Mereka menyebutku misterius, setelah aku bertemu dengan sosok misterius yang berada di hutan misterius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nico Queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SpinOff 01: Pov Lord Of Eldoria 1
Di sebuah sudut tenang hutan Eldoria, terdapat sebuah pondok tua yang dikelilingi oleh bunga-bunga liar dan tanaman merambat. Pondok ini adalah tempat tinggalku, Seruni, yang oleh sebagian orang dan makhluk di Eldoria dikenal sebagai Lord of Eldoria. Setiap pagi, aku akan bangun dengan sinar matahari yang menyelinap melalui jendela kayu, membawa aroma segar embun pagi dan bunga-bunga yang mekar.
Keseharianku di hutan ini selalu dipenuhi dengan berbagai kegiatan. Mengurus tanaman obat di kebun belakang, menyeduh ramuan herbal, dan merawat hewan-hewan kecil yang kadang-kadang membutuhkan bantuan.
Meski usiaku sudah sangat tua, aku masih merasa segar dan kuat. Mungkin karena energi magis yang mengalir di hutan ini, atau mungkin karena aku sudah terbiasa dengan ritme kehidupan alam.
Setiap seminggu sekali, Elarion temanku, sekaligus penjaga hutan yang setia, selalu datang untuk melaporkan situasi terkini. Elarion adalah roh penjaga hutan yang gagah, dengan sayap besar yang bersinar seperti cahaya bulan.
"Pagi, Amariel," katanya sambil membungkuk hormat setiap kali tiba. Terkadang, ia memanggilku dengan nama lamaku, Amariel. Nama yang telah lama kutinggalkan sejak aku memutuskan untuk menjalani hidup yang tenang sebagai Nenek Seruni. Meskipun kata 'tenang' itu mustahil didapat disini, untuk sekarang.
"Elarion, berapa kali harus kukatakan, panggil aku Nenek Seruni saja," tegurku lembut namun tegas. "Amariel adalah masa lalu, dan hentikan sikap kaku mu itu, yang seolah hormat padaku."
Elarion hanya tersenyum dan mengangguk. "Maaf Nenek. Sudah menjadi kebiasaanku. Ternyata kau lebih suka disebut tua bangka." ucapnya dengan wajahnya yang sinis.
"Hei, kau lupa tentang siapa yang membuatku menua?" ucapku dengan nada berat dan bermaksud menyinggungnya.
"Mohon maaf untuk itu" Elarion menunduk.
"Ah, sudahlah.. Jadi apa yang mau kamu laporkan Elarion?" tanyaku menghela nafas.
Kami berbincang tentang banyak hal. Tentang keadaan hutan, tentang makhluk-makhluk yang membutuhkan bantuan, dan tentang perubahan kecil yang terjadi di sekitar kami. Namun, pagi itu, ada sesuatu yang berbeda.
Tiba-tiba, bumi berguncang hebat. Guncangan yang begitu kuat hingga daun-daun di pepohonan berguguran dan burung-burung terbang ketakutan. Elarion dan aku saling pandang, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"Gempa ini aneh," kata Elarion dengan cemas. "Padahal aku telah mengecek sebelumnya, tidak ada aktivitas di sisi gelap sana."
"Mungkin kau melupakan sesuatu!," jawabku. "Langsung saja. Kita harus menyelidikinya."
Elarion segera terbang untuk memeriksa situasi lebih jauh, sementara aku tetap di dekat pondok, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Gempa itu begitu kuat, tetapi tidak ada tanda-tanda kerusakan yang berarti. Ini membuatku semakin curiga.
Aku memutuskan untuk berjalan menyusuri hutan, mencari petunjuk tentang sumber gempa tersebut. Setiap langkahku membawa ku lebih dalam ke dalam hutan, tempat di mana cahaya matahari hanya sedikit menembus dedaunan yang lebat. Di tempat inilah aku merasa paling tenang, sekaligus waspada.
Setelah beberapa jam, aku tiba di sebuah area yang jarang kukunjungi. Di sana, di tengah hutan, aku melihat seorang anak kecil. Dia tampak kebingungan, tapi anehnya, tidak terlihat panik. Anak itu berdiri di antara pohon-pohon besar, matanya menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Hatiku berdebar. Anak ini, siapa dia? Bagaimana dia bisa sampai di sini?
Kira kira bagaimana caraku untuk menyambutnya?
Bagaimana kalau "Roarrr!!" tidak - tidak, itu hanya akan menakutinya.
"Selamat datang di hutan nan indah dan tenang!" kurasa kurang cocok, hutan ini mungkin indah tapi tidak tenang.
Baiklah, kupikir aku harus langsung saja menghampirinya dan mempraktekkan nya.
Aku mendekati anak itu perlahan, berusaha tidak mengejutkannya. "Selamat datang, Kansha. Aku adalah penjaga hutan Ajaib ini. Panggil saja aku Nenek Seruni" entah kenapa Aku malah menyebutnya Kansha. Tiba-tiba saja terlintas di dalam pikiranku untuk berterima kasih padanya.
Anak itu memandangku dengan mata yang besar dan penuh rasa ingin tahu dan terkejut. "Bagaimana bisa kau tahu namaku?."
Jawaban yang sudah kuduga, eh tapi tunggu dulu.. Itu benar-benar namanya? Kenapa bisa? Tapi Aku harus menjawabnya dengan bijaksana.
lanjut.
semangat nulis nya kk/Smile/
2 iklan za sayang
semangat...