Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Tadi siang, waktu Angga bekerja tiba-tiba matanya menangkap keberadaan Nihaya duduk di bale warung. Walaupun dari kejauhan, laki-laki itu dapat mengenali postur tubuh adiknya juga pakaian yang dikenakan.
Dan benar, wanita itu memang betulan Nihaya setelah ia mengacungkan dua jempol memberi semangat pada sang kakak. Angga turut membalas acungan jempol Nihaya lalu tersenyum tipis.
Sekarang, hari sudah berganti malam. Angga dan Nihaya sudah duduk berhadapan siap bercerita dan mendengar.
"Sekarang kamu bisa ceritakan dari awal. Ingat, jangan dilebih-lebihkan ataupun dikurangi."
Nihaya mengganguk. Wanita itu antusias setelah tadi siang ia tidak sabaran menunggu di tempat Angga, lalu menyusul laki-laki itu ke tempat proyek.
"Sebelumnya aku minta maaf ya Mas udah nyusulin kamu ke tempat kerja tadi."
"Iya udah gak pa-pa. Saya ngerti kamu pasti bosan menunggu sendirian sampai berjam-jam lamanya."
"Terimakasih Mas sudah mau mengerti. Jadi ceritanya itu...
.
.
Flashback.
Nihaya mendapatkan pesan dari Aji kalau dia ada keperluan lain. Karena itu, otomatis janji yang semula pulang ngampus bareng jadi berantakan. Sebenarnya bisa Nihaya menunggu Aji sampai sekitar kurang lebih dua jam lamanya biar bisa pulang bareng, namun Nihaya menolak karena ia memiliki jadwal setelahnya yang tidak bisa diundur.
Aji pun kemudian tiba-tiba mengabarkan lagi bahwa dia bisa pulang saat itu juga bersama Nihaya. Aji tadinya mau mangkir dari keperluan mendesaknya itu. Akan tetapi, insting Nihaya kuat kalau Aji sedang berbohong supaya dia tidak pulang sendirian. Nihaya tetap menolak dengan dalih pulang bersama teman. Nihaya tidak enak hati jika harus terus-terusan merepotkan Aji, meskipun laki-laki itu senang direpotkan.
Untuk sampai ke rumah, Nihaya perlu naik angkot sekitar dua puluh menit terus turun di depan gapura. Ditempat ia turun angkot, terdapat tukang ojek pangkalan. Seharusnya dia naik ojek menuju ke rumah, tetapi Nihaya naik ojek tujuannya bukan pulang ke rumah. Nihaya baru ingat, untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang menumpuk, Nihaya memerlukan beberapa bahan seperti buku dan lain-lainnya. Dia pun pergi ke suatu tempat.
Di tengah perjalanan, motor tukang ojek yang ditumpanginya mendadak mati. Tempat berhentinya di jalan yang mana kanan kirinya masih berupa hutan. Suasana sepi menjadi terasa mencekam, karena sebelumnya, mereka berbincang soal yang marak terjadi.
Tentang sosok bernama Balong.
Nihaya jelas kebingungan sementara tukang ojeknya tak kalah bingung. Dengan persetujuan diantara mereka, akhirnya Nihaya pergi jalan kaki melanjutkan perjalanan.
Nahas,
Sudah mau sampai di ujung jalan yang panjang itu Nihaya tiba-tiba di tarik seseorang. Mulutnya dibekap hingga dia kesulitan berteriak meminta tolong. Lamat-lamat pandangan Nihaya mengabur, lalu ia jatuh pingsan karena menghirup obat bius.
Sadar-sadar Nihaya berada di tengah hutan. Dia melihat markas yang dihuni orang-orang penampilan urakan. Dia bergegas bangun ingin lari dari tempat menyeramkan itu.
"Aaaarrrgghhh.....tidak!"
Nihaya mendapati tubuh bagian bawahnya tidak mengenakan sehelai benang pun. Bercak darah bercecer dikedua belah pahaanya. Nihaya menangis ketakutan. Tangisnya semakin menjadi saat para begundal menghampirinya sambil tertawa. Mereka bahkan membuat gerakan membuka pengait celana.
"Stop." Ujar salah satu seseorang pria memakai penutup wajah.
"Jangan sakiti dia." Serunya lagi, Nihaya seperti mendapat harapan. Tubuhnya lalu di bopong laki-laki bak penyelamat tersebut.
Nihaya masih menggigil ketakutan. Dia diletakkan di atas tempat tidur.
"Jangan takut sayang. Tidak ada yang bisa menyakiti mu disini, kecuali... Balong... HAHAHA."
Kejutan apalagi ini? Nihaya benar-benar prustasi dibuatnya. Dia sekuat tenaga melawan lelaki di depannya. Apa daya, pukulan bertubi-tubi Nihaya seakan tidak ada artinya.
"Lepaskan saya.. hiks.. hiks.. saya mohon."
"Tentu saja dilepaskan, tapi setelah kita bersenang-senang." Ia menyeringai. Seringaian lelaki jahat itu terlihat sangat menjijikkan. Nihaya dipakai kembali berkali-kali sampai wanita itu rasanya ingin mati.
.
.
Nihaya bercerita sambil menangis sesegukan. Angga yang baru tahu setengah ceritanya langsung naik pitam. Dia menenangkan adik dengan membawanya ke dalam pelukan rasa saudara.
"Tenang, sekarang ada Mas di sisimu."
Mendengar kata 'Mas' sudah kembali di bibir Angga, Nihaya menatap kedua bola mata Angga tak percaya.
"Mas Angga barusan--"
"Iya dek, maafkan Mas yang sudah keras sama kamu kemarin tanpa mau mendengar cerita aslinya." Serunya sambil menyembunyikan kepalan tangan.
"Terimakasih Mas, terimakasih..."
"Iya dek, nggak usah bilang makasih. Seharusnya Mas yang banyak-banyak minta maaf ke kamu karena nggak bisa jagain kamu."
"Mas Angga nggak perlu minta maaf, ini semua sudah takdir ku."
Angga menghela nafas.
"Terus kenapa kamu nggak bilang sejujurnya ke Mas atau yang lainnya setelah kejadian itu Ni?"
"Setiap aku mau bongkar kejadian itu, bangkai ayam dengan leher patah selalu jatuh di hadapanku Mas. Dengan begitu saja aku tahu mereka ada disekitar. Aku merasa sangat di awasi. Aku takut bapak dan ibu di sakiti mereka dengan kejam. Aku bahkan menyakiti Aji tanpa lelaki itu tahu letak kesalahannya."
"Saat aku mendengar cerita tentang Balong, masyarakat bercerita bahwa Balong seolah-olah makhluk astral. Tapi nyatanya Balong itu manusia Mas, manusia keji! dia nggak hanya memperkoosa para gadis, membunuh, juga membuat keresahan masyarakat. Mereka juga bandar obat-obatan terlarang dalam jumlah yang tidak sedikit. Banyak lagi kejahatan yang sudah mereka lakukan." Imbuh Nihaya.
"Kamu banyak tahu tentang dia, Mas jadi penasaran hal apa yang buat dia bisa melepaskan kamu."
"Karena dia pengen punya keturunan. Balong berharap gadis-gadis yang diperkosanya dapat mengandung benihnya. Sialnya hanya aku yang berhasil mengandung dan kuat menjalaninya."
"Bisa jadi yang lain juga hamil Ni, kita kan nggak tahu."
"Setiap gadis yang hamil, mereka berakhir bunuh diri karena nggak sanggup mental. Itulah penyebab nggak ada anak Balong yang lahir."
Seketika Angga bersyukur Nihaya keguguran. Amit-amit kalau sampai punya keponakan dari laki-laki iblis. Pikir Angga.
"Bagaimana ciri-ciri si Balong itu Ni?"
"Ada codet di pipi sebelah kiri. Matanya yang kanan hitamnya berwarna abu-abu tapi bukan softlens. Komplotannya tinggal di hutan. Badannya bau kemenyan karena sengaja di balur biar orang-orang sangkat dia dedemit atau semacamnya. Dia manusia Mas, nama aslinya Kuntoro."
.
.
.
Bersambung.
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶