banyak orang yang menderita karena kelaparan?! Kau itu seharusnya merasa bersyukur karena kau masih bisa makan makanan yang layak selama ini!"
Mendengar itu membuat Luna terdiam sebentar. "Bersyukur? Jika bisa aku lebih memilih mati saja," gumamnya dalam hati.
Karena Luna tak mau kena marah, ia pun lantas langsung segera menyantap sarapannya.
Beberapa menit kemudian.
Setelah menghabiskan makanannya, Keenan segera berdiri dari duduknya dan hendak pergi dari sana tetapi langkahnya langsung terhenti ketika mendengar kalimat dari Luna.
"Tuan ...."
Keenan menoleh dan melihat Luna yang sudah menangis di tempatnya. "Kenapa kau menangis?"
Dengan terisak Luna pun menjawab. "Selama ini aku sudah tak pernah lagi melawan atau menolakmu ketika kau memintaku untuk memuaskanmu. Aku melakukan itu semua hanya demi nenekku yang telah kau sandra. Tolong beri tahu aku, Tuan, di mana kau menyembunyikan nenekku? Aku sangat ingin bertemu dengannya saat ini," ucapnya dengan pilu.
Mendengar itu Keenan hanya terdiam. Tanpa berkata apapun pria itu kembali melangkah pergi dari sana membuat Luna semakin menangis.
"Tuan! Aku mohon jawab pertanyaan aku, Tuan, aku hanya ingin bertemu dengan nenekku!" Luna berlari, berusaha mengejar Keenan.
Tetapi Keenan berjalan cukup cepat membuat kaki mungilnya itu sulit untuk mengejarnya.
Luna pun hanya bisa terduduk di lantai sembari menangis terseduh-seduh. Hampir setiap hari ia menanyakan di mana Keenan telah menyembunyikan neneknya, tetapi pria itu tak pernah mau menjawab pertanyaannya itu.
Ia hanya merindukan neneknya dan ingin bertemu. Mengapa Keenan sangat jahat memisahkan seorang nenek dan cucunya?
Sore hari.
Saat ini Luna sedang duduk santai di halaman belakang mansion. Semenjak ia tinggal di sana, ia memang suka menghabiskan waktunya itu di sana.
Berjam-jam Luna duduk diam di sana. Hingga cuaca mulai sedikit gelap, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam mansion.
Saat berjalan memasuki mansion, tiba-tiba saja ia merasakan kepalanya yang sangat pusing dan sakit.
Luna mulai linglung dan hampir terjatuh, beruntung ada Victor yang sigap menangkapnya tepat waktu.
"Nona, anda baik-baik saja?" tanya Victor dengan nada khawatir.
"Kepalaku pusing," lirih Luna bersandar di dada bidang Victor.
Tanpa mereka berdua sadari, ada seorang pria yang berdiri dari kejauhan, menatap merrka dengan tatapan yang sangat tajam.