Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?
Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 : Kombinasi Sihir Cahaya dan Kegelapan
Setelah Sagara membersihkan diri dan merasakan kesegaran kembali melingkupi tubuhnya, dia memutuskan untuk berjalan menuju ruangan tempat Rose biasanya melatihnya dalam etika bangsawan. Udara pagi yang sejuk berubah menjadi lebih hangat saat matahari mulai naik di langit, menyentuh setiap sudut mansion dengan sinar lembutnya, sementara aroma harum sabun masih samar tercium dari kulitnya yang basah oleh sisa-sisa embun pagi.
Sagara berjalan dengan santai sambil menikmati suasana mansion keluarga Morgans yang semakin baik hari ke hari, akan tetapi sebelum dia sempat menemukan Rose, langkahnya terhenti ketika melihat sosok Fransiskus berjalan cepat ke arahnya. Pria itu nampak terburu-buru, dan ketika matanya bertemu dengan Sagara, senyum lega terlukis di wajahnya.
“Tuan Muda.” Fransiskus datang mendekat lalu menyapa dengan sopan.
"Oh, Fransiskus, ada apa? Aku sedang mencari Rose untuk pelajaran etika pagi ini," jawab Sagara, sedikit terkejut namun tetap tenang.
“Syukurlah, saya berhasil menemukan Anda. Saya ingin memberitahukan bahwa persiapan yang diminta telah selesai.”
Sagara menatapnya dengan bingung. “Persiapan? Apa maksudmu?”
Fransiskus tertawa kecil dan menepuk dahinya seolah baru menyadari sesuatu. “Tuan Muda, sepertinya Anda lupa? Hari ini adalah hari pengecekan afinitas sihir Anda. Bola sihir sudah disiapkan di ruang kerja.”
“Oh! Benar juga,” Sagara terkejut. Jantungnya mulai berdebar lebih cepat, perasaan antusias segera membuncah di dadanya. "Aku hampir lupa soal itu. Kalau begitu, ayo, kita segera ke sana!" ajaknya tanpa ragu.
Fransiskus tersenyum melihat semangat Sagara, lalu dengan sigap mereka berdua berjalan menuju ruang kerja yang kini digunakan Sagara sebagai tempat rapat dan pertemuan penting. Setelah beberapa menit, mereka tiba di ruangan tersebut. Di atas meja kerja yang megah terletak sebuah kotak kubus berwarna hitam, berukuran sekitar 30 cm. Kotak itu tampak sederhana namun menyimpan kesan misterius.
Sagara mendekati meja itu, memandangi kotak hitam tersebut dengan rasa penasaran. "Apakah ini yang berisi bola sihir itu?" tanyanya sambil mengangkat alis.
Fransiskus mengangguk. “Benar, Tuan Muda. Di dalamnya terdapat bola sihir untuk mengecek afinitas sihir Anda. Anda boleh membukanya.”
Dengan hati-hati, Sagara membuka kotak itu. Di dalamnya, tersimpan sebuah bola bening yang transparan, seolah memancarkan cahaya lembut dari dalamnya. Bola itu tampak begitu indah, seakan-akan memikat siapa pun yang melihatnya. Sagara, tanpa berpikir panjang, langsung menyentuh permukaan bola itu. Fransiskus sedikit terkejut dengan antusiasme Sagara yang langsung menyentuhnya, akan tetapi dia tidak berniat menghentikannya. Fransiskus hanya berdiri diam, menunggu dan mengamati dengan penuh perhatian.
Awalnya, tidak ada yang terjadi. Namun perlahan, bola bening itu mulai berubah. Sagara merasakan sesuatu yang aneh, dan tiba-tiba bola tersebut menggelap, perlahan-lahan berubah menjadi warna hitam pekat.
“Fransiskus!” Sagara terperangah, sedikit panik. “Kenapa bola ini berubah warna? Apakah prosesnya telah dimulai?”
Fransiskus yang semula tenang, kini memasang ekspresi cemas. Dia terpaku menatap bola sihir yang semakin lama semakin hitam. Kabut pekat seolah memenuhi isi bola tersebut, membuat raut wajahnya semakin tegang.
"Tuan Muda..." Fransiskus berbisik, suaranya terdengar berat, “Sepertinya ini bukan pertanda baik, apa Tuan Muda mengingat penjelasan yang saya sampaikan terakhir kali?"
Sagara berusaha mengingat kembali pelajaran tentang afinitas sihir yang pernah disampaikan Fransiskus. "Afinitas sihir kegelapan…" gumamnya dalam hati. "Elemen sihir sering dikaitkan dengan kelompok kejahatan. Apakah... aku terlahir dengan afinitas seperti itu?"
Berdasarkan penjelasan Fransiskus, afinitas sihir milik seseorang dapat diklarifikasikan menjadi beberapa jenis dengan tingkat kelangkaan yang berbeda. Jenis sihir pada tingkat biasa, dimiliki oleh kebanyakan orang, terdiri dari elemen sihir angin, air, bumi, dan api. Jenis sihir pada tingkatan lanjut terdiri dari elemen sihir es dan petir. Jenis sihir pada tingkatan unik terdiri dari sihir suara, penjinakan, pemanggilan, transformasi, penguatan tubuh, pengendalian tumbuhan, pengendalian senjata, dan masih banyak lagi sihir unik lainnya. Sedangkan jenis sihir pada tingkat langka terdiri dari elemen sihir cahaya dan kegelapan.
Kecemasan mulai merayapi hati Sagara. Ia menatap bola sihir yang kini hampir sepenuhnya berwarna hitam. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu, pasrah pada nasib yang mungkin akan ditentukan oleh bola itu. Namun, tepat ketika Sagara hampir kehilangan harapan, setitik cahaya muncul di dalam bola tersebut. Cahaya kecil itu bergetar dan berkilau lembut, lalu perlahan semakin membesar, mengisi kekosongan yang tersisa di dalam bola yang sudah hampir penuh dengan kegelapan. Sagara menahan napas, matanya membesar melihat pemandangan menakjubkan itu.
"Cahaya..." Sagara berbisik, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Apa artinya ini, Fransiskus? Aku juga memiliki afinitas sihir cahaya?"
"Ini... bagaimana mungkin?" Fransiskus yang tadinya terdiam dengan wajah penuh kekhawatiran, kini ikut terkejut. Dia menatap bola sihir itu dengan ekspresi tak percaya.
Sagara bersorak gembira, melompat kecil di tempatnya. "Fransiskus! Ini luar biasa! Saya tidak hanya terikat pada sihir kegelapan, tapi juga pada sihir cahaya! Ini berarti kita tidak perlu khawatir akan disalahpahami, bukan?"
Sementara Sagara bersorak gembira, pikiran Fransiskus melayang jauh ke dalam ingatannya. Sesuatu tentang legenda kuno tiba-tiba muncul di benaknya. Grandmaster pertama yang menguasai sihir kegelapan dan cahaya, seorang penyihir dengan kekuatan yang luar biasa. Penyihir yang berhasil membunuh para pemimpin iblis dan mengusir para iblis dari tanah ini.
Fransiskus menatap Sagara dengan perasaan campur aduk, kagum dan khawatir. "Tuan Muda...," katanya pelan, "Anda mungkin belum menyadarinya, tapi... kombinasi afinitas ini sangat kuat dan juga langka, bahkan hanya ada satu orang yang memilikinya sebelum Tuan Muda mendapatkan nya. Ini mengingatkan saya pada sebuah legenda... legenda yang bisa membawa Anda pada takdir besar, atau mungkin—"
Sagara memotong kata-kata Fransiskus dengan senyum lebar. “Tidak peduli apa pun itu, aku rasa ini adalah kesempatan luar biasa, Fransiskus! Dengan afinitas ini, aku bisa melakukan lebih banyak hal untuk keluarga Morgans!”
Fransiskus hanya bisa mengangguk, meskipun pikirannya dipenuhi pertanyaan dan kekhawatiran yang belum terjawab. Sepertinya takdir Sagara akan jauh lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan. Sagara mungkin tidak akan bisa menjadi seorang pedagang biasa, di masa depan, dia akan menjadi pedagang yang luar biasa dengan kemampuannya itu. Ia khawatir akan keselamatan Sagara. Bagaimanapun, dengan memiliki kekuatan yang besar, juga mendatangkan tanggung jawab yang besar.