NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Kaisar Dewa Pedang

Kisah Cinta Kaisar Dewa Pedang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Raja Tentara/Dewa Perang / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Aang Albasia

Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemberontakan di kerajaan Sono Kening

“Sepertinya sudah saatnya kita mulai bergerak sekarang, jangan sampai raja mengumumkan salah seorang putera mahkota menjadi penerusnya, nanti malam kau suruhlah orang dalam istana untuk mulai bergerak!”. Perintah Wurawari kepada adipati.

Di rumah paman Sumantama.

“Paman, apakah malam ini adalah malam dimana ayahku akan dibunuh?”. Tanya Sarwatama

“Kalau prediksiku tidak meleset, malam ini adalah malam yang sangat tepat untuk melakukan pemberontakan untuk kedua kerajaan secara bersamaan, karena sepertinya aliran jahat juga sudah bekerja sama dengan salah seorang penghageng di dua kerajaan ini, mereka sudah menganggap kalian berdua sudah tewas, dan tinggal sang raja saja yang tersisa, kalau di kerajaan Sono Keling, kemungkinan besar, si pengkhianat sudah menaruh orang didalam istana kerajaan yang selalu mamantau pergerakan sang raja dan keluarganya”. Kata paman Sumantama yang sepertinya tebakannya tepat semua.

“Kalian berdua, bersabarlah sebentar, kalian akan bisa merebut kembali tahta yang sah nantinya setelah raja baru diumumkan”. Kata paman Sumantama kembali.

“Baiklah paman”.

“Besok aku akan masuk ke kerajaan dan bertemu orang kepercayaan sang raja untuk tidak keluar dari kerajaan hingga waktunya tiba nanti, aku dan kalian berdua akan langsung merebut kedua kembali kekuasaan ini”. Lanjut paman Sumantama

“Kau wijaya, apakah dikerajaan Sono Keling mempunyai juru masak khusus untuk sang raja?”.

“Ada paman”.

“Baiklah, apapun yang terjadi selanjutnya kita harus mulai memikirkan jalan keluar masalah-masalah yang akan terjadi nantinya”

Kini Satriya sudah sampai di perguruan dengan tanpa ada lecet sedikitpun dibadannya.

“Muridku, apakah kau baik-baik saja?, bagaimana keadaan tuan puteri baik-baik saja?, bagaimana perjalananmu? Apakah sudah bertemu dengan Sumantama? Apakah dia mau membantu kita? Apakah keadaan di kerajaan biru langit baik-baik saja?”.

“Halah, kalau nanya mbok ya satu-satu paman guru, bertanya kok sudah sepeti sepur yang bergandeng dan ga selesai-selasai”. Jawab Satriya memotong pertanyaan dari ki Gede.

“Kita ke rumah ayahku saja paman guru, kita bicarakan disana, agar seluruh pembicaraan kita tak ada yang menguping”.

“Baiklah”.

Terbanglah mereka berdua ke rumah Satriya yang berada dibawah bukit dengan halaman yang sangat luas disekeliling rumahnya.

“Ditengah perjalanan, kami bertemu dengan pangeran wijaya yang saat itu terlihat terluka bekas tusukan pisau didadanya, kami juga bertemu dengan pangeran Sarwanta yang saat itu sedang bersama pangeran wijaya di sebuah Goa”. Satriya mulai menceritakan pertemuan mereka dengan para pangeran hingga bertemu dengan paman Sumantama.

“Ooo, jadi begitu rupanya, baiklah, mulai saat ini kau adalah penjaga resmi kerajaan yang akan menjaga keamanan kerajaan ini”. Kata ki gede yang mengagetkan ayah dan ibu Satriya yang sedari tadi ikut mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

“Apakah anak kita sudah menjadi orang penting, suamiku?”. Tanya ibunya Satriya

“Kita dengarkan saja dulu pembicaraan mereka”. Jawab ayahnya Satriya.

“Baiklah paman guru, bagaimanapun juga aku sudah menganggap bahwa kerajaan ini adalah tanah kelahiranku sendiri, aku harus menjaganya dari para penjahat yang ingin menguasai kerajaan ini seenaknya.

“Syukurlah kalau begitu, aku bahagia mendengarnya, dan aku bangga mempunyai murid sepertimu Satriya”. Kata ki Gede.

“Sepertinya aliran hitam yang akan ikut dalam pemberontakan di kerajaan ini adalah aliran hitam yang kekuatan mereka masih di tingkat bawah, aku yakin kau sendirian bisa menghabisi mereka semua, yang perlu kau waspadai adalah ketua dari mereka yang mungkin kekuatan spiritualnya sudah di ranah Dewa bumi”. Kata ki Gede

“Dewa bumi? Apa itu paman guru?”. Tanya Satriya yang memang belum mengetahui tingkatan spiritual

“Ingat baik-baik, saat ini ranah spiritualmu masih ditingkatan bayi dewa, tingkatan bayi dewa adalah tingkatan terendah dari semua tingkatan, tingkatan kedua dewa dewasa, tingkatan ketiga dewa sepuh, tingkatan keempat Dewa bumi, tingkatan ke lima dewa udara, tingakat ke enam dewa langit, tingkatan ke tujuh Dewa penguasa, tingkatan ke delapan adalah Kaisar dewa kecil dan tingkatan yang terakhir adalah tingkat kaisar dewa, Tingkat spiritualmu saat ini masih ditingkat yang paling rendah tapi aku yakin dengan adanya serigala ekor tiga belas bersamamu, kau akan selalu terlindungi dari mara bahaya”. Ki gede menerangkan

“Fahamkah?”.

“Mmmm, ngga paman guru, boleh diulang lagi?”.

“Ah yang penting kau tingkatkan saja kekuatan spiritualmu agar bisa mencapai ranah tertinggi”. Jawab ki Gede.

“Baiklah paman guru”.

“Cara melatihnya bagaimana paman guru? Masa Cuma nyuruh tapi tidak memberi tahu caranya?”.

“Kau ini, emang muridku yang paling rewel dan banyak nanya ya Cuma kamu itu”.

“Hahahahaha”.

“Ikutlah denganku”.

“Baik Paman guru”.

Satriya dan ki Gede sudah berada di belakang rumah Satriya, tepanya ditengah halaman belakang rumahnya.

“Duduklan bersila”.

“Baik paman guru”.

“Pejamkan matamu, rasakan kekuatan alam sekitar, dan seraplah sebanyak mungkin kau mampu, di dalam perutmu ada satu titik kekuatan yang dapat meningkatkan kekuatan tak terhingga, tepatnya diantara jantung dan ulu hatimu, bentuknya kecil tapi bisa menampun kekuatan yang sangat besar, salurkan seluruh kekuatan yang sudah kau serap dan masukkan kedalam titik itu, lalu alirkan ke seluruh nadi didalam tubuhmu”. Ki gede menerangkan tahap demi tahap untuk meningkatkan kekuatan spiritual

Terlihat cahaya keemasan mulai keluar dari tubuh Satriya, semakin besar dan semakin membesar, hingga cahaya itu kini bisa menerangi seluruh area halaman belakang rumah Satriya.

“Buset, anak ini sebenarnya siapa? Kenapa bisa mengeluarkan kekuatan spiritual sebesar ini di ranahnya yang masih di ranah paling bawah?”. Gumam ki Gede dalam hatinya.

“Apa-apaan ini hanya dengan sekali duduk saja dia sudah bisa membuka empat ranah seketika?, ah yang bener aje lu cah!”. Gumam ki gede yang keheranan melihat muridnya itu yang bisa hanya dengan sekali duduk langsung membuka empat ranah sekaligus

“Wow, Wow, Wow, apa-apaan sebenarnya yang sedang aku lihat ini? Dia terus membuka ranahnya? Sudah ranah ke enam, ketujuh?”. Gumamnya yang semakin kaget melihat muridnya itu semakin lama semakin membuka ranah-ranah yang lebih tinggi lagi.

“Kedelapan?”.

“Mana mungkin ada seorang yang menembus delapan ranah sekaligus, bukankah setiap  menaiki ranah kekuatan, aka nada banyak sekali hambatan saat bermeditasi?, kenapa bocah ini bisa dengan sangat mudahnya menaiki ranah kedelapan hanya dengan sekali duduk saja?”. Gumam ki Gede yang semakin heran

“Bocah sudahi dulu latihanmu saat ini!, aku khawatir tubuhmu akan hancur jika kau teruskan ke ranah paling tinggi”. Kata ki Gede yang menghentikan meditasi Satriya.

“Ada apa guru, aku melihat ada delapan titik didalam tubuhku bercahaya, maksudnya apa ya?”.

“Halah bocah ini, itu sekarang kau sudah ditingkat kedelapan alias ditingkat Kaisar Dewa kecil, sekarang kau sudah bisa menguasai ilmu pedang, ilmu tombak, ilmu cambuk, ilmu panah, pengendailan air, es, api, udara, racun, pohon, tanah, dan alam semesta yang ada ini sudah bisa kau kendalikan semua, kecuali orang orang atau siluman-siluman yang ranahnya sama denganmu”.

“Wah, paman guru, ternyata aku hebat juga ya paman guru”.

“Pletak!”. Kepala Satriya digaplok sandal oleh ki Gede

“Ingat pesanku saat kau masih kecil dulu”.

“Iya paman guru, pesanmu akan selalu aku ingat”.

“KABAR DUKAAA, SANG RAJA TELAH MENINGGAL DUNIAAA”. Terdengar teriakan-teriakan dari dalam pedesaan.

“Paman guru kau dengarkah itu? Sang raja telah meninggal dunia katanya?”.

“Mari kita lihat saja langsung!”. Mereka berdua langsung melesat ke tengah desa, Zuria yang tak mau ketinggalan juga membuntuti di belakang ki gede dan Satriya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!