Darson Rodriquez seorang gangster yang menculik Gracia Vanessa, dan dijadikan sebagai pemuas ranjang selama tiga hari. Gracia yang dijual ibu tirinya harus menerima penderitaan yang tiada akhir.
Bagaimana Gracia bisa terlepas dari genggaman Darson yang berniat menjadikan dirinya sebagai simpanan? bukan tanpa sebab bos gangster tersebut sengaja gadis itu berada di sisinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Darson bergerak semakin cepat dan mencapai kenikmatan yang luar biasa. Tubuhnya dipenuhi gairah yang membara, mengalir deras seperti gelombang ombak yang tak terbendung. Tidak hanya sekali, ia masih melanjutkan goyangan pinggulnya dengan ritme yang semakin intens, menciptakan sinergi antara hasrat dan keinginan. Sambil mencium benjolan besar milik Gracia, bibirnya yang panas berbisik lembut di kulit halus wanita itu, meninggalkan jejak-jejak gairah di sepanjang lehernya.
Darson menggenggam tangan Gracia erat, seolah tidak ingin melepaskannya dari dunia kenikmatan yang mereka ciptakan bersama. Dengan gerakan maju mundur yang konsisten, tubuh mereka seakan menyatu dalam tarian hasr*t yang penuh gair*h.
Dua gundukan indah milik Gracia terguncang seiring dengan aksi pria itu, memantul dengan setiap gerakan yang dia lakukan. Nafas mereka berpadu, membentuk irama yang penuh intensitas.
Gracia memejamkan matanya, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Darson. Ia merasakan setiap sentuhan dan dorongan pria itu, mengalir seperti arus listrik yang memenuhi setiap sel tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat, diiringi erangan lirih yang tak mampu ia tahan. Tangannya menggenggam erat bahu Darson, merasakan otot-otot kuat yang bergerak dengan penuh gair*h.
"Darson..." bisik Gracia dengan suara penuh hasr*t, membuat pria itu semakin menggila dalam ritmenya. Mereka berdua hanyut dalam lautan kenikmatan yang tak bertepi, seakan dunia luar lenyap dan hanya ada mereka berdua di sana, terikat dalam momen yang tak terlupakan. Dengan setiap gerakan, mereka semakin mendekati puncak kenikmatan yang memabukkan, membiarkan diri mereka tersesat dalam pusaran gairah yang mengguncang jiwa.
Setelah mencapai puncak kenikmatan berulang kali, akhirnya Darson menghentikan aksinya. Tubuhnya masih bergetar karena intensitas momen itu, keringat mengalir di dahinya. Ia melihat benihnya yang membanjiri bagian inti wanita itu, membuatnya merasa puas dan mendominasi.
"Aku tidak percaya kau tidak bisa hamil setelah ini," ucap Darson sambil mengatur napasnya, matanya menatap dalam-dalam ke arah Gracia dengan senyum sinis.
Gracia berusaha mengendalikan napasnya yang tersengal-sengal. "Berapa wanita yang akan kau tiduri demi mendapatkan keturunan?" tanyanya dengan nada lelah, matanya berkaca-kaca.
Darson berdiri, membelakangi Gracia sambil meraih handuk. "Aku adalah seorang gangster, tentu saja harus memiliki keturunan. Kalau kamu bisa memberiku seorang anak, maka aku hanya perlu mencari seorang wanita lagi untuk hamil anakku," jawabnya dengan nada dingin, kemudian menuju ke kamar mandi.
"Pria brengsek," gerutu Gracia yang merasa kesal, menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya. Ia merasa marah, namun juga kebingungan dengan perasaannya sendiri.
"Kenapa aku harus marah kalau dia berencana mencari wanita lain? Bukankah seharusnya aku bahagia karena aku akan bebas," gumam Gracia pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Keesokan harinya.
Darson berada di ruang kerjanya, suasana ruangan itu tegang dan serius. Ia duduk di belakang meja besar, sementara anggotanya berdiri di depannya menunggu instruksi.
"Selidiki semua rumah sakit yang ada di kota ini. Apakah Gracia pernah mengalami kecelakaan atau pernah rawat inap di rumah sakit!" perintah Darson dengan tegas, matanya tajam menatap Kelvin.
"Baik, Bos," jawab Kelvin cepat, sebelum beranjak dari sana.
Darson menatap keluar jendela, pikirannya berputar-putar. "Walau aku sudah mendapatkan dia, tapi kenapa aku masih penasaran. Kenapa dia bisa lupa dengan janjinya," ucapnya lirih, merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.
Sementara itu, Zanella muncul di pintu dengan senyum mengejek. "Ada apa, kenapa tidak bahagia? Apakah istri keduamu melawanmu lagi?" tanyanya dengan nada sinis.
Darson menghela napas, merasa sedikit jengkel. "Untuk apa kau ke sini?" tanyanya tajam.
"Darson, walau kamu membenciku, aku tetap istrimu. Demi kesenangan suamiku, aku akan memberimu hadiah besar. Bukankah kamu hanya menginginkan anak? Maka ada beberapa wanita cantik dari kalangan atas yang akan memberimu keturunan," kata Zanella sambil menunjukkan foto-foto wanita cantik, senyumnya penuh dengan kepuasan.
Darson menatap foto-foto itu dengan rasa ingin tahu. Setiap foto tersebut sangat menarik dipandang, wanita muda seksi dengan paras yang cantik serta tubuh yang langsing.
"Siapa mereka?" tanyanya, nadanya penuh minat.
"Mereka adalah putri temanku. Mereka sangat mengagumimu dan rela melahirkan anak untukmu. Mereka sangat cantik dan seksi. Gracia sama sekali bukan lawan mereka," jawab Zanella dengan nada merendahkan.
Tak lama kemudian, Gracia melangkah masuk ke dalam ruangan itu, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan.
"Gracia, kebetulan sekali kamu datang. Coba bantu aku pilih yang mana!" kata Darson dengan sengaja ingin menyakiti perasaan wanita itu. Ia menunjuk foto para wanita cantik yang terletak di atas meja.
Gracia memandang foto-foto itu dengan tatapan tajam. "Kenapa aku yang pilih, dan untuk apa aku pilih?" tanyanya, menahan amarahnya.
"Zanella mengenalkan mereka untukku. Mereka juga bisa memberiku keturunan. Dengan begitu kamu tidak perlu terlalu bersusah payah. Cukup berikan aku seorang anak saja. Sisanya mereka yang akan memberiku anak," jawab Darson dengan nada dingin, matanya memperhatikan reaksi Gracia. "Ini adalah saran yang bagus, bukan?"
Gracia hanya terdiam, menahan emosinya yang meletup-letup di dalam dada. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman mendengar ucapan suaminya itu, seakan ada sesuatu yang meremas hatinya.
"Gracia, kamu harus bisa mengerti. Seorang pria memiliki banyak wanita adalah hal yang wajar. Mereka semua adalah wanita cantik. Aku yakin anak yang mereka lahirkan juga pasti cantik dan tampan," ujar Zanella dengan nada sengaja memanaskan Gracia.
Gracia tersenyum dan berkata, "Sebenarnya tidak perlu memilih lagi. Kenapa harus dipikirkan? Ambil saja mereka semuanya. Semakin banyak wanita menjadi simpananmu, maka semakin banyak pula anakmu. Bukankah ini adalah saranku yang tepat?" jawab Gracia dengan senyum manis, menatap suaminya dengan penuh kepura-puraan.
Darson menatap tajam pada wanita itu, terkejut sekaligus frustasi. Niatnya untuk membuat Gracia cemburu justru berbalik. Ia berharap bisa melihat rasa sakit di mata wanita itu, tetapi yang ia dapatkan hanyalah senyum yang seakan mengejeknya.
"Kenapa tatapanmu seperti itu? Bukankah urusan ranjang kamu paling suka? Kamu bisa merasakan tubuh mereka juga. Lagi pula, seorang gangster pasti tidak cukup hanya dengan dua wanita. Jangan ragu menjadikan mereka semua sebagai wanita mu," ujar Gracia dengan nada sarkastis, menyadari dampak ucapannya terhadap suaminya.
Darson merasakan emosinya hampir meledak. Ia menggenggam tepi meja dengan kuat, berusaha menahan amarahnya.
"Betul katamu, Aku akan bersenang-senang dengan mereka. Selama ini aku hanya menyentuhmu. Sekarang aku harus mencoba sesuatu yang baru," jawab Darson dengan sengaja.
Gracia menatap pria itu dengan jarak yang dekat," Kalau begitu, Maka aku akan memiliki lebih banyak waktu untuk istirahat," ucap Gracia dengan senyum. Berusaha menahan diri walau ia sebenarnya ingin berteriak.
Sambil menunggu up jangan lupa mampir ke" Masa Lalu Hakim dan Detektif" akan tamat tidak lama lagi.