Bagi Ziza, Khalid Al Ghifari sangat jauh berbeda dari para sepupu dan sahabat laki lakinya.
Cowo pendiam yang baru dia kenal di penghujung SMAnya, kini malah satu kelas dengannya. Cowo itu lebih suka menghabisksn waktu di kelas atau di perpus.
Dia selalu terluka, bahkan di awal pertemuan mereka, Ziza menempelkan plester di keningnya.
Ini cerita anak anak Kaysar cs. Semoga suka ya...♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin dekat
"Kenapa kamu bodoh sekali. Dua perusahaanmu sampai bangkrut begitu dan kamu tidak mengetahui apa pun," omel Karla, sepupu Jesica.
Jesica terdiam atas bukti bukti tak terbantahkan yang di beberkan sepupunya itu.
Kepalanya agak berdenyut. Kemarahan menguasainya
Jadi, anak tirinya masih hidup dan yang melakukan semua ini?
Kepalanya menggeleng pelan. Tapi kemudian dia meragu.
Hacker sepupunya berhasil mengetahui lokasi si pembuat bangkrut dua perusahaannya. Beda benua.
Yang mengagetkan dari Dubai, tempat mantan suami dan anaknya dulu berada.
Tapi mereka sudah meninggal. Harusnya.
Otak Jesica berpikir keras.
"Apa kamu yakin anak tirimu juga mati? Atau bahkan Anggoro juga mati?"
Jesica menatap sepupunya yang sebaya dengannya lekat
Dia memang tidak menyaksikan kematian keduanya secara langsung. Tapi anak buahnya melaporkan, kalo mereka menyaksikan mobil Anggoro meledak dan api berkobar hebat dan asap mengepul hitam.
Hanya tertinggal sedikit sisa tulang setelah api berhasil dipadamkan berjam jam lamanya karena kondisi yang sangat sulit, di dasar jurang.
"Anak buahku sedang mengecek keberadaan mereka di Dubai," sambung Karla.
"Kamu ingin mereka langsung dibu*nuh kalo ketahuan?" Karoa tersenyum miiring.
"Ya, bu*nuh saja," sahut Jesica penuh dendam. Dalam.hatinya terus memaki dan menyumpah.
Geram karena berhasil ditipu anak belasan tahun.
*
*
*
Khalid menatap rumah mewah itu dengan sangat asing. Ingatannya sama sekali ngga merespon.
Aku belum pernah ke sini?
Dia langsung mendatangi alamat rumah Ziza begitu pengawalnya memberikan informasinya. Dia
sangat berharap, ada yang bisa dia peroleh untuk menggali ingatannya jika tau tempat tinggal Ziza.
Tapi ternyata zonk.
Dia jadi meragu, apa benar dia dan Ziza teman satu SMA.
Setelah menghembuskan nafas panjang, Khalid bermaksud pergi, tapi baru beberapa rumah dia lewati, satu lengkung tipis terulas di sudut bibirnya.
Rumah ini Di Jual.
Khalid segera menghubungi nomer yang ada di banner besar yang ditempel di depan pagar besi kokoh itu.
"Halo, deng--."
"Saya beli rumahnya," ucapnya langsung begitu telponnya direspon. Kameranya dia arahkan pada rumah yang dijual. Khalid melakukan video call.
"Harganya--."
"Saya bayar sekarang. Saya tunggu anda di sini."
"Siap, pak."
Khalid tersenyum. Dia akan tinggal di sini dalam waktu cukup lama. Dia penasaran dengan ingatan samarnya dan perasaannya yang seolah olah sudah mengenal Ziza dan teman temannya.
Baru saja ponselnya akan dia simpan di saku jaketnya, satu panggilan lain dari pengawalnya masuk ke ponselnya.
"Bos, unit apartemen kita di bobol orang," lapor Abram via telpon.
"Biarkan saja. Jangan pernah ke sana lagi," titah Khalid. Orang orang mama tirinya sudah tau tenpat mereka beroperasi. Mereka sudah sangat dekat rupanya.
"Siap, bos."
"Belilah tiket. Susul aku dan Ibnu ke Jakarta."
"Oke, bos."
Sambungan telpon pun di matikan. Untung selama ini mereka selalu mengenakan topi, masker dan sarung tangan saat berada di apartenen.
Khalid sudah mewanti wanti Ibnu dan Abram agar mematuhinya. Mereka harus bisa menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Apartemen juga disewa Khalid lewat online. Khalid sudah memperhitungkan kalo suatu saat mereka pasti akan ketahuan. Mereka pun ngga pernah berinteraksi dengan unit unit sebelah, karena budaya cuek sudah membudaya.
Unit apartemen itu hanya mereka gunakan jika mereka bekerja untuk menggerogoti perusahaan istri kedua papanya yang berada di Amerika.
Khalid yang tau betapa kejamnya istri kedua papanya, ngga ingin mereka membuat kecerobohan sekecil apa pun.
Sementara itu di ruangan kerjanya, Karla terus memaki.
"Sial! Kerja mereka sangat rapi."
Padahal tinggal selangkah lagi anak buahnya mengetahui siapa otak yang merencanakan semua kebangkrutan sepupunya.
"Ternyata mereka pintar juga." Dalam raut kesal, ada seringai dingin terukir di wajahnya yang masih cantik walau sudah berusia empat puluh tahunan.
"Ini rekaman cctv yang menangkap para pemuda itu, nyonya." Seorang pengawalnya mengulurkan sebuah flashdish.
"Mereka lebih dari satu orang?"
"Mungkin tiga orang nyonya. Sayangnya mereka mengenakan topi dan masker. Kita hanya bisa memastikan postur tubuhnya saja, Nyonya," lapornya lagi.
Karla tidak menjawab, tapi menancapkan flashdisk itu ke laptopnya yang sudah menyala.
"Sepertinya yang dua ini pengawalnya." Karla langsung bisa menemukan perbedaan yang jelas dari outfit yang dikenakan ketiga orang itu. Juga auranya sangat kentara jelas.
'"Saya juga menduga begitu, nyonya."
Karena satu orang terlihat sangat perlente dan seperti diistimewakan.
"Gambarkan saja sketsa mereka. Detil seperti yang terekan pada cctv . Kita pasti akan menemukannya." Senyum jahatnya terukir jelas.
"Siap nyonya."
Karla.yakin, ketiga laki laki itu orang Asia. Firasatnya mengatakan begitu. Kecurigaannya makin kuat kalo putra kandung Anggoro masih hidup. Perawakan tubuh salah satu laki laki itu, terutama yang nampaknya selalu memberikan perintah lewat isyarat gelengan dan anggukan kepala itu sangat mirip.dengan Anggoro.
Karla kemudian membuka galery fotonya dan mencari foto putra tiri sepupunya.
"Cari laki laki ini," perintahnya walau hatinya pesimis. Dia sudah mengubek ngubek Dubai, mencari putra tiri sepupunya itu setelah kejadian peledakan dulu itu, tapi menemui jalan buntu.
Tapi feelingnya yakin kalo putra tiri sepupunya masih hidup dan yang merencanakan semua ini.
"Siap Nyonya."
*
*
*
"Sepertinya kita akan secepatnya punya tetangga baru," ucap Gista setelah mengakhiri percakapannya di ponselnya.
Kini dia melangkah mendekati Kaysar dan kedua anak mereka yang sedang menunggu di ruang keluarga.
"Rumah Om Edo sudah terjual, mi?" Ziza langsung menanggapi.
"Iya. Kata tante Mina, agennya baru saja melapor. Rumah itu dibeli tanpa ditawar lagi," senyum Gista saat menjelaskannya.
"Crazy rich dari mana lagi yang beli?" timbrung Kaysar sambil merengkuh bahu istrinya yang barusan duduk di sampingnya.
"Katanya laki laki yang masih muda. Anak kulaih."
"Wow....! Kuliah dimana?" Kaysar jadi tertarik. Biasanya dia malas kepo.
"Di Dubai."
Ziza agak tersentak mendengarnya. Kaysar seakan tau apa yang dirasakan Ziza. Dubai cukup sensitif bagi putrinya. Dia pun agak terkejut, tapi ngga menampakkannya di hadapan keluarganya. Terutama putrinya.
"Daddy jadi pengen kenalan," kekeh Kaysar sambil melirik Ziza.
"Daddy jangan mulai lagi, ya," timpal Ezra ikut ngakak.
Gista dan Ziza pun berderai tawanya. Mereka sudah hafal dengan kebiasaan Kaysar.
"Alternatif selain Quin." Kaysar tambah ngakak. Ingat keponakannya yang posesif terhadap Ziza.
Tawa pun tambah makin berderai.
"Bentar lagi dia pulang, kan?" sela Gista dalam tawanya.
"Iya. Siap siap aja mendengar omelannya," gelak Kaysar.
Quin, sepupu Ziza yang paling posesif akan mengeluarkan seluruh keluh kesahnya, setelah dipaksa berpisah dari Ziza.
Gista tau, hampir tiap malam Quin menelpon putrinya, padahal jarak waktu cukup jauh. Keponakannya itu selalu saja mengkhawtirkan Ziza. Seluruh aktivitasnya ditanya.
"Aku yakin, kalo Bang Quin punya pacar, pasti gampang putus karena cemburu berat sama Kak Ziza," sambung Ezra dalam gelaknya.
Apa ada perempuan yang mau diduakan, walau hanya disaing-in dengan sepupu?
Pengen lihat Theo kesal kalau drama yg Dy buat tdk mempengaruhi sikap Ruby
Om Ocong Vs Mbak Kunti Ngasih Iklan
Gk sabar nunggu Kericuhan kedua kembaran Nakal
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
pertemukan lah Quin dengan jodohnya... biar GK marah2 terus...🥺🥺🥺
😂😂😂