Izinkan Aku Memanggilmu Bunda

Dua bulan setelah berpisah dengan Amel, Zizi mulai berfikir untuk menata ulang hidupnya. Melanjutkan study menjadi pilihannya. Tujuannya ke Australia mengikuti jejak Selin. Selain karena sudah menjadi keinginannya dari dulu, Zizi ingin melupakan apa yang sudah terjadi. Tetap tinggal di sini akan sangat sulit melupakan kejadian itu. Walaupun berat meninggalkan orang-orang yang disayangnya. Tapi keputusan memang harus diambil sesuai saran Amel. Malam ini semua keluarga berkumpul di ruang keluarga. Zizi duduk didekat mamanya, memeluk pinggang mamanya dan menyandarkan kepalanya di bahu mamanya.

"Ma, aku mau ngomong sesuatu."

"Ngomong apa dek, ngomong aja!" Kata mama sambil mengusap rambut putrinya.

"Aku mau nyusul Selin ke Australia."

"Hah..... ngapain, nggak mau pisah sama Amel jadi ngejar Selin? tanya Zafran.

"Bang, aku nggak lagi main kejar-kejaran, aku mau lanjut study di Australia. Boleh kan ma?"

"Apa sudah kamu pikir betul-betul dek, kamu tega ninggalin mama?" Tanya mama Zahra.

"Udah ma, aku pingin nenangin diri juga, papa ngizinin kan?" Tanya Zizi pada papanya.

"Kalau menurutmu itu yang terbaik papa izinin, tapi harus pinter jaga diri, belajar dengan baik." Jawab papa Adi lembut.

"Zi, nanti kamu kangen sama kita lho." Kata Zidan menggoda adiknya.

"Nggak lah, ngapain kangen, kalian semua ngeselin."

"Eh..jangan sombong, nanti kangen nangis-nangis baru tahu rasa." Kata Zaki.

"Ngga ada ya , nanti awas kalau ada yang nyusulin aku, karena nggak tahan kangen sama aku." Kata Zizi mengejek kakak-kakaknya.

"Abang mah bahagia aja, nggak ada yang malak lagi" kata Zafran.

Mama Zahra hanya tersenyum menyimak obrolan anaknya, ada rasa bahagia melihat Zizi bisa ceria lagi, walaupun ada rasa yang sulit di ungkapkan mengingat sang cucu. "Bagaimana keadaan kamu sekarang sayang?" Batinnya.

***

Dennis sudah tumbuh menjadi anak yang gembul dan menggemaskan. Usia tiga bulan sudah menunjukkan Dennis anak yang aktif. Tangan dan kakinya tidak berhenti bergerak. Malam hari sering tidur bolak-balik badan karena kecapekan. Papa Nicco selalu siaga memijit pelan putra kesayangan sebelum tidur. Papa Nicco sering mengajak bercanda dengan mencium perut Dennis hingga anak itu tertawa kegelian lalu menjambak rambut papanya. Sungguh pemandangan yang indah andai mama Dennis melihatnya, namun itu tidak mungkin, menanyakan putranya pun tidak pernah.

Malam itu Dennis sangat manja dengan papa Nicco, saat tidur tidak mau diletakkan di kasur, dia tidur tengkurap di lengan papanya. Ada pekerjaan yang tadi belum selesai, dan laporan yang harus diserahkan ke Zafran secepatnya. Zafran menanyakan berkas itu pada Nicco malam ini. Karena Nicco harus lembur sambil momong jadi dia mengirimkan foto Dennis yang tidur nyenyak di lengannya.

Zafran meminta laporan itu harus sudah siap sebelum hari sabtu ini. Karena hari sabtu keluarga Wiguna akan mengantarkan Zizi ke airport jadi Zafran dan Zidan tidak bisa ke kantor. Nicco yang rencananya akan mengantarkan berkasnya hari Sabtu ke kantor Zafran. Tapi Zafran mengatakan hari Sabtu tidak ada di kantor dan Nicco menanyakan apa sebabnya.

^^^Perfect Daddy^^^

^^^ Gua ke kantor lo hari Sabtu pak bos^^^

^^^19.47^^^

Abang Ipar 1

Nggak bisa, gua hari

Sabtu nggak ngantor

Zidan juga

19.49

^^^ Perfect Daddy^^^

^^^ Ada acara apa?^^^

^^^20.01^^^

Abang Ipar 1

Kepo banget

20.02

^^^Perfect Daddy^^^

^^^ Kan adik ipar masa ng^^^

^^^ gak boleh tahu^^^

^^^20.05^^^

Abang Ipar 1

Emaknya bocil lo mo

Pergi ke Australi

20.06

^^^ Perfect Daddy^^^

^^^ 😭😭😭😭😭😭😭^^^

^^^20.06^^^

Hati Nicco bagai teriris mendengar berita itu, patah hati sudah tentu, ibu dari putranya akan pergi jauh. Memandang putranya yang tidur nyenyak rasanya hatinya hancur. Kepergian ibunya mungkin karena ingin melupakan dirinya dan anaknya. Harapannya agar ibunya sudi menjenguk putranya kian pupus. Apakah memang tak ada rasa sayang sedikitpun di hati Izzaz pada putranya batin Nicco. Nicco masih bisa menerima kalau Zizi membencinya tapi benci pada putranya sendiri sungguh tidak bisa diterima, tapi apa boleh buat. Hanya semakin sesak di dada mengingat Zizi. Nicco menciumi putranya dengan air mata yang terus mengalir. Sesakit ini dibenci oleh orang yang dicinta batinya.

***

Zizi mempersiapkan semua keperluannya sebelum berangkat. Zizi menghubungi Amel untuk mengatakan hari keberangkatannya. Amel mengajak Zizi laluar untuk makan bersama sebelum perpisahan.

"Assalamuallaikum Zi." Salam Amel saat mengangkat telepon dari Zizi.

"Waalaikumsallam Mel,

Mel, gua berangkat Sabtu ini, lo bisa antar gua ke airport kan?" Tanya Zizi.

"InsyaAllah bisa, tapi malam sabtu ini kita pergi makan di luar ya?" Ajak Amel.

"Iya, lo yang traktir kan, gua tagih janji lo waktu itu."

"Iya, tenang aja, tapi tempatnya gua yang tentuin ya." jawab Amel.

Malam Sabtu Zizi bersiap pergi dengan Amel. Zizi mengajak ketiga kakaknya untuk ikut sebagai perpisahan dan mereka setuju.

Mereka berangkat membawa mobil Alphard milik Zafran. Melaju ke apartemen menjemput Amel. Amel yang sudah menunggu di parkiran. Kaget karena bukan cuma Zizi yang datang tapi juga trio abangnya.

"Hah.....abang semua ikut?" Amel melongo karena kaget.

"Iya Mel biar rame." Jawab Zidan.

"Jangan lupa Mel traktir kita juga yaa, jangan cuma Zizi." Zaki menggoda Amel.

"Siapppppp, dont worry!" Kata Amel percaya diri.

"Kita mau makan di mana nih?" Tanya Zafran.

"Lesehan jalan XX, makan seblak sama ayam geprek!" Jawab Zizi dengan cengengesan.

"Hah .....nggak salah, napa nggak ngomong dari awal, tahu gini gua ogah ikut!" kata Zidan jengkel, Amel dan Zizi tertawa ngakak sudah berhasil mengerjai kakak-kakaknya.

"Hooh, kirain makan di restoran mewah." Kata Zafran.

"Bang, kalau Amel disuruh traktir di restoran mewah bisa ambyar gaji Amel dua bulan kerja, trus untuk hidup ngebon dulu ke abang?" Tanya Amel pada Zafran.

"Napa nggak nanya dulu mau makan dimana, emang kita udah rencana mau makan disitu kok, tempat favorit kita." kata Zizi dengan entengnya, kakak-kakaknya hanya menghela nafas mengalah.