Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Bilang Aku Pahlawan?
Kantor hari itu terasa lebih membosankan dari biasanya. Tanganku terus mengetuk-ngetuk meja, sementara system window melayang di depan wajahku.
"Serius, author? Aku baru aja kelar satu quest, dan sekarang langsung dapet quest lagi?!" keluhku, menatap layar yang menampilkan quest terbaru.
Side Quest: Investigate Dungeon Break in District 21.
Reward: [Undisclosed]
Aku berjalan santai menuju lokasi Dungeon Break, sambil memasukkan tangan ke dalam saku.
"Yah, lagi-lagi ada masalah. Author, kamu beneran mau aku kerja terus? Aku butuh waktu nonton anime dan makan dango, tahu!" keluhku.
Dengan wajah datar penuh kemalasan, aku memandang system window yang melayang di depan mataku. Quest kali ini kelihatan lebih mudah dibandingkan yang lain. Dungeon Break? Meh, sudah terlalu sering. Aku menghela napas panjang.
"Kenapa gue nggak pernah dapet quest buat tidur siang aja?"
Saat berjalan menuju lokasi yang dikabarkan terjadi kekacauan besar akibat sebuah Dungeon Break, aku merasakan firasat buruk. Sesuatu yang sangat kuat sedang menunggu di sana, dan entah kenapa, tubuhku terasa gatal ingin bertarung. Rasanya seperti game MMORPG dulu saat aku masuk ke dungeon level tinggi yang butuh puluhan orang untuk bisa selesai.
"Tenang, Taemin... Jangan terlalu bersemangat. Kamu bukan karakter game lagi. Ini dunia nyata... meskipun, yah, mungkin sedikit mirip game juga," gumamku, mengeluh kepada diriku sendiri.
Sialnya, itu tidak membantu menenangkan hatiku yang sudah siap melompat-lompat kegirangan.
Sesampainya di lokasi, matahari mulai terbenam. Langit diwarnai oranye dan merah muda, memberi kesan damai yang salah total. Suasana di sini sudah tegang, dengan beberapa awakener dari guild Crimson Lotus bersiap di sekitar portal dungeon yang baru terbuka. Mereka terlihat serius... terlalu serius.
“Ahh... sebentar lagi pertarungan. Mana popcorn saat aku butuh?” pikirku sambil tersenyum lebar.
Namun, senyum itu sirna ketika sesuatu yang besar, berwarna biru pucat, keluar dari portal.
"Ah, ya ampun... Seriusan nih? Monster ini mirip banget sama si Naga Mata Biru dari... eh, apa ya? Ah, sudahlah, mirip itu pokoknya!" seruku pelan.
Monster itu raksasa, bersisik putih kebiruan dengan tiga kepala yang mengerikan. Aku menyebutnya "Blue Dragon of No Mercy," plesetan dari nama aslinya. Jangan sampai kena copyright, kan?
Monster itu mengeluarkan raungan yang menggema di seluruh area, mengguncang tanah dan membuat beberapa awakener gemetar. Tanpa ragu, aku menyelinap di antara mereka, tak ingin menjadi target perhatian dulu.
“Oke, ini saatnya menguji ‘Ring of Cosplay’,” gumamku sambil menyentuh cincin di jari. Seketika, tubuhku berubah, mengenakan jubah hitam dengan wig putih berantakan.
"Hah... aku mirip siapa sekarang? Oh, si Sakaki... Sakato? Gintoki? Whatever." Aku tertawa kecil sambil melompat ke depan, merasa sedikit bersemangat dengan penyamaran ini.
“Eh, kalian mundur dulu! Biar aku yang urus ini!” seruku sambil bergaya keren.
Para awakener memandangku bingung. Aku tak peduli. Dengan mode parodi ini, aku pasti bisa menyembunyikan identitasku dengan baik. Naga biru itu mengeluarkan bola energi besar dari mulutnya, mengarah tepat ke arahku.
"Oh, ini tidak akan menyenangkan."
Aku melompat ke udara, berputar, dan langsung mengeluarkan jurus yang aku pelajari saat masih di dalam game.
“Getsuga Tenshou!”
Sebuah semburan energi hitam keluar dari pedang yang tiba-tiba muncul di tanganku, membelah serangan naga itu menjadi dua. Bentrokan energi menyebabkan ledakan besar, menggetarkan area sekitar. Monster naga itu mundur beberapa langkah.
“Hebat, kan?” Aku memandang tanganku dengan bangga, sementara para awakener di belakangku tampak terkejut.
“Siapa kau?!” salah satu dari mereka akhirnya berseru.
Aku menoleh pelan dengan tatapan datar, mengangkat bahu, dan mengubah nada bicara jadi lebih serius.
“Aku hanya orang biasa yang kebetulan lewat… dan sedikit lebih kuat dari kalian,” ucapku, menirukan gaya bicara seorang pahlawan misterius.
"Dan aku juga nggak ada niatan untuk jadi terkenal. Aku lebih suka tidur," bisikku sambil tertawa kecil di dalam hati.
Pertarungan belum selesai. Monster naga biru itu mengerang kesakitan, tapi belum tumbang. Aku memutar pedangku dan bersiap menyerang lagi. Kali ini, dia mengayunkan cakar besar ke arahku.
“Jadi, siapa bilang aku pahlawan? Aku cuma mau hidup damai,” gumamku, menghindar dengan mudah dan meluncurkan lagi Getsuga Tenshou ke arah kakinya.
Kali ini, energi hitam itu memotong kakinya, membuatnya berteriak kesakitan sebelum jatuh ke tanah dengan suara keras.
“Alright, one down,” kataku dengan puas.
Para awakener yang menonton masih tertegun. Mereka tidak tahu harus bereaksi bagaimana melihat seseorang yang baru saja mengalahkan monster sebesar itu dengan cara yang nyeleneh. Tapi aku? Aku hanya merasa... lapar.
Naga biru itu terkapar di tanah, tubuhnya terpotong di beberapa bagian akibat serangan energiku. Rasanya seperti selesai, tapi sayangnya, aku salah besar.
Dalam hitungan detik, potongan tubuh yang terpisah mulai menyatu kembali. Otot-otot dan kulitnya merajut dengan cepat, seperti tidak terjadi apa-apa.
"Oh, come on... Serius? Healing?!" Aku memutar bola mata, sedikit kesal melihat regenerasi cepat dari naga itu. “Bukannya regenerasi kayak gini harusnya dikunci di level boss super OP?”
Para awakener yang menyaksikan mulai panik. Suara gemuruh dari tubuh naga yang pulih terdengar seperti sesuatu dari mimpi buruk. Aku bisa merasakan tekanan yang makin berat dari monster ini, dan itu membuat semangat bertarungku malah bertambah.
“Baiklah, kau mau main keras, ya? Ayo kita coba sesuatu yang lebih ‘berwarna’,” gumamku sambil menggeretakkan gigi, melihat monster itu bangkit kembali dengan ketiga kepalanya yang mulai bersinar biru terang.
Aku mengganti pedangku dengan sebuah teknik yang sedikit lebih... kreatif. Dengan senyum nyeleneh, aku mengangkat tangan ke langit.
"Kamehameha!" Aku berteriak dengan nada dramatis, mengumpulkan energi di tanganku, memparodikan teknik dari salah satu anime legendaris.
Sebuah bola energi besar berwarna biru pucat muncul di tanganku, mirip... tapi jelas bukan yang asli.
Para awakener di belakangku terperangah. Aku tak menunggu lama, langsung melepaskan serangan energi palsu itu ke arah naga. Bola energi melesat dengan kecepatan luar biasa, menghantam tubuh raksasa monster tersebut, menyebabkan ledakan besar yang mengguncang tanah.
BOOOM!!
Asap tebal menyelimuti lokasi, mengaburkan pandangan. Aku menurunkan tangan, merasa sedikit bangga dengan pertunjukan kecilku. Namun, aku tahu ini belum berakhir.
Dan benar saja, di balik asap yang mulai memudar, naga itu masih berdiri. Tubuhnya terbakar, tapi lagi-lagi, luka-luka itu mulai menyembuhkan diri. Hah... regenerasi memang keterlaluan.
"Tentu saja, regenerasi. Kenapa tidak?" gumamku dengan nada frustrasi. “Naga ini benar-benar seperti musuh di game yang HP-nya seribu bar!”
Aku melompat mundur untuk menjaga jarak sambil berpikir.
“Oke, kalau regenerasi secepat itu, aku butuh sesuatu yang lebih kuat...”
Lalu sebuah ide gila muncul. Aku ingat sebuah jurus dari anime lain yang cukup keren dan dramatis.
“Rasengan... Eeh... Rasanball!”
Aku mulai mengumpulkan energi di tangan, membentuk sebuah bola energi yang berputar. Bola itu membesar dan bersinar terang, dengan jejak angin mengelilinginya.
“Bola angin! Perfect!”
Dengan kecepatan luar biasa, aku melompat ke arah naga itu dan menancapkan Rasanball ke tubuhnya. Benturan itu sangat kuat, menyebabkan semburan energi yang menghantam naga dan mendorongnya mundur.
Namun, lagi-lagi, naga itu tidak mau menyerah. Walaupun tubuhnya berlubang besar, regenerasinya mulai bekerja lagi, menyembuhkan kerusakan dengan kecepatan tak masuk akal.
“Ugh! Ini benar-benar bikin frustasi. Berapa kali aku harus mengalahkan monster ini?” gumamku sambil menarik napas panjang. Di belakangku, para awakener masih menonton, tampak tidak bisa membantu.
“Baiklah... mari kita hentikan drama ini,” kataku, memutuskan sudah saatnya memberikan pukulan pamungkas. Aku menatap naga yang masih mencoba bangkit lagi.
Kali ini, aku memanggil energi yang lebih gelap, lebih kuat. Aku mengangkat pedangku, yang berkilau dengan aura hitam.
"Getsuga Tenshou!" teriakku.
Gelombang energi hitam yang besar keluar dari pedangku, menghantam naga itu dengan kekuatan penuh. Serangan itu sangat kuat hingga tubuh monster itu tidak bisa menahan tekanan lebih lama lagi.
Naga biru itu terpotong menjadi beberapa bagian dan terhempas ke belakang, tidak ada lagi regenerasi yang bisa menyelamatkannya kali ini. Tubuhnya mulai memudar, meninggalkan jejak asap hitam di udara.
Aku mendarat di tanah dengan gaya keren, pedangku masih menyala dengan sisa energi hitam. Dengan puas, aku menyandarkan pedang di bahuku, sambil memandang para awakener yang masih terperangah.
“Dan itu, teman-teman, adalah bagaimana kau menghadapi monster regenerasi berlebihan. Lesson of the day!” Aku memberi mereka anggukan kecil sambil tersenyum nyeleneh.
Aku menghela napas panjang setelah pertarungan yang melelahkan itu. Naga raksasa sudah tak berdaya, dan mayatnya perlahan menghilang seiring dengan terselesaikannya quest. Rasanya semua selesai, namun langkah kakiku terhenti ketika seseorang muncul di hadapanku.
Lee Hye-Rin, wakil guild Crimson Lotus, berdiri di depanku dengan tatapan tajam. Pakaian tempurnya berlumuran debu dan sedikit darah, menandakan bahwa dia juga baru saja menyelesaikan pertempuran lain. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin, tapi sorot matanya tetap fokus padaku.
"Siapa kamu sebenarnya?" Hye-Rin bertanya dengan nada datar namun penuh rasa ingin tahu. “Aku sudah memperhatikanmu sejak tadi... Kamu bukan awakener biasa. Mana mungkin seseorang sepertimu tidak dikenal di dunia ini.”
Aku tersenyum tipis di balik masker yang menutupi sebagian wajahku. Ini momen yang tepat, momen di mana aku bisa menunjukkan sedikit gaya sambil tetap mempertahankan misteriku.
Dengan gaya santai namun penuh wibawa, aku berbalik setengah badan, memposisikan diriku agar sebagian wajahku tertutup bayangan.
“Siapa aku?” Aku mengulangi pertanyaannya dengan nada rendah, seolah merenung. "Heh... Aku hanyalah seorang bayangan. Seorang yang bergerak dalam kegelapan, yang tidak akan kau pahami... setidaknya, belum saat ini."
Aku menatapnya sebentar, lalu melanjutkan dengan lebih dramatis.
"Nama... hanyalah sesuatu yang tidak penting. Kau boleh memanggilku apa saja yang kau mau, tapi pada akhirnya, aku hanyalah penonton dalam permainan yang lebih besar. Ketika waktu yang tepat tiba, dunia akan tahu siapa aku sebenarnya. Namun untuk saat ini..."
Aku berbalik sepenuhnya, membelakangi Hye-Rin, sambil melambaikan tanganku perlahan.
"Aku hanyalah... bayangan."
Aku mendengar Hye-Rin mengerutkan kening di belakangku, tapi aku tidak menunggu respon darinya. Dengan gaya yang sengaja dramatis, aku melangkah pergi, meninggalkannya dalam kebingungan.
“Dasar orang aneh,” gumam Hye-Rin, namun nada suaranya jelas memperlihatkan bahwa rasa penasaran terhadapku semakin besar. Dia tahu ada sesuatu yang tak biasa tentang diriku, tapi dia tidak tahu seberapa dalam rahasiaku.
Saat aku berjalan semakin jauh, aku tersenyum lebar di balik maskerku.
“Yah, setidaknya aku berhasil bikin dia bingung,” pikirku, senang dengan hasil interaksi itu.
Aku terus berjalan tanpa menoleh lagi. Mungkin di balik kata-kataku yang dramatis tadi ada sedikit kebenaran. Aku memang bergerak dalam bayangan, menyembunyikan identitasku dari dunia ini, menjaga agar tidak ada yang tahu seberapa kuat aku sebenarnya.
Namun, seperti biasa, rasa puas itu segera tergantikan oleh kebiasaan Deadpool-ku yang suka mengeluh. "Aduh, sumpah. Bicara ala misterius gini tuh capek banget. Siapa yang kepikiran buat jadi dramatis kayak gitu? Oh, right, aku. Kenapa aku malah ngikutin gaya Cok Kagenoh sih?"
Aku tertawa kecil sendiri.
“Tapi gaya ala Shadow itu lumayan keren juga, ya? Harus diakui, aku suka lihat wajah orang-orang bingung gitu.”
Aku menghilang ke dalam keramaian kota, meninggalkan Hye-Rin yang masih berdiri diam di tempat, dengan tatapan penuh tanda tanya di wajahnya. Ini baru permulaan. Akan ada lebih banyak kejadian seperti ini, tapi aku tetap harus menjaga agar rahasiaku tidak terbongkar terlalu cepat.
Setidaknya, bukan sekarang.
dah gitu aja.
kecuali.
dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.