NovelToon NovelToon
Adinda

Adinda

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: devi oktavia_10

Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.


Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.


Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.


Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.


Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.



Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

"Jadi lihat cafe Din?" tanya Lusi, tangannya sibuk membuat sarapan.

"Jadi." Sahut Adinda singkat, dia juga sibuk membuat susu dan coklat panas, untuk teman temannya, begitu lah mereka, melakukan pekerjaan saling bantun, tidak melulu mengandalkan si mbak, klau masih bisa mereka kerjakan, mereka akan kerjakan sendiri.

Kadang si mbak serasa makan gaji buta, ngak ada yang mau di kerjakan di rumah itu, malahan pulang pulang bawa makanan atau bahan makanan, dia merasa tidak enak sendiri, pernah minta ngundurin diri, namun di larang oleh Adinda, sekarang memang tenaga mbak belum di butuhkan, selesai pembangunan cafe, baru mbak pekerjaan, karena mereka akan sibuk di cafe, akhirnya si mbak tidak jadi mengundurkan diri.

"Yahhh.... Padahal kami juga ingin melihatnya, tapi kami ada kuliah hari ini." keluh Rini yang baru datang.

"Hari minggu kita kesana lagi, ngak usah cemberut gitu, atau ngak nanti aku fotoin." tawar Adinda.

"Beneran ya!" pekik Sita, mereka memang sangat bersemangat masalah cafe, karena mereka berharap cafe tersebut cepat selesai, agar mereka bisa bekerja di sana.

"Emang pembangunannya sudah selesai berapa persen Din?" tanya Lusi.

"Sudah 60℅." sahut Adinda sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.

Yang lain menganggu angguk mendengar jawaban Adinda itu.

"Ahhh.... Sudah ngak sabar loh aku." gimana Rini.

Adinda hanya terkekeh.

"Oh Iya Lus, kemaren kamu kenapa kesal saat mama kamu telpon?" tanya Adinda.

"Biasalah, anak manja itu, bikin ulah, minta kuliah di sini, trus aku harus jagain dia, cihhh... Ogah banget!" kesal Lusi mengingat perdebatan dia dan sang mama.

"Waahhh.... Parah. Apa sih maunya." Sita pun ikut kesal.

"Heran aku dengernya, siapa dia, trus kamu sudah di kirim uang sama orang tua mu?" tanya Rini.

"Boro boro ngirim yang, nanyain kabar aku aja ngak, malah asik menceritakan kemanjaan anak sambungnya, klau papa aku jangan di tanya, ngak bakal ingat lah sama aku." sendu Lusi.

"Ngak usah di pikirin, klau boleh usul, demi menjaga hati kamu, dan mama kamu juga ngak taukan klau kamu kuliah di kampus mana, kamu blokir aja semua nomor mereka, kamu ngak usah berteman di media sosial dengan mereka, terutama adik sambung kamu itu, dia iri melihat kamu yang hidup enak di sini, bukan niat ngajarin kamu kurang ajar ya, tapi demi kewarasan kamu aja kok, lagian, kamu juga ngak pernah di kasih nafkah selama kuliah di sini, sudah hampir lima bulan loh, masa mama kamu ngak ingat nafkah buat anaknya, trus mana janji papa tiri kamu itu, yang katanya ngak mau beda bedain anak, dan akan menyanyangi kamu seperti anak kandungnya, mana ngak ada kan, dan sekarang malah mau tambah kamu sakit hati, dengan menyuruh kamu menjaga anaknya, ha... Andai adik kandung kamu ya bisalah kita masih toleransi, lah ini orang baru yang merebut tahta kamu, kami ngak terima." ujar Sita.

"Hmm... Sudah aku blokir dari kemaren, aku memang ngak mau mikirin mereka lagi, capek juga di teror setiap waktu sama mama aku, yang selalu membangga banggakan anak sambungnya itu, tanpa ingat aku yang sakit hati mendengar setiap dia memuji anak tirinya itu, sekarang malah nyuruh aku jagain anak tirinya, lah di kata aku babysiter gratisan, ogah lah aku, ini untung aja aku dapat gaji dari novel on line, klau ngak, benar benar akan menggantungkan hidup sepenuhnya sama Adinda, mau di taro dimana ini muka." keluh Lusi berkaca kaca.

"Haiii.... Kenapa malah mikir gitu, aku ngak apa apa kok, selagi aku masih ada uang, ngak masalah bagi aku, yang penting kita selalu bareng, dan ngak ada sedih sedih lagi, ya udah jangan di pikirin semua itu, mungkin dengan memblokir nomor orang tua kamu itu salah sih, namun balik lagi klau itu lebih baik untuk kesehatan mental ngak apa apa lah, sakit juga dengarnya, masa iya anak orang di perhatiin, lah anak sendiri di lupakan." ujar Dinda juga ikut kesal dan sedih bersamaan melihat sahabatnya itu.

Mungkin itu juga yang di pikir oleh mendingan ayahnya saat masih hidup, selain dia sangat mencintai sang bunda, dia juga tidak ingin anaknya kekurangan kasih sayang dari sang ayah, makanya ayahnya memilih menduda sampai akhir hayat, walau banyak wanita yang mendekati ayahnya, namun ayahnya tidak pernah merespon sama sekali wanita wanita yang mendekati dirinya.

"Dan untuk biaya hidup kamu, jangan terlalu kamu pikirkan, ohh iya, tunggu sebentar." Adinda berlari menaiki tangga, membuat teman temannya bingung melihat tingkah Adinda itu.

"Nah, ini. Aku sudah sudah bikinkan ATM untuk kalian, beberapa hari lalu aku minta tolong sama Om Rio, untuk bukain rekening kalian, cuma aku lupa terus ngasiinnya." cengir Adinda.

"Ini buat apa Din?" kaget Rini saat mendapat satu kartu ATM.

"Buat kalian, sekarang kita sering ngak sama sama, karena jurusan yang berbeda beda, dan di tambah nanti cafe buka, makin sibuk kitanya, satu lagi, kalian masih sungkan meminta sama aku, jadi kalian pendam keinginan kalian, aku kan bukan cenayang yang tau apa kemauan kalian, jadi aku bikinin kartu ATM aja, selain itu nanti berguna untuk nerima gaji kalian di cafe, ini sudah ada saldo kok seorang 20 juta, kalian bisa pakai untuk kebutuhan kalian, jangan sungkan, itu semua milik kalian." ujar Adinda santai.

Tes....

Jatuh sudah air mata teman temannya melihat ketulusan Adinda itu, membantu tidak tanggung tanggung, sedikitpun dia tidak pernah berlagak ngebos di rumah ini.

"Din. Ini berlebihan tau ngak, hiks...." isak Lusi, dia tidak menyangka temannya selalu memberi kejutan di luar batas otak mereka.

"Iya Din, kamu itu kenapa baik banget sih jadi orang." ujar Rini, hidupnya bahkan keluarganya bergantung pada Adinda, sekarang Rini sudah sering dapat kiriman uang dari orang tuanya, walau tak banyak, namun dua minggu sekali ayahnya akan kirim uang untuknya, berkat bantuan Adinda ayahnya dapat kerjaan tetap, berkat Adinda ibunya juga membuka usaha pecel lele, dan berkat Adinda adik adiknya sekolah dengan pakaian bagus, berkat Adinda keluarganya mendapat tempat berteduh yang nyaman, entahlah dia bingung cara membalas budi kepada adinda.

"Akk... Din, kebaikan apa yang pernah aku lakukan di masa lalu, sehingga sekarang aku mendapatkan sahabat bak malaikat, menolong tanpa pambrih, dengan cara apa kami membalas semua ini Din." keluh Sita.

"Kalian hanya perlu jadi saudara yang baik untuk ku, sudah itu sudah lebih dari cukup." sahut Adinda santai.

"Tapi Din, apa uang sebanyak itu ngak apa apa?" tanya Rini lagi, itu sangat besar bagi mereka.

"Tidak masalah, kalian lupa, aku setiap bulan, rekeningnya membengkak, jadi ngak masalah, sebenarnya aku ingin membuat rumah singgah untuk anak anak jalanan, tapi nanti dulu lah, aku memastikan kalian sudah nyaman, dan menyelesaikan cafe dulu, nanti setelah semua beres, baru aku akan minta om Rio mencari lahan, untuk membuat rumah singgah." tutur Adinda.

"Ya Allah Din, hati kamu mulia banget, pantas rezeki kamu tidak pernah putus, selalu ngalir bak mata air, sudah di kuras keluar lagi." sahut Sita, memang benar, bukan hanya mereka yang di buat sejahtera sama Adinda, para pekerja ayahnya di kampung sana, dia bikin kan rumah, agar tidak mengontrak, karena kebaikan Adinda itu, para pekerja di sana semakin giat bekerja, tanpa beban sedikitpun, berimbas pada pendapatan kebun dan peternakan Adinda yang semakin maju, dengar dengar Adinda juga sudah menambah lahan pertaniannya, semakin banyak orang yang di bantu Adinda.

"Kalian selalu saja memuji ku, ya sudah lah, apa kalian ngak kuliah, ini sudah jam berapa coba, oh iya, jangan perang ceritain apa pun di luar sana, biar saja mereka pikir kita hanya ngontrak patungan di sini, aku ngak mau orang orang tau siapa aku." ujar Adinda.

"Siap bos! serempak teman temannya, yang tau gimana sifat Adinda.

Bersambung....

1
Yurisya Assyifa
Kecewa
Yurisya Assyifa
Buruk
WiwikAgus
hati hati thor..banyak typonya..semangat 🔥🔥
ozi the oke siapp
😭😭😭
WiwikAgus
Luar biasa
emang bener cintan pertama anak perempuan itu ayahnya sendiri/Smirk/
adinda ceria ya?
Aty
jd 4 sekawan
ros
ceritanya menarik 👍
jouline
masih menyimak
Nadia Nadd
Luar biasa
irma hidayat
Buruk
irma hidayat
Bagus ceritanya
Asmah Matin
Lumayan
Asmah Matin
Luar biasa
Suty Chuang
Biasa
Suty Chuang
Buruk
Sumiyati
Bener2 menguras air mata thor,,, baca nya jd kurang jelas krna kettp air mata😭😭
Amanda Amanda
etxra part dunk Thor
#ayu.kurniaa_
.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!