Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.
Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15: Pusat Kegelapan
Mira berdiri di tepi lembah, merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya. Di hadapannya, Pusat Kegelapan bersinar samar, seolah memanggilnya untuk mendekat. Dengan langkah mantap, dia melangkah maju. Setiap detak jantungnya terasa semakin berat, dan setiap napasnya dipenuhi ketegangan. Dia tahu bahwa apa yang akan dia hadapi di dalam sana bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga perjuangan batin yang dalam.
Saat dia menyeberangi batas lembah, suasana di sekelilingnya berubah. Suara bisikan semakin mendekat, menggoda telinganya dengan janji-janji akan kekuatan dan kebesaran. Namun, Mira teringat peringatan vampir itu: kegelapan hanya akan menang jika dia membiarkannya. Dia menggenggam erat bola api yang menyala di tangannya, merasakan kekuatan Phoenix mengalir dalam dirinya, menyalakan keberanian yang sempat padam.
Setiap langkahnya membawa Mira lebih dalam ke Pusat Kegelapan. Dinding-dinding batu yang tinggi mengelilingi tempat itu, dan di atasnya terhampar langit malam yang kelam, seolah tidak ada akhir. Di tengah ruangan, sebuah altar hitam menjulang, dikelilingi oleh bayangan yang bergetar. Suara gemuruh penuh energi mengalir dari altar, seolah memanggil Mira untuk mendekat.
“Evano!” Mira berteriak, suaranya menggema di antara dinding batu. Dia merasakan ketidakpastian yang menyesakkan dadanya. “Di mana kau?”
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyengat, membuat hatinya semakin tertekan. Namun, dia tidak bisa mundur. Dia harus menemukan Evano, harus membawanya kembali.
Mira melangkah lebih dekat ke altar, bola api di tangannya bergetar seolah merasakan ketegangan di udara. Saat dia mendekati altar, bayangan-bayangan mulai membentuk sosok. Wajah-wajah hantu yang penuh dengan kesedihan dan kemarahan bermunculan, seakan memperingatkan bahwa tempat ini dipenuhi dengan kenangan yang menyakitkan.
“Jangan mendekat, gadis api!” seru salah satu bayangan, suaranya berat dan menakutkan. “Tempat ini adalah kutukan. Siapa pun yang memasuki Pusat Kegelapan tidak akan pernah kembali!”
Mira menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan ketakutan yang menggerogoti hatinya. “Aku tidak akan mundur!” teriaknya, bola api di tangannya menyala lebih terang, menerangi kegelapan yang menyelimuti.
“Berani sekali,” suara lain menjawab, kali ini dengan nada mengejek. “Tapi kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi. Kegelapan di sini bukan hanya fisik, tetapi juga jiwamu.”
Mira menatap bayangan-bayangan itu dengan tekad. “Aku tidak takut pada kegelapan! Aku datang untuk menyelamatkan Evano, dan aku akan melakukannya!”
Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, energi di sekitar altar bergetar, dan bayangan-bayangan mulai berkumpul, menciptakan lingkaran di sekelilingnya. Mira bisa merasakan ketidakpastian di dalam dirinya, tetapi dia juga merasakan keberanian yang mengalir dari dalam. Dengan satu gerakan, dia melemparkan bola api ke arah bayangan-bayangan itu, menciptakan ledakan cahaya yang menyilaukan.
Kegelapan seolah terpecah, dan Mira mendapati dirinya berdiri di pusat Pusat Kegelapan, dikelilingi oleh kilatan cahaya yang menghancurkan. Dia merasakan kekuatan yang mengalir dari bola api itu, tetapi dia juga menyadari bahwa kegelapan itu tidak hanya berupa bayangan fisik. Kegelapan itu adalah rasa sakit, ketakutan, dan kehilangan yang menggerogoti jiwanya.
Saat kegelapan mulai memudar, Mira mendengar suara lembut, penuh harapan, “Mira…” Suara itu sangat familiar. Dia berbalik dan melihat sosok yang dikenalnya—Evano. Dia berdiri di tengah kegelapan, dengan tatapan kosong dan tubuh lemah. Air mata tak tertahan mengalir di pipi Mira.
“Evano!” teriaknya, berlari menghampiri sosok itu. Dia meraih tangan Evano, tetapi tangan itu terasa dingin dan tidak bertenaga. “Apa yang terjadi padamu?” Mira bertanya, hatinya penuh kecemasan.
“Aku… terjebak dalam kegelapan ini,” Evano menjawab dengan suara lemah. “Aku tidak bisa melawannya. Kekuatan ini terlalu kuat.”
Mira merasakan kepedihan mendalam. Dia tidak bisa membiarkan Evano terus terjebak di sini. Dia menggenggam tangan Evano lebih erat, memfokuskan energinya, berusaha mentransfer kekuatan yang dimilikinya. “Kita bisa melawan ini bersama-sama. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian!”
Evano menatap Mira, matanya mulai berbinar. “Kau… bisa?”
Dengan tekad yang membara, Mira mulai mengumpulkan energi dari dalam dirinya, membentuk bola api yang lebih besar dan lebih kuat. Dia berteriak, “Kegelapan, aku menantangmu! Tidak ada yang bisa menghentikan kami!”
Energi di sekeliling altar mulai bergetar, kegelapan seolah merespon tantangannya. Bayangan-bayangan mengerikan mulai merangsek maju, tetapi Mira tidak mundur. Dia berfokus pada cahaya yang dia miliki, pada cinta dan harapan yang menghubungkannya dengan Evano.
“Bersama-sama, Evano!” Mira berseru, lalu melemparkan bola api ke arah bayangan-bayangan itu. Api menyala terang, membakar kegelapan yang menghampiri. Dalam sekejap, suara teriakan bayangan-bayangan itu menggema, dan kegelapan mulai menghilang.
Mira merasa aliran energi yang kuat saat bayangan-bayangan mundur. Evano berdiri di sampingnya, kini lebih kuat. “Aku merasa… lebih baik,” katanya, matanya berbinar dengan harapan. “Kita bisa melakukannya!”
Dengan kekuatan yang bersatu, mereka melawan kegelapan yang tersisa. Setiap lemparan bola api dari Mira dan setiap dorongan kekuatan dari Evano membuat cahaya semakin kuat. Suara gaduh mulai menghilang, dan perlahan-lahan, Pusat Kegelapan mulai menerangi kembali.
Saat cahaya mengembang, Mira dan Evano saling berpandangan. Di antara kegelapan dan cahaya, mereka merasakan ikatan yang tak terpisahkan. Momen itu membuat mereka sadar bahwa bersama, mereka lebih kuat. Mereka bisa mengatasi kegelapan yang mengancam mereka.
Akhirnya, saat kegelapan sepenuhnya menghilang, mereka menemukan diri mereka kembali di tepi lembah. Hutan yang dulunya mencekam kini dipenuhi cahaya bulan yang lembut. Mereka saling berpelukan, penuh rasa syukur. “Kita berhasil,” bisik Mira, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
Evano mengangguk, matanya bercahaya dengan semangat baru. “Kita harus melawan semua kegelapan yang ada. Bersama-sama.”
Mira mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi, dan mereka harus siap untuk segala sesuatu yang akan datang. Namun, satu hal yang pasti: mereka tidak akan pernah menghadapi kegelapan sendirian lagi.
Dengan semangat baru dan tekad yang membara, Mira dan Evano melangkah maju, siap untuk menghadapi dunia yang menanti di depan mereka. Mereka adalah jiwa api dan darah malam, dua kekuatan yang bersatu, dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka.