Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Pram sedari tadi berulang kali menelpon Bintang, namun anak itu tidak menjawab membuat ia kesal setengah mati. Anak itu seharusnya sudah ada dimansion namun sang istri mengabari jika Bintang belum juga sampai. Ia pun segera bersiap-siap pulang karna waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 sore. Tak berapa lama handphone nya bergetar dan menunjukkan nama Toni dilayar.

"Halo"

"Pram, maafkan aku" ujar Toni dengan suara lemah diseberang sana.

"Ada apa Toni ? Kau terdengar tidak sehat" khawatir Pram.

"Sepertinya perjodohan anak kita harus dibatalkan" Pram tercengang.

"Ada apa Toni ?" ulang Pram kembali dengan nada khawatir, padahal ia ingat Toni sangat menggebu-gebu menikahkan Bintang dan Tiara bahkan mengancamnya dengan penggulingan jabatan.

"Aku tidak bisa, Tiara belum siap menikah dan ada masalah keluarga yang tidak bisa aku beritahu. Maafkan aku Pram, aku harap persahabatan kita tidak putus sampai disini" iba Toni membuat Pram tercengang.

"Tidak apa-apa Toni, aku sangat mengerti. Persahabatan kita tidak hanya setahun dua tahun, masalah ini tidak akan mengubah apapun apalagi merusak persahabatan kita"

"Terimakasih Pram, kapan-kapan kita minum kopi"

"Tentu sahabatku" panggilan pun terputus, entah kenapa hati Pram lega.

Pram pun segera menuju mansion untuk mengabari keluarganya. Ia kembali menelpon Bintang namun anak itu lagi-lagi tidak mengangkatnya.

"Dasar anak bandel" Pram berucap kesal. Ia pun mengirim pesan chat pada sang anak.

'Perjodohan dibatalkan, pulang segera ke mansion malam ini atau perjodohan dilanjutkan !!!!!!!'

Pesan pun terkirim, ia sengaja memberi banyak tanda seru agar anak itu ketakutan dan segera pulang. Senyum tipis kembali terpasang diwajah gagahnya. Walau usia tidak lagi muda namun ketampanan Pram sebagai pria matang masih terlihat sangat jelas. Ketampanan ini yang menurun pada Reino dan Bintang.

Jujur Pram tidak menyukai yang namanya perjodohan, ia tidak ingin anak-anaknya menjalani ikatan dalam keterpaksaan dan ia bersyukur Toni membatalkannya. Ia juga sudah berencana membatalkan perjodohan ini jika Bintang bersikukuh menolak, biarlah jabatannya sebagai CEO digulingkan. Namun keberuntungan dan takdir baik berpihak padanya.

Tak lama ia pun sampai dimansion dan di sambut Rahayu sang istri. Rahayu terlihat sangat cantik dalam balutan gaun krem, ia pun menghampiri Pram dan menyalim tangan sang suami.

"Cantik sayang" bisik Pram ditelinga Ayu membuat sang istri bersemu merah. Pram segera melumat mesra bibir sang istri karna ia melihat suasana sedang sepi, namun sebuah suara mengagetkan mereka.

"Waduhhh...lihat situasi donk mas mba, masih terang loh ini" Pram segera menoleh ke arah sumber suara dan terkaget saat melihat sang adik yang telah lama tak pulang-pulang.

"Masih ingat rumah rupanya" sindir Pram yang membuat sang adik cengengesan.

🌟🌟🌟

Salsa sudah bersiap-siap, ia berdandan sangat cantik. Malam ini ia harus bisa melepaskan semua kepenatan dan kegundahan hatinya. Salsa menggunakan gaun ketat berwarna lavender berlengan pendek dengan belahan dada sedikit rendah dan panjang semata kaki menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi dan indah. Ia yakin para pria dipesta akan terpesona dengannya. Ia tidak peduli lagi, yang ada dalam pikiran Salsa ia harus mendapatkan pengganti yang jauh lebih kaya dan tampan dari Bintang. Ia yakin mampu dan bisa menggaet pria konglomerat malam ini. Senyum tipis terukir diwajah cantiknya.

Tepat pukul 7 malam, Uci pun datang menjemput Salsa. Penampilan Uci juga tak kalah cantik dan seksi dari Salsa, ia menggunakan gaun kemben hijau tosca tanpa lengan dengan belahan dada rendah menampilkan dua gundukan semok nya dan paha putih mulus terekspos nyata yang membuat Salsa menganga. Ia tidak menyangka sahabatnya sangat berani dalam berpakaian. Mereka pun segera melaju menuju sebuah villa di puncak.

Setelah 1,5 jam jam perjalanan, Salsa dan Uci sampai di sebuah villa megah dan super besar. Halaman parkir sudah dipenuhi berbagai mobil mewah dari berbagai merek. Mereka segera masuk dan disambut pelayan yang telah menunggu didepan pintu, mereka dibawa menuju lantai 2 tempat private party diadakan. Hingar bingar suara musik telah jelas terdengar, dilantai 2 telah banyak tamu yang datang. Mereka terlihat menawan dengan masing-masing pakaian mahal yang melekat dibadan.

Uci segera membawa Salsa menuju sebuah meja yang berisi beberapa wanita yang terlihat sangat cantik dan berkilau. Uci dan Salsa segera menghampiri mereka dan saling cipika cipiki kemudian duduk disofa. Pelayan segera menanyakan minuman yang mereka inginkan.

"Hai sista, maaf aku terlambat"

"Tidak apa-apa sis, itu siapa ?" tanya Cassey si pemimpin kelompok sosialita.

"Kenalkan ini temanku dikampus namanya Salsa" Salsa pun menyalami satu persatu dengan sopan, mereka pun membalas dengan senyuman manis diwajah.

Mereka saling mengobrol dan mengajak Salsa masuk dalam perkumpulan mereka, tentu saja Salsa mau dan ia bersyukur para wanita kaya ini mau menerima nya dan bersikap sangat ramah pada dirinya.

Acara pun dimulai dengan sambutan dari sang empunya pesta. Terlihat semuanya berkumpul dan banyak laki-laki kaya dan sangat tampan membuat Salsa melongo. Matanya berbinar cerah, harapan nya akan segera menjadi nyata batinnya.

Pesta semakin meriah saat DJ seksi memutar musik semakin keras dan menghanyutkan semua yang ada diruangan. Kebanyakan dari mereka ikut menari mengikuti alunan musik yang hingar bingar.

Salsa sedang asik melantai bersama Uci saat seorang pria gagah namun terlihat sudah berumur mendekati Uci. Uci mengobrol sebentar dengan pria itu namun Salsa tidak mendengar karna kerasnya suara musik. Tak lama mereka pun berlalu.

Salsa tak ambil pusing, ia masih asik melantai dalam kondisi setengah mabuk.

"Hai cantik" sapa seorang pria.

Salsa pun menoleh, terlihat seorang pria tua dengan perut buncit tengah tersenyum padanya. Dilihat dari penampilannya pria itu adalah orang kaya namun karna ia sudah tua, Salsa tak mengindahkan. Ia kembali asik melantai.

"Ikut mas yuk, kita happy-happy dikamar" ucap pria itu sambil membelai pipi Salsa.

"Gak deh om, masih mau sendiri" jawab gadis itu, namun si pria tak menyerah. Ia terus mendampingi Salsa membuat gadis itu muak. Salsa pun kembali duduk dan pria itu tetap menempeli nya dengan ikut duduk.

"Mau iphone series terbaru gak ?" bisik pria itu sensual ditelinga salsa membuat gadis itu merinding.

"Gak om, udah punya"

Bintang sudah membelikannya ketika mereka masih pacaran bahkan saat produk itu baru rilis dan belum masuk ke Indonesia. Tiba-tiba saja Salsa menangis mengingat pria itu, sungguh ia menyesal telah menyia-nyiakan Bintang.

Melihat Salsa tengah menangis, si pria tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia memasukkan sebuah pil putih kedalam minuman dan memberikannya pada Salsa. Namun gadis itu menolak. Ia hanya duduk termenung mengingat sang mantan kekasih.

Acara terus berlanjut dan semakin malam beranjak, semakin liar perilaku orang-orang yang ada disana. Pria tadi masih asik mengajak Salsa mengobrol hingga Salsa lengah dan menenggak minuman yang diberikan pria tua itu. Si pria tersenyum senang. Ia mulai berani menyentuh Salsa, mulai dari mengusap pipi, memegang bahu dan mengelus pinggang gadis itu membuat Salsa kesal dan geram. Jelas sekali pria itu curi-curi kesempatan.

Ia yang setengah mabuk mencoba mengembalikan kesadarannya dan memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Ia berusaha mencari Uci dan ingin pulang. Salsa kemudian menelpon saat tak melihat sang sahabat namun tak dijawab.

"Cari siapa sayang ? ikut mas aja yuk" lagi-lagi Salsa bergidik ngeri, namun ia merasa tubuhnya mulai kepanasan. Gelenyar-gelenyar aneh mulai ia rasakan. Salsa segera memperhatikan kembali sekeliling dan kaget saat menyadari pemandangan disekitarnya.

Ada yang sedang berciuman dan bercumbu, ada yang bercinta diatas sofa tanpa mengenakan kain sehelai pun membuat mata Salsa mendelik kaget bahkan ada yang tengah mengkonsumsi narkob*, lagi-lagi ia bergidik ngeri.

Salsa memang sering keluar masuk club atau bar bersama Tiara namun mereka hanya minum dan merokok, tidak lebih bahkan tindakan paling jauh yang dilakukannya di club adalah berpelukan dengan pria asing, hanya itu.

Salsa mulai ketakutan apalagi pria yang bersamanya mulai memaksa memeluknya. Salsa mendorong keras tubuh pria tua itu.

"Jangan dekat-dekat om" hardik Salsa sementara pipi gadis itu sudah merona merah, ia semakin merasa kepanasan dan bagian intinya terasa berdenyut membuatnya ingin disentuh dan dibelai.

"Duhhh kok panas ya ?" si pria menyeringai saat melihat Salsa sudah menggeliat tak karuan.

"Ayo sayangku" bisik pria itu sambil menjilat daun telinga Salsa.

"Aaahhhh" Salsa tak kuasa.

...****************...