"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian yang mendadak
"Oh, Tumben" ucap Tian sembari mengulurkan tangannya.
"Sedang dapat hidayah Om" ucap Mentari sebelum mencium tangan Tian, dan saat Mentari mencium tangan Tian, tiba-tiba saja tubuh Tian terasa tersengat aliran listrik.
"Astagfirullah" ucap Tian reflek, sungguh diluar perkiraannya ternyata Mentari benar-benar mencium tangannya, ya mencium tangan bukan menempelkannya di kening atau di pipi, dan karena ucapan Tian barusan Mentari sampai tersentak kaget dan dengan sendirinya dia melepaskan tangan Tian.
"Ada apa Om, apa ada yang kelupaan?" tanya mentari yang memang berpikir kearah sana, karena kebiasaan Tian yang selalu beristigfar dikala dia melupakan sesuatu.
"Tidak, sudah sana katanya sudah ingin pergi!!" usir Tian yang tidak ingin mendengar pertanyaan Mentari tentang keterkejutannya.
Mentari mengangguk dan saat dia melihat Tian lengah, Mentari langsung mengambil semua coklat yang masih berada dimeja Tian, dan setelah semua masuk kedalam tas, Mentari langsung bergegas pergi dan baru setelah keluar dari dalam kantor tempat Tian bekerja, Mentari mengirim pesan pada No Tian yang belum aktif.
"Om, lain kali kalau dapat coklat lagi bagi dua denganku."
Ya Mentari masih berpikir jika Tian sangat menyukai coklat, sampai tidak mau berbagi dengannya padahal pikiran Mentari itu salah, karena Tian tidaklah menyukai coklat dan untuk kemana perginya coklat-coklat itu, jawabannya adalah kepanti asuhan tempat dia dulu tinggal, sebelum di adopsi kedua orangtua Anyelir.
Setelah kepergian Mentari Tian langsung mengeluarkan posel pemberian Mentari dari dalam dusnya, dan setelah itu dia memasukan sim kard yang dia simpan, dan baru juga diaktifkan ponselnya langsung berdering tanpa henti sampai Tian langsung menekan mode hening, karena takut mengganggu guru yang lain.
Ponsel baru itu dibiarkan beberapa saat dan setelah merasa cukup waktu Tian pun melihat kembali ponsel tersebut dan pesan yang berada diurutan teratas membuat tian langsung melirik mejanya.
"Dasar!!!!" ucap Tian kesal, dan jujur dia lupa tempat, alhasil ada seorang guru yang berdehem untuk mengingatkan Tian dimana dia sekarang.
"Maaf" ucap Tian yang sadar jika ucapannya tadi mengganggu guru yang lain dan dia mengucapkan kata maaf pada semua guru yang menatapnya.
Ah dasar, Sungguh Tian merutuki kesalahannya, bisa-bisanya dia keceplosan berkata seperti itu, dengan suara yang lumayan keras pula.
***
Sore hari telah Tiba dan Tian sungguh menantikan saat ini, karena dia ingin meminta kembali coklat yang telah Mentari ambil darinya, namun saat suara mobil Mentari terdengar, tiba-tiba ponsel Tian berbunyi dan panggilan itu ternyata dari Juna suami kakak angkatnya, atau lebih tepatnya ayah Mentari.
Tian langsung saja kembali kekamarnya dan mengangkat panggilan tersebut dan setelah saling memberi salam juga saling sapa menanyakan keadaan, Tian akhirnya mengetahui tujuan Juna menghubunginya dan setelah sambungan telpon itu di tutup, Juna langsung berkemas, karena sekarang dia harus berangkat menemui kedua orang tua Mentari yang berada dikota yang berbeda dengannya.
Sungguh perasaannya kurang enak, karena tidak biasanya orangtua Mentari menyuruhnya untuk datang seperti ini, dan parahnya dia tidak di Izinkan memberitahu Mentari kemana dia akan pergi.
"Tari, Om akan pergi keluar kota" ucap Tian setelah keluar dari kamarnya, tentu dengan sebuah tas yang membawa beberapa pakaian gantinya.
"Lo ko mendadak?" Sungguh diluar dugaan, karena Mentari pikir jika Sore ini, dia akan dimarahi, bahkan akan dipaksa untuk mengganti coklat yang sudah dia ambil tadi.
"Ya mendadak, dan untuk masalah coklat yang sudah kamu ambil, kita bahas setelah Om kembali" ucap Tian yang ternyata tidak melupakan masalah coklatnya.
"Om harga coklat itu lebih murah dari harga ponsel baru yang sudah aku belikan." ucap Mentari mengingatkan jika coklat yang dia ambil harganya tidak sebanding dengan harga ponsel yang sudah dia berikan pada Tian.
"Om tahu, tapi masalahnya... sudahlah Om harus segera pergi, ingat jangan pernah bawa masuk laki-laki kedalam rumah. selama om pergi"
Mentari mengangguk patuh, lagi pula siapa juga yang akan membawa laki-laki kerumah omnya itu. Pikir Mentari.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.