NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lain dihati Lain dibibir

"Sayang, bangun. Tolongin aku" Indah yang terbangun pada tengah malam, membangunkan Dimas yang tengah tertidur pulas. 

Mendengar Indah memanggilnya, Dimas menggeliat dan perlahan membuka matanya. Suasana kamar yang remang remang hanya diterangi lampu tidur, Dimas membalikkan tubuh, karna tadinya ia tertidur dalam keadaan tertelungkup. Indah yang melihat kearah bawah, dimana Dimas tidur disana. Mereka tidur secara terpisah bukan karna sedang musuhan, tapi karna Indah yang masih merasa mual jika mencium aroma tubuh Dimas. 

"Kenapa sayang?" Tanya Dimas dengan suara paraunya. 

"Mau minum. Air minum di botol habis, minta tolong isiin lagi" Kata Indah bernada manja. 

Tanpa basa basi, Dimas bangun dan langsung mengisi botol air minum di dapur. Selagi Dimas mengisi air minum, Indah duduk bersandar pada sandaran ranjang. Dalam diamnya ia berfikir, ada rasa ingin makan, tapi entah apa yang ingin ia makan. Pada saat Dimas kembali dengan membawa sebotol air minum, Indah langsung memintanya dan meneguk air dalam botol tersebut. Dimas hendak duduk ditepian ranjang dekat Indah, namun Indah melarangnya. 

"Mau ngapain?" Tanya Indah mencegah. 

"Mau duduk lah" Jawab Dimas. 

"Iiih kan aku udah bilang, jangan deket deket aku. Bau aroma tubuh kamu itu bikin mual tau nggak" Kata Indah mendorong Dimas. 

"Halah, sebelum hamil aja pengennya ngelendot terus kayak bayi" Kata Dimas menggoda Indah. 

"Ya tapi kan ini situasi dan kondisinya berbeda" Kata Indah tak mau kalah. 

"Tapi aku juga pengen manja manja sama kamu, masak cium dikit gak boleh. Dikit aja, segini" Dimas menjulutkan jarinya seperti hendak mencubit. 

"Mau dikit mau banyak kalau aku bilang enggak ya enggak. Udah lah nggak usah bertingkah, banyakin sabar, ini kan kamu yang berulah" Kata Indah menolak. 

"Tapi kan.. " 

"Gak usah tapi tapi, mending tidur sana. Besok bukannya kamu ada acara dari dinas kependudukan?" Kata Indah menyuruh Dimas tidur. 

"Iya sih, ya sudah kamu juga istirahat. Tidur yang nyenyak" Kata Dimas mengelus betis istrinya. 

Saat Indah lengah, Dimas memberi kecupan singkat dan secepat kilat. Lalu Dimas kembali ke tempat ia tidur. 

"Sayang.. " Indah mencebik kesal. 

"Kecium dikit nggak ngaruh" Jawab Dimas seraya terkikik.

"Dasar modus" Jawab Indah yang terlihat mengulum senyum malu malu. 

Kemudian Indah mulai menarik selimut lalu merebahlan tubuhnya kembali. Namun matanya belum juga terpejam kembali, Indah menatap kosong langit langit. Lalu ia menoleh kebawah lagi, dan membangunkan Dimas kembali. 

"Sayang.." Panggil Indah bernada manja. 

"Heemm" Sahut Dimas. 

"Minta tolong lagi boleh nggak?" Tanya Indah pada Dimas. 

"Apa lagi?" Tanya Dimas masih dengan memejamkan matanya. 

"Aku lapar, pengen makan soto" Kata Indah dan sukses membuat Dimas membuka mata, dan duduk memandang Indah dengan tatapan alis yang saling menaut. 

"Ini jam dua pagi sayang, mana ada yang jual soto jam segini" Jawab Dimas menanggapi. 

"Tapi aku lapar" 

"Makan yang lain saja ya? Aku buatkan nasi goreng" Kata Dimas menawarkan. 

"Nggak mau, orang aku maunya soto bukan nasi goreng kok" Kata Indah bernada protes. 

"Ya tapi jam segini nggak ada yang jual soto sayang, kalau nggak sekarang makan yang lain dulu baru besok beli soto ya? Gimana?" Dimas berusaha bernegosiasi dengan Indah. 

"Nggak mau" Indah kekeh dengan keinginannya. 

Dimas garuk garuk kepala frustasi, namun ia kemudian bangkit dari duduknya. Lalu ia mengganti pakaiannya dan keluar untuk mencarikan Indah soto. 

"Ya sudah, aku coba cari. Tapi jangan berharap banyak kalau nggak dapat jangan merajuk" Kata Dimas menanti wanti Indah. 

"Ya usaha aja dulu, buruan carikan" Kata Indah yang kini bergelayut di daun pintu sambil memandangi suaminya yang akan berangkat mencari soto. 

Melihat wajah Indah yang memasang wajah manja, Dimas jadi gemas sendiri. Tanpa pikir panjang lagi Dimas segera masuk kedalam mobil dan bergegas mencarikan Indah soto.  

Sementara Dimas mencari orang yang menjual soto dengan menyusuri jalan, Indah di kontrakan menunggu sembari bermain sosmed. Lama Dimas menyusuri jalan, tak ada satupun penjual soto di malam menjelang pagi itu. Bagaimana tidak, pada saat itu jam menunjukan pukul dua lewat tiga puluh menit. Mana ada penjual soto diwaktu tersebut, biarpun ada penjual di waktu itu bukanlah penjual soto, melainkan penjual kopi di pos ronda. Merasa bingung harus mencari kemana lagi, Dimas kini berhenti di pos ronda bergabung dengan bapak bapak yang sedang berjaga. 

"Selamat malam menjelang pagi bapak bapak" Sapa Dimas pada bapak bapak disana. 

"Selamat malam juga pak, kok malam malam begini ada diluar pak?" Tanya salah satu warga pada Dimas. 

"Iya ni pak, dari tadi saya muter muter cari penjual soto nggak ada yang jual" Jawab Dimas seraya tersenyum ramah. 

"Ya bapak juga aneh aneh aja, jam segini mana ada orang jualan soto. Yang ada mah penjual kopi pak" Jawab bapak bapak yang tengah beronda kala itu. 

"Iya pak, sebenernya saya juga tau, mana mungkin jam segini ada yang jual soto. Tapi karna yang minta istri saya, ya mau gimana lagi. Lagi hamil muda soalnya" Kata Dimas menerangkan. 

"Ooo istri bapak ngidam?" Respon bapak bapak disana. 

"Iya, katanya kalau tidak dituruti nanti anaknya ngeces" Kata Dimas lagi. 

"Istri kalau lagi ngidam itu kepengenannya aneh aneh aja ya. Kada ada lo yang sampai nangis gara gara nggak keturutan" Ucap bapak bapak yang menceritakan pengalamannya saat istrinya tengah mengandung. 

"Oh ya, bapak ini yang ngontrak di kontrakannya pak Abdul itu kan?" Tanya salah satu bapak bapak disana. 

"Iya pak, saya baru dua minggu tinggal dikontrakan sana" Jawab dimas. 

"Oohh, kalau begitu kenalkan, saya Rohman ketua RT disini. Kalau bapak butuh bantuan, jangan sungkan sungkan minta bantuan sama saya, selagi saya bisa bantu saya akan bantu" Kata Pak rohman sebagai ketua RT. 

"Iya pak, salam kenal juga nama saya Dimas. Terimakasih atas tawarannya, insya Alloh nanti kalau saya butuh bantuan saya bilang sama bapak" Jawab Dimas seraya menerima jabatan tangan pak RT. 

Dimas kini berkenalan dengan bapak bapak yang berjaga di pos ronda pada malam itu, sejenak Dimas duduk bergabung dan mengobrol disana sembari meminum kopi yang ia pesan. Mereka mengobrol seperti orang yang sudah lama kenal, seperti tak ada jarak keakraban diantara mereka. Mengingat waktu sudah menjelang subuh, dimas berpamitan kepada bapak bapak untuk pulang duluan. Agar ia pulang tak dengan tangan kosong, Dimas membeli makanan ringan untuk tentengan tangannya. 

Sesampainya di kontrakan, Dimas disambut oleh Indah yang begitu sangat gembira karna Dimas sudah pulang. Berharap dimas membawa apa yang ia inginkan saat itu, melihat tentengan ditangan Dimas Indah langsung merebutnya. 

"Sayang, kok bukan soto sih?" Kata Indah saat membuka bungkusan itu. 

"Nggak ada yang jual soto sayang, nanti siang aja ya kalau mau soto, jam segini belum ada yang jual" Kata Dimas mencoba memberi pengertian pada Indah. 

"Yahh kamu gimana sih, aku tuh mau soto sekarang. Aku pengennya sekarang, nggak nanti nanti, kalok nanti udah beda lagi. Ditungguin dari tadi kirain bakalan dapet malah bawanya lain... " Indah mengomel panjang lebar karna apa yang ia inginkan tak dibawakan oleh Dimas, Dimas sampai tak ada celah untuk menanggapi Indah. 

"Pokoknya aku mau soto, aku nggak mau cemilan kayak gini. Aku maunya yang berkuah bukan cemilan kayak gini, kamu mah bikin aku kesel aja, nungguin udah lama lama tapi yang datang beda" Walau mulut Indah ngedumel merutuki Dimas yang lain bawaannya, tapi cemilan yang Dimas bawa di makan juga. Bahkan tak ada sisa, Dimas hanya mendengarkan omelan Indah seraya mengamati istrinya memakan semua cemilan yang ia bawa. 

"Jadi cemilannya dimakan sendiri? Nggak bagi bagi sama aku?" Kata Dimas yang menyindir Indah, seraya tersenyum. 

"Masih juga di minta, udah bawanya dikit malah di minta juga, nih makan tuh semuanya. Orang aku mau soto kamu malah bawa cemilan, aku tuh pengen soto sayang bukan cemilan. Kamu mah... " Masih mengomel Indah menanggapi suaminya, akan tetapi Dimas tak marah. Malah Dimas mengulas senyum melihat Indah yang sepagi itu sudah berkicau seperti burung nuri di pagi hari. 

"Udah ngomel nya nanti lagi, sekarang kita wudhu terus sholat subuh" Dimas menuntun Indah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. 

Dengan langkah dihentak hen takkan serta bibir yang sudah manyun satu centi, Indah tetap mengikuti dan menuruti apa yang suaminya perintahkan. Indah mengambil wudhu bersama Dimas, lalu mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah. 

Usai sholat subuh, Dimas kemudian mulai mengerjakan pekerjaan rumah. Ia mulai dari mencuci pakaian, selagi mesin cuci nya belum berhenti. Dimas mencuci piring, Indah bertugas memasak nasi dan membuat menu sarapan. Ia membuat nasi goreng untuk sarapan pagi itu, karna masih ada nasi sisa semalam Indah manfaatkan untuk dijadikan nasi goreng. Karna suasana hati Indah yang masih kesal pada Suaminya, Indah memotong motong bawang merah dengan suara yang begitu keras. Sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya, Dimas hanya menghela nafas kasar lalu memeluk Indah dari belakang. 

"Sayang, sudah jangan marah marah terus. Kalok marah marah terus nanti cantiknya ilang ih" Kata Dimas menggoda Indah. 

"Biarin" Jawab Indah ketus. 

Semua sudah selesai mereka kerjakan, mereka pun sudah siap untuk berangkat ke kantor. Usai sarapan, Dimas dan Indah kini berangkat ke kantor, dan seperti biasa Dimas mengantar Indah hanya sampai di gerbang masuk kantor. 

"Heeemm dasar istri, kalau ngambek susah buat di bujuk" Monolog Dimas geleng geleng kepala. 

Sesaat tiba di kantor, Dimas langsung masuk kedalam ruangannya. Biasanya disana sudah ada Deri yang sibuk berkutat didepan layar komputernya, namun saat ia masuk tak mendapati Deri ada disana. Hanya ada tas milik Deri yang tergeletak dibawah meja, tempat dimana Deri biasa meletakkannya. 

Dimas celingukan mencari keberadaan temannya itu, akan tetapi tak ia dapati ada di ruangan. Dimas tak ambil pusing, mungkin saja Deri tengah berada di toilet. 

Sementara orang yang di cari oleh dimas berada di ruangan Romi. 

"Udah lah pak Romi, jangan terlalu banyak pertimbangan. Nanti keburu diambil orang nyesel sendiri nanti, kan ini mumpung kotak makan bu Hanifah ada sama pak Romi. Bisa dijadiin alesan buat bertemu sama bu Hanifah" Kata Deri menyemangati Romi. 

"Aku sih berani buat dekati dia, cuma gimana. Aku bingung mau ngomong apa sama dia, gimana cara ngungkapinnya aku nggak bisa" Jawa Romi

"Ya elah pak, timbang ajak ngobrol aja bingung. Gini deh saya ajarin, ni nanti pas jam makan siang. Bapak balikin ini kotak makan, terus ajakin bu Hanifah makan siang. Kalau bu Hanifah mau, topik pertama bahas, tanya kabar keluarga, topik kedua nanti bahas kerjaan. Ya basa basi, tanya kerjaannya lancar kek atau apa, udah gitu tanyain hal apa yang dia suka dan yang nggak dia suka. Kulik terus tentang hal hal yang menyakitkan bu Hanifah" Kata Deri memberi arahan pada Romi. 

"Ah dasar, malah nyuruh diulik udah kayak polisi mengintrogasi pelaku kriminal aja" Kata Romi menggeplak lengan Deri. 

"Iya juga ya, ya pokoknya intinya itu deh. Yok semangat" Kata Deri menyemangati Romi. 

Tak lama kemudian Hanifah masuk ke ruangannya, kebetulan ruangan Hanifah bersebrangan dengan ruangan Romi. Dari jendela Romi dan Deri melihat Hanifah masuk kedalam ruangannya. 

"Nah, tu bu Hanifah udah datang. Kalau begitu saya ke ruangan saya dulu pak, sukses selalu. Yok semangat" Deri bergegas keluar dari ruangan Romi dengan terburu buru. 

Kegugupan Romi semakin memburu dalam hatinya, setelah Deri keluar dari ruangannya. 

"Aduh, gimana ini. Kok aku jadi gugup begini, ah sialan" Rutuk Romi dalam hatinya. 

Akan tetapi ia berusaha menetralkan perasaannya, sembari mengumpulkan keberanian. Ia menyibukkan diri didepan komputetnya, meski pada saat itu pekerjaannya tak begitu banyak. 

"Duuh, masih lama ya jam makan siangnya" Romi mengangkat tangannya dan melihat arloji di lengannya. 

Kemudian Romi mengintip dari jendela ruangannya, terlihat pintu ruangan Hanifah masih tertutup rapat. Menandakan Hanifah masih sibuk dengan pekerjaannya, dengan rasa kesabaran yang ia sabar sabarkan. Akhirnya waktu jam makan siang tiba, saatnya Romi keluar dari ruangannya seraya membawa kotak makan yang kemarin diberikan oleh Hanifah. 

Sampai di depan pintu ruangan Hanifah, Romi tampak menimbang nimbang saat hendak mengetuk pintu. Tangannya mengambang didepan daun pintu yang tertutup. 

Romi menarik nafas lalu menghembuskannya melalui mulut, akhirnya Romi mengetuk juga pintu itu. 

"Ya, masuk aja" Kata Hanifah yang berteriak dari dalam ruangan. 

Romi pun masuk, dan menyapa Hanifah. Kemudian Hanifah mempersilahkan Romi untuk duduk. 

"Ada apa rom?" Tanya Hanifah saat Romi duduk. 

"Eeh, ini aku mau ajak kamu makan siang kamu mau nggak?" Jawab Romi yang langsung to the poin pada Hanifah. 

Lain di hati, lain di bibir. Sebenarnya ia tadi sudah memikirkan hendak bicara apa saat bertemu dengan Hanifah, namun saat mulutnya berucap malah lain yang ia katakan. 

"Hah? Tumben, ceritanya mau balas budi ni?" Tanya Hanifah pada Romi. 

"Aduh, kok malah to the poin sih. Tadi kan bukan itu yang mau aku omongin, ah sudah lah sudah terlanjur" Monolog Romi dalam hati. 

"Oh iya, kemarin kan kamu sudah repot repot kasih aku bekal makan siang, sekarang gantian aku yang traktir kamu makan siang" Kata Romi dengan rasa gugup yang tersisa. 

"Heeemm, gimana ya. Aku sudah ada janji sama orang, ini aku mau pulang cepat. Kerjaanku juga sudah selesai, kalau lain waktu gimana?" Kata Hanifah yang juga sembari mengemasj barang barangnya. 

"Oh begitu, ya sudah nggak papa. Lain waktu juga nggak papa" Kata Romi menjawab. 

Agak kecewa hati Romi mendengar bahwa Hanifah sudah ada janji, tapi mau bagaimana lagi. Masih ada lain hari, kini Romi berdiri dari duduknya lalu berbalik badan hendak melangkah keluar ruangan. 

"Jadi kotak bekalnya dibawa lagi ni?" Kata Hanifah yang membuat Romi kembali berbalik dan menyengir kuda. 

"Maaf, lupa"

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!