NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis Itu Berlari Di Tengah Hujan

Dika menghembuskan napas panjang. Hal yang tidak pernah dia sangka seusai mendapatkan harapan tinggi karena hasil dari rapat bersama dengan klub penggemar film adalah langit gelap.

Secara mendadak kota Jakarta diguyur hujan yang lebat. Beberapa orang yang masih berada di sekolah terpaksa membeli payung di kantin agar mereka bisa pulang ke rumah. Namun, karena Dika dipanggil ke ruang guru untuk diminta membawakan buku-buku yang tertinggal di kelas. Dika malah tidak mendapatkan sisa dari payung yang terjual.

Kedua mata Dika melirik ke arah kantin yang masih ditempati oleh beberapa siswa. Ada yang asik dengan ponselnya. Ada yang bersandar di sudut sambil mendengarkan musik. Serta ada kerumunan orang yang sedang bermain kartu.

Memandangi semuanya membuat Dika bersandar pada tiang penyangga kantin sambil meminum teh hangat. Dika masih menyesalinya mengapa dia tidak membeli payung terlebih dahulu di kantin agar bisa pulang tepat waktu.

Dika sebenarnya ingat kalau di dekat stasiun akan ada beberapa toko yang menjual payung dan jas hujan. Tetapi untuk sampai kesana perlu lebih dari sepuluh menit dan tentu saja Dika akan basah kuyup.

Kalau dipikir-pikir oleh Dika. Rasanya jarang sekali ada hujan di musim kemarau. Biasanya hujan akan berhenti dengan cepat karena musim panas yang panas. Tapi, sayangnya sepertinya musim panas tahun ini akan terasa menyengat. Sebab air hujan yang turun begitu banyak dan mungkin saja menjelaskan musim kemarau panjang.

Jarum jam di kantin menandakan tepat pukul setengah enam sore. Beberapa lampu yang berada di sekitar SMA Penerus Bangsa perlahan dinyalakan. Pemandangan itu baru pertama kali dilihat oleh Dika.

Tepat beberapa menit setelahnya. Hujan lebat perlahan berubah menjadi hujan rintik-rintik. Satpam sekolah memberitahu sisa murid yang masih berteduh di kantin untuk segera pulang ke rumah. Satpam itu menyarankan untuk membeli payung dan jas hujan di dekat stasiun jika ada murid yang rumahnya jauh dari sekolah.

Dengan berbondong-bondong, sisa murid yang masih menetap di kantin berjalan keluar dari kantin. Ada yang berlari dan sengaja menginjak genangan air. Hal itu membuat beberapa orang marah.

Tidak seperti beberapa orang di depannya. Dika berjalan melambat untuk menjauhi orang lain. Bukan karena dia takut terciprat oleh genangan air. Dika hanya ingin menikmati hujan rintik-rintik tersebut. Apalagi tasnya termasuk anti air. Jadi, Dika tidak terlalu memikirkan peralatan sekolah yang ada di dalam tas.

Sesampainya di gerbang sekolah yang berwarna hitam. Seluruh murid yang sebelumnya bersama dengan Dika mulai berpisah satu persatu. Karena Dika berjalan ke arah stasiun. Dirinya berjalan ke arah depan gerbang sekolah untuk menyebrangi jalan dan menuju ke arah kiri.

Beberapa toko yang menjual makanan hangat dengan cepat menerjang hidung Dika. Dia sebenarnya ingin mencicipi makanan yang cocok dimakan saat hujan. Tapi, Dika sadar kalau dia harus menghemat uangnya agar tidak terlalu membebani kedua orang tuanya.

Dengan jalan yang dilalui oleh beberapa orang sambil menggunakan payung. Dika sadar kalau dia harus segera membeli payung karena hujan rintik-rintik itu mulai bergerak cepat.

Kedua mata Dika melihat sebuah supermarket yang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dengan cepat dia berlari kecil untuk masuk ke dalam supermarket. Suasana dingin dari pendingin di supermarket langsung menghantam kulit Dika yang kedinginan akibat hujan.

Dika langsung mengambil payung yang terletak di dekat kasir. Karena kedua matanya melihat rak yang berisi mie instan. Dika tergoda membeli beberapa bungkus mie instan jika dia malas untuk masak.

Seusai membayar payung dan beberapa bungkus mie instan di kasir. Dika langsung segera keluar dari supermarket karena tidak kuat dengan pendingin di dalam supermarket. Dia langsung membuka payung baru itu dan mendapatkan suara notifikasi dari ponselnya.

Merasa penasaran siapa yang mengirimkan pesan pada Dika. Kedua matanya menemukan kalau ada pesan yang berasal dari Chika.

[Apa kamu ada di tempat kos?]

[Aku masih di jalan. Memangnya kenapa, Chika?]

[Bolehkah aku mampir ke tempatmu?]

[Tentu. Tapi, aku membawa kunci pintunya. Kalau mau kamu meminjam kunci utama ke pemilik kos.]

[Tak apa. Aku akan menunggumu pulang.]

Mendapat pesan yang seperti itu. Membuat Dika langsung bergegas menuju ke tempat kosnya.

...***...

Sesampainya di stasiun dekat tempat kos Dika. Hujan masih mengguyur kota Jakarta. Langit yang masih memancarkan warna gelap menandakan kalau hujan itu mungkin bisa berhenti pada esok hari.

Apalagi saat di dalam kereta tadi. Dika mendengar ramalan cuaca kalau hujan yang mengguyur seluruh kota Jakarta karena hasil pengembunan awan dari wilayah lain.

Sambil menghembuskan napas panjang. Dika yang sedang meregangkan tubuhnya di depan stasiun mulai berjalan kembali untuk segera menuju tempat kosnya. Apalagi saat itu sudah menunjukkan pukul hampir setengah tujuh malam. Dika tidak ingin membuat Chika menunggu lama kedatangannya.

Dengan napas yang terengah-engah. Dika mencoba melangkahkan kedua kakinya dengan cepat. Kedua mata Dika bergetar setelah menemukan seorang gadis berdiri mematung dengan tas tenteng besar. Gadis berambut hitam pendek itu diguyur hujan lebat dibawah tiang listrik di pinggir jalan.

Melihat hal itu, Dika langsung berlari ke arah gadis itu. Dika sadar kalau itu adalah Chika yang sejak tadi menunggu kedatangannya.

Seragam putihnya Chika yang sudah basah kuyup memperlihatkan dengan jelas pakaian dalam dibalik seragamnya itu. Tatapannya yang kosong membuat Dika yakin kalau Chika sedang berada dimasa terburuknya. Dika langsung mengarahkan payungnya ke arah Chika.

"Kenapa kamu menungguku disini?" kesal Dika sambil mengarahkan jaket yang ada di dalam tas Dika dan mengenakannya pada Chika, "Bagaimana jika nanti kamu sakit, Chika?"

"A-A-Aku...."

Walau air hujan membasahi tubuhnya. Dika sadar kalau Chika sedang menangis dan mengeluarkan semua perasaannya. Dika yang tidak tahu harus berkata apa hanya bisa mengajak Chika untuk segera masuk ke dalam kamar kosnya.

Dika langsung mengambil handuk dari kamar mandi dan menyelimuti tubuhnya Chika agar air yang membasahi Chika tidak membasahi lantai.

Bibirnya Chika yang berwarna pucat terlihat bergetar di hadapan Dika. Chika ingin sekali mengucapkan kata 'terima kasih' pada Dika. Namun, karena dia sedang menggigil. Suara Chika yang pelan tidak bisa menggapai Dika.

Dika langsung membuat air hangat dan memasukkannya ke dalam bak mandi untuk dipakai oleh Chika. Bak mandi yang berbentuk persegi panjang itu bisa langsung digunakan untuk berendam menurut pemilik kos. Karena itu, Dika memintanya untuk berendam di air hangat untuk menghangatkan tubuhnya.

Chika meminta Dika untuk berhenti membantunya. Gadis itu langsung duduk di kursi dekat kamar mandi. Dika langsung menyerahkan air minum padanya.

Air yang berasal dari pakaian Chika terus menetes membasahi lantai. Dika bertanya-tanya apa yang terjadi padanya. Alih-alih mendapat jawaban, Chika mendadak berdiri dan meminta izin menggunakan bak mandi berisi air hangatnya.

Dika hanya mengangguk pelan. Hingga tanpa sengaja Dika melihat kalau Chika langsung melepas seragam putih yang dia dikenakan tanpa aba-aba. Dibalik pakaian dalam berwarna biru yang dikenakan oleh Chika. Hal yang tidak pernah Dika ketahui, kalau punggung kulit Chika terdapat beberapa luka baret.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!