NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Waspada Gelap Kelam

Mao Lili terlihat tegang, beberapa menit berlalu tanpa kata di antara Riu Zin dan Kamal. Kedua pria itu saling menatap. Riu Zin dengan tatapan tajamnya sementara Kamal hanya diam dengan tatapan kosong nya.

"Kalian berdua, janganlah bertengkar, tolong," suara lembut Mao Lili terdengar penuh kekhawatiran. Ia berdiri di tengah-tengah mereka, berusaha meredakan ketegangan yang semakin memuncak,Mao Lili berusaha menjadi penengah yang damai di antara keduanya.

Riu Zin, dengan tatapan tajam yang tak tergoyahkan, tampaknya belum terpengaruh oleh permohonan Mao Lili. Sepertinya ia belum bisa menerima kenyataan dari perbuatan iblis yang berdiri di hadapannya.

Mao Lili mulai merasa berkeringat, meskipun sebenarnya rasa khawatirnya tidak seharusnya membuatnya begitu. Namun, tiba-tiba suhu di sekitarnya terasa meningkat, menambah intensitas ketegangan yang melingkupi mereka.

Walau Mao Lili ingin menegur Riu Zin, namun ia tidak berani menatap pergelangan tangan Riu Zin yang mulai memancarkan aura api. "Iblis sialan, rupanya kau ya Kamal itu," akhirnya Riu Zin membuka suara dengan tatapan tajam yang menusuk. Iblis itu hanya mengangguk pelan, mengakui identitasnya.

"Kenapa tidak langsung mengakhiri hidupku?" lanjut Riu Zin, masih belum menerima keadaan. Suhu sekitar semakin memanas, dedaunan kering di sekitar Riu Zin mulai terbakar, seolah energi yang meluap dari dalam dirinya telah menciptakan kebakaran yang melingkupi mereka.

Dedaunan kering yang terbakar di sekeliling membuat Mao Lili tegang, lompatan cepat membawanya berlindung di belakang Kamal.

Apakah pertarungan akan kembali meletus? Jika demikian, Riu Zin akan tampak bodoh, meskipun ia sadar akan perbedaan jauh tingkat kultivasinya dengan Kamal,bahkan Riu Zin sendiri belum mengetahui seberapa kuat iblis itu.

Aura yang memancar dari tubuh Riu Zin perlahan meredup, suhu sekitar kembali normal. "Sudahlah, aku tak punya waktu untuk bertarung dengan kalian," ucapnya bijaksana, menyadari sia-sia berkelahi. Tatapan Riu Zin berpaling dari Kamal, lembut mengarah ke arah Mao Lili yang berlindung di balik Kamal.

Aura yang memancar dari tubuh Riu Zin perlahan meredup, suhu sekitar kembali normal. "Sudahlah, aku tak punya waktu untuk bertarung dengan kalian," ucapnya bijaksana, menyadari sia-sia berkelahi. Tatapan Riu Zin berpaling dari Kamal, lembut mengarah ke arah Mao Lili yang berlindung di balik Kamal.

 Riu Zin melambaikan tangannya, "Gadis Kucing, tampaknya aku harus pergi, ada hal yang mengganggu di sini." Riu Zin meninggalkan mereka, senyuman ramahnya diterima dengan baik oleh Mao Lili, meskipun ada sentilan kekesalan. "Sudah kukatakan namaku Mao Lili,huff" ucapnya dengan sedikit kekesalan, namun tersenyum hangat. "Sampai jumpa, semoga kita bertemu lagi."

"Tunggu." Suara itu menghentikan langkah Riu Zin, memaksa Riu Zin untuk membalikkan wajahnya. Mendengar panggilan itu, Riu Zin menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Kamal, dan dengan sedikit kekesalan, ia bertanya dengan nada sinis, "Apalagi? Aku tidak punya waktu di sini."

Dari tangan Kamal muncul sebuah pedang yang dikenali oleh Riu Zin. "Itu pedangku," ucap Riu Zin, dia tidak terkejut mengetahui bahwa pedangnya berada di tangan Kamal. "Ini kembali, senjata yang tidak berguna ini," dengan lembut, Kamal melemparkan pedang itu kembali ke pemiliknya, dan dengan gesit, pedang sampai di tangan Riu Zin.

Riu Zin melanjutkan langkahnya sambil menahan emosinya. "Senjataku ini tidak berguna, huh? Ada benarnya juga," gumamnya, merenungkan makna di balik pertukaran pedang yang terjadi.

Tidak ada tanda - tanda mendung langit nampak cerah dengan bintang dan bulan yang menghiasi, tiba-tiba suara gemuruh petir hitam membelah udara. Kecepatan petir begitu cepat bahkan dalam jarak sepuluh centi hampir menyentuh wajahnya, jika Riu Zin adalah seorang sampah, mungkin ia takkan sempat menghindar. 

Namun, dengan kecepatan yang hampir tak terlihat bagi mata manusia, Riu Zin dengan mudahnya menghindari serangan petir itu. Petir itu, yang tampaknya tidak asing bagi Riu Zin, mengarah lurus ke arah Kamal.

Sambaran petir seakan menyambar ke arah Kamal, hampir menyentuhnya sebelum petir itu meledak dengan suara gemuruh, "Boom!" Mao Lili berteriak histeris, meskipun tidak ada dampak besar, hanya asap yang keluar setelahnya. Kemudian, muncul seorang pria yang langsung menunjukkan rasa hormat pada Kamal, "Xing Haji, murid inti Sekte Gelap Kelam, memberi hormat pada Anda."

Tatapan serius terpancar dari wajah pria itu, dengan garis hitam terukir di sebelah kanan wajahnya. Dengan penuh hormat, ia menundukkan kepala pada Kamal, menunjukkan bahwa Kamal memiliki hubungan yang kuat dengan Sekte mereka.

Riu Zin, yang belum melanjutkan langkahnya setelah sambaran petir, memutuskan untuk melihat perkembangan situasi. Dengan senyuman sinis, ia berkata, "Oh, pantas saja. Iblis pasti memiliki hubungan baik dengan Sekte Gelap Kelam." Riu Zin sudah menaruh dugaan bahwa petir hitam yang tak asing itu berasal dari sekte sesat dari Sekte Gelap Kelam, sebuah sekte yang dipenuhi misteri dan kegelapan.

Entah apa yang mereka bicarakan di sana, Riu Zin bahkan tidak mendengarnya karena ia sudah berjarak tiga puluh meter dari mereka. Ia hanya ingin mengetahuinya, yang terpenting baginya adalah mengetahui siapa sebenarnya Kamal sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya dengan mantap.

Xing Haji sedikit melirik tajam kepergian Riu Zin, sejenak sebelum kembali berbicara kepada Kamal, "Seperti yang Ketua katakan, keberadaan Anda di sini," ucapnya dengan suara yang penuh kehormatan.

Tampaknya bukan hanya Xing Haji yang tiba, dari belakang muncul seorang wanita dengan garis hitam di wajahnya, mengenakan pakaian hitam yang serupa dengan Xing Haji.  Dengan sorot mata tajam yang menusuk, wanita itu melirik ke arah Mao Lili, namun diabaikan dengan dingin oleh gadis itu.

Langkahnya ringan saat ia berjalan mengelilingi Kamal, senyum sinis yang melekat di wajahnya seolah mencerminkan keangkuhan yang tak terbantahkan. Setiap gerakan tubuhnya dipenuhi dengan keanggunan yang menakjubkan, seakan ia adalah sosok yang selalu mengendalikan setiap situasi.

"Lue Mindi, murid dalam Sekte Gelap Kelam, memberi hormat pada Anda," Saat wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Lue Mindi, murid dalam Sekte Gelap Kelam, tindakannya menundukkan kepala ke arah Kamal terasa begitu ringan, namun penuh dengan keangkuhan yang tak terbantahkan. Meskipun senyum sinis terpancar dari bibirnya, ekspresi matanya mengisyaratkan ketajaman dan kecerdasan yang mendalam, seolah menyimpan banyak rahasia di balik tatapannya yang tajam.

Berbeda dengan Lue Mindi, Xing Haji menunjukkan sedikit ketidakpuasan dan mendesis ke arahnya, menunjukkan bahwa ada ketegangan yang tersembunyi di antara keduanya. Meskipun begitu, ekspresi serius dan penuh hormat dari Xing Haji terhadap Kamal tak terbantahkan, menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sangat menghormati dan mengagumi Kamal.

•••••••^^•••••••

Dengan langkah mantap dan pasti, Riu Zin melangkah menelusuri jalan yang membawanya menuju kota, terlihat jelas bahwa ia memiliki tujuan yang teguh untuk kembali ke rumah. 

Namun, di tengah perjalanan, langkahnya terhenti tiba-tiba dan ekspresi wajahnya mencerminkan keraguan yang mendalam, seolah ia sedang mempertimbangkan ulang setiap langkah yang akan diambil.

Setelah beberapa saat lamanya, Riu Zin akhirnya membuat keputusan untuk tidak pulang ke rumah.

Dengan suara pelan yang penuh penyesalan, ia menggumamkan kata-kata, "Anggap saja aku sudah mati," tampaknya sebuah beban berat terasa di pundaknya, menyiratkan bahwa ia merasa bersalah atas sesuatu yang tak terungkap.

Tatapan tajam yang dilemparkan oleh Xing Haji tampaknya dikenali dengan jelas oleh Riu Zin sejak sebelumnya. Dengan nada dingin yang menggema, Riu Zin mengucapkan, "Sekte Gelap Kelam, sekte yang misterius, akhirnya kita bertemu juga," mengungkapkan kesadaran akan bahaya yang mengintai dari Sekte Gelap Kelam.

Riu Zin menyadari betapa berbahayanya sekte tersebut, di mana hanya dengan menatap mereka saja sudah bisa menjadi ancaman yang nyata bagi dirinya.

Sekte itu dikenal sebagai pembunuh, aliran hitam yang dianggap sebagai musuh dunia. Jika pertarungan akan segera terjadi, ini akan menjadi pertama kalinya Riu Zin berhadapan dengan orang dari Sekte Gelap Kelam yang terkenal sangat tersembunyi.

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!