Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Ica beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah depan dan benar saja ketika pintu terbuka, di depan sana terlihat keluarganya baru saja keluar dari mobil dan mereka tampak masih sibuk mengeluarkan barang bawaan.
"Mama" panggil Ica dengan suara cukup kencang, sampai-sampai membuat kepala sang mama langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Ica"
Sang Mama juga menyebut nama putri semata wayangnya kemudian berjalan mendekat ke arah di mana Ica berada, entah siapa yang memulai duluan kedua wanita berbeda generasi itu terlihat saling berpelukan dengan sangat erat.
"Kamu baik-baik saja kan, sayang?" tanya Sang Mama sembari mengendurkan pelukannya lalu terlepas
"Ica baik-baik saja, Ma. Lihat ini, Ica sehat kan?" ucap Ica
Tak lupa dirinya menampakkan senyum termanisnya, dirinya ingin memperlihatkan jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Ica wanita kuat, tidak sepantasnya dirinya hancur hanya karena pengkhianatan yang di lakukan suaminya.
"Mama yakin kamu pasti bisa melewati ini semua" ucap Sang Mama
Meski dirinya merasa yakin jika putri semata wayangnya adalah sosok wanita yang kuat, yang namanya orang tua pasti akan merasa khawatir jika anaknya dalam keadaan tertimpa masalah apalagi di khianati oleh orang yang kita cintai.
"Hem"
Putra yang sudah berdiri tak jauh dari adik sepupunya dan tantenya itu berdehem, Putra dan omnya merasa seperti di abaikan oleh dua wanita yang asyik mengobrol itu. Putra masih sama seperti dulu, begitu menyayangi Ica.
"Ehh Papa sama Kak Putra" ucap Ica sembari mengalihkan pandangannya ke arah Papa dan kakak sepupunya itu
"Apa Papa dan Kakakmu ini tidak terlihat, Ica?"
"Ish, Papa ini. Ya terlihat lah, Pa" ucap Ica dengan nada suara manjanya
"Mana Mentari?"
"Di dalam, Ma. Ayo masuk" ajak Ica pada keluarganya
"Sayang, kamu sudah hubungi teman kamu. Kamu sudah bilang kan kalau kami ke sini?"
"Sudah, Ma. Mama tenang saja" jawab Ica
Tadi setelah selesai mengobrol dengan sang mama melalui sambungan telepon, Ica menyempatkan diri menghubungi Anita dan mengatakan jika dirinya akan kedatangan keluarganya di rumah Anita.
Ica meminta izin dan tentu saja Anita tidak keberatan. Bahkan Anita bertanya di mana keluarganya Ica akan menginap dan Ica mengatakan kalau keluarganya akan menginap di hotel, dengan tegas Anita melarang.
Malahan Anita meminta Ica agar keluarganya menginap di rumahnya saja, tentu saja Ica jadi senang dan entah untuk kesekian kalinya Ica mengucapkan terima kasih banyak pada sahabatnya itu yang selalu baik dengannya.
"Assalamualaikum Mentari, cucu nenek....."
Suara sang nenek menelusup gendang telinga Mentari yang sedang menonton TV film kartun kesukaannya, Mentari yang mendengar langsung menoleh ke sumber suara dan begitu melihat keluarga mamanya, Mentari langsung bangkit.
Kemudian berlari dan menghamburkan pelukan ke tubuh sang nenek yang wajahnya masih awet muda meski usianya sudah setengah abad lebih, sang nenek juga mendaratkan ciuman di pucuk kepala dan kedua pipi Mentari.
Meski mereka pulang ke kampungan halaman mamanya setengah tahun sekali, tidak membuat Mentari merasa asing dengan keluarga dari mamanya. Mentari sangat dekat dengan mereka, berbeda dengan keluarga dari papanya.
.
.
.
Malam menyapa, kedua anak Ica sudah terlelap dalam tidur. Sementara Ica dan keluarganya saat ini memilih berkumpul di ruang tengah, ada hal yang sangat penting ingin mereka bahas yaitu tentang masa depan Ica dan kedua putrinya.
"Sayang, coba ceritakan bagaimana kejadian sebenarnya. Bukan kami gak percaya sama kamu, kami hanya ingin tau sedetail-detailnya masalah kamu ini" ucap Sang Mama dengan lembut
Terdengar hembus napas berat keluar dari mulut Ica, cukup terasa menyakitkan kalau harus bercerita dari awal bagaimana Ica bisa mengetahui soal pengkhianatan yang di lakukan oleh suaminya.
Karena tak mau luka yang masih basah kembali semakin basah sehingga tak kunjung sembuh Ica lebih memilih memperlihatkan buktinya saja bukti yang telah di kumpulkannya, jadi Ica meminta sang mama untuk menunggu sebentar.
Ica berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar, Ica ingin mengambil HP-nya. Setelah mendapatkannya di bawanya HP itu ke ruang tengah di mana keluarganya sedang berkumpul, Ica kembali duduk lalu mengotak-atik HP-nya.
Setelah mendapatkan apa yang di carinya di dalam HP-nya, Ica menyerahkan HP-nya kepada sang mama. Kedua bola mata sang mama langsung membelalak, ketika melihat foto menantunya yang bermesraan dengan wanita lain bahkan bukan hanya satu wanita.
Saking terkejut sang mama sampai-sampai menutup mulutnya yang terbuka dengan sempurna, sang papa yang duduk di samping istrinya jadi penasaran setelag melihat ekspresi istrinya seperti itu.
Sang papa melongokkan kepalanya ke arah HP agar bisa melihat apa yang tergambar di sana, dengan gerakan cepat sang mama merebut HP dari tangan istrinya karena dirinya ingin memastikan jika dirinya tidak salah lihat.
"Brengsek" umpat Sang Papa
Dadanya seketika terasa bergemuruh hebat, wajar saja papa mana yang terima jika putri semata wayangnya yang sejak kecil di limpahi kasih sayang lalu ketika dewasa di sakiti begini oleh sosok pria yang merupakan suaminya.
Sang papa marah, emosi dan sangat tidak terima dengan tingkah menantunya itu. Tanpa sadar sang papa meremas HP yang ada di tangannya saat ini, andai saja menantunya itu ada di hadapannya sudah pasti di hajarnya habis-habisan.
"Ca, secepatnya kita balik ke kampung. Kita urus semuanya dari sana, besok biar kakak bantu buat urus kepindahan Mentari di sekolah lama"
"Ica masih mau ke rumah sakit, Kak. Ica mau tes kesehatan dulu, Mas Hendra suka gonta ganti wanita dan Ica takut kena penyakit begituan"
"Nanti saja di kampung, rumah sakit kota di sana juga lengkap tidak kalah jauh dari rumah sakit kota ini. Nanti Kakak bantu dan Kakak antar"
"Baiklah kalau gitu, besok kita langsung ke sekolah lama Mentari" ucap Ica pada akhirnya
Sang papa meminta keponakannya menemani Ica besok untuk mengurus kepindahan Mentari dari sekolah lamanya agar secepatnya mereka kembali ke kampung, sementara sang papa ingin menemui menantunya yang tak tahu malu itu.
"Mau ngapain, Pa. Om?" tanya Ica dan Putra serentak
"Biar Papa tebas lehernya"
"Jangan, Pa. Ica gak mau urusan disini semakin ribet, yang penting Ica baik-baik saja. Tidak perlu membalas pengkhianatan Mas Hendra, Ica sudah serahkan semua melalui jalur langit" jawab Ica
Sejatinya Ica merasa sangat bahagia atas pembelaan dari sang papa lakukan padanya, namun apa boleh buat. Ica tidak mau sosok pria yang merupakan cinta pertamanya mendapat masalah, hanya karena pria pengkhianat.