NovelToon NovelToon
Dikejar Berondong Bucin

Dikejar Berondong Bucin

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Family Gathering

"Minggu depan ada acara family gathering di mess karyawan. Kamu bisa ikut tidak?" tanya Faris.

"Hari Minggu?" tanya Anindya yang masih menyusui Ardio.

"Iya, kamu bisa?"

"Bisa, Mas. Tapi family gathering dalam rangka apa, Mas?"

"Ulang tahun perusahaan. Dari yang sebelum-sebelumnya akan ada senam bersama, lomba-lomba dan doorprize. Kamu tidak ikut tidak apa, nanti aku saja yang ikut lombanya." jelas Faris.

"Iya, Mas."

Seminggu kemudian.

Pagi-pagi sekali setelah selesai membuat sarapan, Anindya menyiapkan segala sesuatu untuk Ardio ke dalam tas punggung perlengkapan bayi. Ia juga menyelipkan pakaian ganti untuk suaminya jika diperlukan. Setelah semua siap, ia pun memandikan Ardio yang telah bangun sejak subuh.

Selesai mandi, Ardio menyusu dan kembali tidur. Sekarang giliran Anindya yang mandi karena Faris telah selesai mandi saat ia masih menyusui Ardio. Keduanya pun sarapan bersama.

"Ini saja yang dibawa?" tanya Faris yang mengangkat tas ransel.

"Iya, Mas. Ponsel dan dompetku juga disitu."

"Ya, sudah. Ayo berangkat!"

Sesampainya di mess, Anindya melihat pasangan dan keluarga berkumpul di sebuah bangunan terbuka. Faris mengajak Anindya bergabung. Andra yang melihat kedatangan mereka pun segera mendekat dan menyapa.

Tak lama kemudian acara dimulai, Anindya memilih untuk menunggu di kantin yang tak jauh dari ruangan terbuka bersama beberapa Ibu-ibu yang memiliki bayi sepertinya. Sayangnya Anindya lupa membawa dot untuk Ardio, ia pun bingung bagaimana caranya menyusui karena ia juga tidak membawa apron. Saat ia sedang celingukan mencari tempat menyusui, Andra mendatanginya.

"Cari apa, Mbak?" tanya Andra.

"Tempat menyusui. Ada tidak?"

"Tidak ada." Andra menggaruk kepalanya.

"Oh! Kamu bisa menggunakan kamarku, Mbak." seru Andra.

"Apakah tidak masalah? Sepertinya akan lama."

"Tidak apa, Mbak. Teman sekamarku sedang pulang cuti." Anindya pun menganggukkan kepalanya setuju.

Anindya mengikuti Andra menuju kamar yang berada di lorong sebelah kantin. Semua mata tertuju padanya, tetapi ia tak peduli karena prioritasnya Ardio saat ini. Tak lupa ia mengirimkan pesan kepada Faris, mengabarkan jika ia menyusui Ardio di kamar Andra.

Sampai dikamar, Andra membukakan pintu dan meminta Anindya untuk menggunakannya. Kamar dengan dua bed tersebut memiliki kamar mandi di dalam, memudahkan Anindya jika ingin ke kamar mandi. Andra pun meninggalkan kamar dengan senyum sumringah dan menutup pintu.

"Sayangnya Bunda sudah haus, ya? Sebentar ya, Bunda ke kamar mandi dulu." Anindya meletakkan Ardio di kasur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk buang air kecil yang sedari tadi ia tahan.

Saat Anindya sedang menyusui Ardio, Faris menghubunginya. Memintanya untuk segera kembali setelah selesai menyusui. Anindya hanya mengiyakan kata-kata Faris.

Faris melihat Andra yang mengikuti lomba bersamanya, ia pun tenang. Tandanya Anindya hanya berdua dengan Ardio dikamar. Selesai semua lomba, Faris masih tak melihat kehadiran Anindya diantara Ibu-ibu yang lain. Ia juga tidak melihat Andra. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar Andra.

Ia yang sebelumnya pernah tinggal di mess tentu sudah hafal dengan tata letak kamar karyawan. Ia melihat Andra duduk didepan kamarnya.

"Mengapa kamu disini?" tanya Faris.

"Ini kan kamarku, Mas!" jawab Andra tanpa rasa bersalah.

"Aku tahu. Anindya sedang menyusui di dalam, apa kamu mau mengintip?"

"Jika niatku mengintip, untuk apa duduk disini?"

"Minggir, aku mau masuk!" Faris pun masuk ke dalam kamar.

Ia menemukan Anindya yang terlelap dengan Ardio di dalam dekapannya. Ternyata istrinya tertidur saat menyusui, pantas saja tak kunjung kembali. Faris keluar kembali setelah memastikan Anindya masih pulas.

"Kenapa keluar lagi?" tanya Andra yang masih duduk di depan kamar.

"Anindya tidur. Kamu jangan coba-coba masuk!"

"Untuk apa aku masuk?"

"Jangan berlagak bodoh! Aku tahu kamu menyukai istriku!" ucap Faris terang-terangan.

"Kalau aku menyukainya, memangnya kenapa?" tanya Andra tanpa rasa bersalah.

"Kamu sudah gila! Anindya itu istriku!"

"Aku tahu dan sadar jika Mbak Anin itu istrimu, Bang. Tapi apa salahnya aku mengaguminya?"

"Salah! Karena kamu juga memiliki pacar."

"Apa hubungannya pacar dengan mengagumi Mbak Anin?" tanya Andra enteng.

Karena baginya tak ada sangkut paut antara pacarnya dan Anindya. Ia masih memiliki batasannya dalam mengagumi Anindya. Ia juga menghormati Anindya yang sudah memiliki suami.

Faris yang merasa beberapa orang memperhatikan mereka pun memilih untuk melepaskan Andra. Tak baik jika sampai orang tahu ia berkelahi hanya karena cemburu. Selama Andra masih tak melewati batas, ia akan menahannya. Ia pun mengajak Andra kembali ke bangunan terbuka untuk menunggu Anindya sekaligus menunggu pengumuman doorprize.

Sementara itu, Anindya yang sudah bangun pun mencuci muka. Ia tidak menyangka bisa tertidur. Ardio yang ikut bangun pun mencoba tengkurap. Setelah berhasil tengkurap, Ardio mencoba menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Sesekali Ardio akan menggosokkan wajahnya ke tempat tidur saat lelah menegakkan kepala.

Anindya hanya memperhatikan Ardio sambil tersenyum. Ardio kini menjadi satu-satunya mood booster untuknya. Sampai saat ini ia masih belum tahu apa hubungan suaminya dengan perempuan yang ia lihat. Bahkan Faris tak ada menjelaskan apapun. Terkahir kali Faris mengajaknya untuk berhubungan, Anindya beralasan karena hatinya masih meragukan suaminya.

"Nin, kamu sudah selesai nifas. Ibu juga sudah tidak ada disini, apa kamu tidak ingin melakukannya?" tanya Faris malam itu.

"Maaf, Mas. Bagaimana jika Ardio bangun nanti?"

"Tak apa, dia kan masih belum mengerti apa-apa. Kamu tinggal menyusuinya saat dia bangun."

"Maaf, Mas. Aku belum ada mood untuk melakukannya. Aku takut membuatmu kecewa." Faris yang meragukan kata-kata Anindya pun mencoba menggoda istrinya dengan sentuhan yang biasa ia berikan.

Anindya yang masih memiliki keraguan pun tak memberikan respons seperti yang diharapkan Faris. Faris pun mengurungkan niatnya. Ia berpikir, mungkin benar istrinya belum ada mood. Ia akan menunggunya. Akan tetapi sampai saat ini, Faris juga belum mendapatkan haknya.

"Apakah aku sudah berdosa menolaknya?" gumam Anindya.

"Aku tak mau melakukannya saat hatiku masih kacau. Apa aku harus menanyakannya secara langsung? Apa aku sudah siap dengan apapun jawaban Mas Faris nanti?" Anindya bermonolog.

Sampai perhatiannya teralihkan oleh Ardio yang menangis. Setelah menenangkan Ardio, Anindya menyusuinya kembali dan membawanya keluar kamar Andra karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang.

"Sudah, Mbak?" tanya Andra yang akan mengetuk pintu.

"Sudah. Terima kasih, Ndra. Maaf aku ketiduran tadi."

"Tak masalah, Mbak. Tadi Bang Faris kesini."

"Benarkah? Dimana Mas Faris sekarang?"

"Di kantin, ambil makan siang."

"Sekali lagi Terima kasih ya, Ndra." Anindya pun berjalan menuju kantin.

"Nin!" panggil Faris.

"Apa sudah selesai acaranya, Mas?"

"Belum. Tapi kalau kamu mau pulang, ayo! Aku sudah dapat doorprize nya dan hadiah lomba."

"Dapat apa, Mas?"

"Kipas angin. Hadiah lombanya voucher belanja."

"Alhamdulillah. Kalau gitu pulang ya, Mas? Ardio sudah mulai tak nyaman."

"Baiklah. Ayo!"

1
Ais Galby
sebnrnya anak nya anin itu nama nya arka apa ardio thor maaf cuma nanya aja
Meymei: Ardio kak, Arka anak Rani,, maaf typo
total 1 replies
Lee Mba Young
Kl ada lelaki suruh di teras saja, krn statusmu janda, mulut tetangga kn pedes.
Dian Rahayu
lanjut thor
Dian Rahayu
kapan nih up ya 😊
Lee Mba Young
semoga faris di pecat dr kerjaannya kl pengangguran mana mau si Rani.
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
Lee Mba Young
bagus lah cerai saja tu bukti pernikahan buat jeblosin Faris ke penjara biar jd pengangguran. kl dah pengangguran mana mau tu si Rani. kl perlu viral kan jng smp km hancur sendiri, kl hancur semua juga hrs hancur termasuk Faris dan Rani.
Lee Mba Young
anindya lemah sih 😂 ntar hamil lagi repot habis enak enak ma lakinya.
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.
Alisa Erlani
duh thor kpn terbongkar nya enak bener jdi paris itu celup sana celup sini jijik banget🤑
Meymei: sabar ya kak.. 🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Faris parahhh
Okto Mulya D.
piye tha..malah melirik istri orang yakkk
Okto Mulya D.
gelooo...istri dilihat orang malah dianya yang nafsuuu
Okto Mulya D.
Suaminya cuek bebek..
Okto Mulya D.
hehhh Faris, istri dianggap barang mainan..parahhhh..kasihan tohh
Okto Mulya D.
Nasibmu Anindya...
Nabilah
pengen q jambak😎
Nabilah
red flag tho!!
Nabilah
baru mulai sudah ada bau2 belut nih author!
Meymei: belut bau amis kak 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!