Perjuangan seorang pemuda yang bernama Barata untuk balas dendam karena di hina oleh tunangannya.Dia dianggap tidak cocok oleh tunangannya yang merupakan murida dari salah satu perguruan terkenal.Karena bercita-cita ingin menjadi kuat dan tidak mau di remehkan ia pun mencoba mendaftarkan diri ke suatu perguruan.Namun di tengah jalan tanpa dia sadari tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menabrak dirinya hingga membuatnya pingsan.Hal itulah yang membuat dirinya terlambat untuk mendaftar sebagai murid baru.
Secara pelan tapi pasti Barata terus berlatih dan melangkah dari titik lemah sampai menuju ke titik yang paling kuat.Dia pun akhirnya menemukan sebuah perguruan yang mau menerima dirinya dan menjadi murid utama di sana.
Setelah berlatih beberapa bulan akhirnya ia pun oleh gurunya diikutsertakan dalam sebuah pertandingan yang mana di sana ia bertemu dengan tunangannya yang juga ikut dalam pertandingan itu.Bagaimana cerita selanjutnya ikuti saja dalam sang penerus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu hari menjelang turnamen bela diri
Nafas Barata tersengal sengal merasa sakit di dadanya,ia perlahan lahan berdiri sambil memegangi dadanya yang masih terasa sesak.
"Untunglah aku tidak mengalami luka dalam."Ucap Barata seraya melangkah masuk ke perguruan.
"Barata apa yang terjadi dengan diri mu."Teriak Laras buru buru menghampiri Barata.
"Tadi ada tiga orang datang kemari Laras mereka mengaku dari perguruan tapak Menjangan,aku tadi mau memanggil mu namun tidak sempat."Ucap Barata.
"Apa tujuan mereka datang kemari, perasaan baik aku maupun ayah belum pernah menyinggung mereka."Ucap Laras sambil membantu Barata berjalan masuk ke dalam.
"Mereka mengatakan gadis berdarah suci ada di tempat ini, apakah itu kamu Laras."Tanya Barata.
"Gadis berdarah suci,aku tidak tahu siapa gadis yang mereka maksud Barata.Sekarang duduklah akan aku ambil air minum untuk mu."Ucap Laras.
Barata segera duduk bersemedi untuk memulihkan tenaganya dengan menyalurkan tenaga dalamnya keseluruh tubuh.
Huuuuuuf....haaaaah... Barata menghirup nafas dalam dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan ,sesak di dadanya seketika berkurang.
"Barata minumlah."Ucap Laras.Sambil menyodorkan segelas air padanya.
"Terima kasih Laras."Ucap Barata seraya mengambil gelas dari tangan Laras.
"Kedatangan orang orang dari perguruan tapak menjangan sepertinya tidak dapat di pandang sebelah mata Barata,aku yakin cepat atau lambat mereka pasti akan datang lagi kemari."Ucap Laras.
"Dari ucapan mereka aku yakin mereka akan datang lagi Laras, siapakah sebenarnya mereka itu Laras."Tanya Barata
Laras menggelengkan kepalanya karena ia pun tidak tahu siapa mereka selain itu dirinya juga baru tahu dengan nama perguruan itu.
"Aku juga tidak tahu perguruan macam apa mereka itu Barata.Jika mendengar ucapan mu tadi mereka sedang mencari gadis berdarah suci tentunya mereka bukan perguruan baik baik Barata."Ucap Laras menafsirkan.
"Sepertinya memang begitu, untuk masalah ini sebaiknya nanti kita bicarakan pada guru setelah dia pulang dari perguruan tapak suci"Ucap Barata.
"Tentu saja ayah harus tahu masalah ini.Apakah kau benar tidak apa-apa Barata."Ucap Laras.Ia khawatir jika pertarungannya dengan orang orang dari perguruan tapak Menjangan membuat Barata terluka.
"Aku tidak apa-apa Laras,aku baru tahu kalau kekuatan seorang pendekar tingkat raja begitu besar."Ucap Barata,sambil menggelengkan kepalanya karena masih merasa terlalu lemah saat ini.
Laras seketika tersentak mendengar ucapan Barata itu, sulit untuk percaya kalau Barata telah berhadapan dengan seorang pendekar tingkat raja tidak mengalami cidera apa pun. Karena menurut sepengetahuannya pendekar tingkat menengah tahap akhir seperti Barata bukalah apa apa jika di hadapan pendekar tingkat raja.
"Aku salut pada mu Barata mampu mengusir pendekar tingkat raja sendirian."Ucap Laras dengan terkagum kagum.
"Aku cuma beruntung saja Laras,jika mereka tidak segera pergi mungkin aku yang pergi ke alam baka saat ini,tapi untunglah aku dapat menggertak mereka."Sahut Barata.
"Masih ada waktu dua hari Barata sebaiknya kau gunakan untuk memperkuat tenaga dalam mu dengan semedi."Ucap Laras.
"Aku juga sudah memikirkan hal itu Laras, untuk memperkuat tenaga ku."Ucap Barata.
Pertarungan dengan Sarwati secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi Barata .Karena dia dapat mengerti bagaimana rasanya berhadapan dengan seorang pendekar yang tingkatnya lebih tinggi darinya.
Sesuai dengan anjuran dari Laras Barata kemudian melakukan semedi di kamarnya untuk mengolah tenaga dalamnya agar mencapai tingkat maksimal.
Sementara itu pertarungan dengan Barata rupanya membuat Sarwati luka dalam,ia merasakan seluruh tulang belulangnya seakan mati kaku kedinginan.Untuk mengusir hawa dingin di tubuhnya Sarwati terpaksa harus berendam di air yang mendidih.Untunglah kekuatan Barata masih sebatas pendekar kelas menengah tahap akhir.Jika Barata sudah melangkah ketingkat yang lebih tinggi lagi bisa di pastikan Sarwati tidak akan bakalan selamat dari pukulan Ajian guntur es Barata itu.
Ki Bayarana tidak percaya kalau adik seperguruannya itu mampu dikalahkan oleh seorang pemuda yang kekuatannya hanya di tingkat pendekar kelas menengah tahap akhir.
Sukar baginya untuk mencerna kenyataan itu, baru kali ini ada pendekar tingkat menengah mampu mengalahkan pendekar tingkat raja.Baginya ini adalah penghinaan untuk perguruan tapak menjangan rasa kekhawatirannya pun mulai muncul di hati orang tua itu
"Swarnabumi rupanya sudah punya penerusnya sekarang, setelah beberapa tahun tidak terdengar kabarnya kini Ajian guntur es muncul lagi lewat muridnya."Ucap Ki Bayarana.Dengan terlihat gusar.
Beberapa tahun silam Ki Bayarana dan Swarnabumi pernah terjadi bentrokan beberapa kali karena masalah yang sepele.Swarnabumi yang mempunyai watak keras dan mudah tersinggung selalu menyelesaikan masalah dengan pertarungan. Dalam pertarungan itu Ki Bayarana belum pernah sekalipun menang dengannya.Karena ia di buat kerepotan dengan kedahsyatan Ajian guntur es milik Swarnabumi.
Sekitar tiga puluh tahun silam, perguruan pedang terbang pernah menjadi perguruan yang sangat disegani dan juga dihormati disaat Swarnabumi masih ada.Semua perguruan merasa takut dan tidak ingin punya masalah dengan perguruan pedang terbang.
Namun sayangnya setelah Swarnabumi menghilang perguruan pedang terbang mengalami kemunduran karena tidak adanya murid yang mewarisi jurus jurus unggulannya.Hingga akhirnya perguruan pedang terbang menjadi perguruan yang sepi dan tidak mempunyai murid.
"Mmm...aku harus bertindak cepat untuk menghabisi pemuda itu jika tidak kemungkinan besar perguruan Pedang terbang akan menjelma kembali. Menjadi perguruan besar seperti dahulu dan ini tidak boleh terjadi."Ucap Ki Bayarana.Ia khawatir jika perguruan pedang terbang bangkit maka akan menjadi batu sandungan suatu hari karena ia bercita-cita ingin menjadikan perguruan tapak Menjangan nomor satu di dunia persilatan ini.
Di sisi lain malam itu perguruan Harimau Api di kejutkan dengan tewasnya Jalu yang secara tiba-tiba dan kaki suri yang membusuk akibat ulah Kumara.
Jalu mengalami kematian yang mengenaskan setelah perutnya meledak setelah makan obat pemberian dari Kumara.Waktu itu setelah Kumara pergi dari perguruan Harimau Api, malam harinya Jalu yang sudah tidak sabar ingin cepat menerobos ketingkat yang lebih tinggi ,meminum ramuan obat itu dan dalam waktu singkat saja perutnya langsung membesar kemudian meledak hingga membuatnya tewas seketika.
Ki Jatiwaringin,Bajra, Pasopati dan Nilam segera minta penjelasan pada dua penjaga pintu gerbang yaitu Suri dan Danar tentang kejadian yang menimpa Jalu.
Suri dan Danar kemudian menceritakan kejadian itu dari awal tentang kaki suri yang terluka dan kedatangan seorang tabib yang mengaku bernama si Jenggot panjang.
"Sepertinya baru pertama kali ini aku mengetahui ada seorang tabib yang memiliki julukan si Jenggot panjang guru."Ucap Bajra.
"Hmmm ..ini memang aneh perasaan perguruan kita ini tidak pernah membuat masalah dengan orang lain tapi kenapa ada orang yang berani kurang ajar pada murid perguruan ini."Ucap Ki Jatiwaringin dengan raut wajah kesal.
"Guru menurut pemeriksaan saya Jalu terkena racun ular kobra hitam yang yang sangat ganas jika melihat keadaan tubuhnya yang seperti itu."Ucap Nilam.
"Racun ular kobra hitam, bukankah ular itu banyak ditemukan di lembah seribu ular."Ucap Ki Jatiwaringin.Dengan terkejut.
"Benar guru memang di sana ada berbagai macam jenis ular tapi tidak bisa sembarangan orang bisa masuk ke sana tanpa ijin dari pemimpin perguruan pedang terbang."Ucap Nilam.
"Ya aku juga pernah mendengar kalau orang asing di larang masuk ke lembah itu kecuali para murid perguruan tersebut."Ucap Bajra.
"Apa mungkin ini adalah ulah orang dari perguruan pedang terbang."Ucap Pasopati.
"Mmm... rasanya aneh jika kematian Jalu adalah perbuatan mereka, karena perguruan itu sudah sepi dan diambang penutupan karena tidak adanya para murid di sana, selain itu perguruan ini juga tidak pernah punya masalah dengan mereka."Ucap Ki Jatiwaringin.
"Tapi guru aku tidak yakin kalau perguruan itu tidak punya murid karena tadi siang aku bersama Warisapana di perguruan tapak suci ,dia mendaftarkan salah satu muridnya untuk mengikuti turnamen bela diri besok."Ucap Nilam.
"Kalau begitu sudah pasti ini adalah ulah perguruan pedang terbang guru."Ucap Bajra langsung mengambil kesimpulan seperti itu.
Ki Jatiwaringin termenung mendengar perkataan dari Nilam dan Bajra,ia harus dapat memikirkan matang matang sebelum mengambil keputusan, karena kalau salah bertindak akan berakibat fatal.
"Bagaimana menurut mu Nilam, apakah ini perbuatan mereka."Tanya Ki Jatiwaringin.
"Sepertinya belum tentu guru karena ular kobra juga bisa di temukan di tempat ,jika melihat wajah ramah yang mencerminkan rasa persahabat dari Warisapana aku merasa sangat ragu kalau perguruan pedang terbang yang mencelakai Jalu."Ucap Nilam.
"Kalau begitu kita selidiki dulu masalah ini, walaupun ada sedikit kecurigaan dalam hati kita pada perguruan pedang terbang saya pesan pada kalian untuk tidak bertindak dahulu, tapi jika pedang terbang benar benar yang telah membunuh Jalu akan aku ratakan mereka dengan tanah."Ucap Ki Jatiwaringin.
"Baik guru kami mengerti."Ucap mereka bertiga.
Ki Jatiwaringin kemudian membuat peraturan baru dengan tidak mengizinkan orang tidak di kenal masuk ke perguruannya tanpa ada indentitas yang jelas untuk menghindari hal yang serupa.
Berita kematian Jalu pun tersebar luas keseluruh pelosok kota Sandara, hingga menjadi topik pembicaraan di mana mana.
...****************...
Keesokan harinya di dalam sebuah kedai tuak yang ada di pinggir jalan, Jaladarta dan Kumara sudah bertemu kembali.Kumara menyayangkan misi Jaladarta yang gagal total untuk membunuh murid perguruan Tapak suci Wulandari.
"Kita sudah tidak punya kesempatan lagi Jaladarta untuk masuk kedalam perguruan tapak suci,aku yakin kedatangan Warisapana pasti sudah mencurigai perguruan Kelabang Merah."Ucap Kumara seraya meminum tuak langsung dari botolnya karena kesal dengan kegagalan Jaladarta.
"Ini semua gara gara Warisapana Kumara kalau tidak tentu saja aku pasti sudah berhasil menyingkirkan murid perguruan itu."Ucap Jaladarta.
"Tapi bukan kah masih ada satu malam lagi Kumara, bagaimana kalau nanti malam kita menyusup ke perguruan tapak suci."lanjut Jaladarta.
"Kurasa itu akan sangat beresiko Jaladarta, pasti di sana penjagaan sudah sangat ketat, kalau kita nekat kesana sana sama saja kita mencari mati."Ucap Kumara.
"Sialan."gerutu Jaladarta.
Di saat mereka sedang berbincang bincang itu ada dua orang pengunjung kedai yang masuk dan duduk tidak jauh dari mereka berdua.
"Pelayan ambilkan kami dua botol arak."Teriak salah satu dari mereka.
"Baik tuan tunggu sebentar."Sahut sang pelayan kedai.
"Kamu sudah dengar kabar belum tentang murid dari perguruan Harimau Api yang tadi malam tewas."Ucap salah satu dari dua orang itu yang bernama Barda.
"Belum memangnya tewas kenapa?"Tanya temannya yang bernama Darta.
"Menurut kabar yang aku dengar murid perguruan itu tewas dengan perutnya meledak akibat minum obat pemberian dari seorang tabib."Ucap Barda.
"Ini tuaknya tuan tuan "Ucap sang pelayan.
Barda dan Darta langsung mengambil dua botol tuak yang baru datang itu.
Kumara langsung tertarik dengan pembicaraan kedua orang itu, Ia segera bergabung dengan mereka untuk mendengarkannya lebih jelas.
"Maaf tuan tuan boleh aku bergabung dengan kalian, karena aku merasa tertarik dengan cerita yang tuan berdua bicarakan."Ucap Kumara.
"Tidak perlu sungkan tuan, kalau mau bergabung silahkan."Ucap Barda.
"Tadi aku dengar samar samar dari tuan mengatakan kalau murid dari perguruan Harimau Api tewas dengan perut meledak, apakah benar begitu."Ucap Kumara.
"Benar sekali tuan peristiwa itu terjadi tadi malam."Ucap Barda.
"Sungguh sayang padahal dia adalah wakil dari perguruan itu di turnamen nanti."Ucap Kumara seraya menggelengkan kepalanya seakan akan menyesali kematian Jalu.
"Sepertinya tidak begitu tuan, karena yang menjadi wakil perguruan Harimau Api dalam turnamen nanti bukanlah murid yang tewas itu."Ucap Barda.
Kumara langsung terkejut mendengar perkataan dari orang di depannya itu,jika benar bukan Jalu yang mewakili perguruan Harimau Api di turnamen nanti berarti dirinya telah melakukan hal yang sia sia.
"Tuan jangan berkata ngawur seperti itu, karena kabar yang aku dengar dia yang akan mewakili perguruan itu."Ucap Kumara dengan nada tinggi.
"Tidak tuan yang akan mewakili perguruan Harimau Api adalah Niwang Sari ,itu yang kami dengar, bukan begitu Darta."Ucap Barda.
"Ya begitulah kabar yang beredar tuan."Ucap Darta.
"Kurang ajar jadi aku telah di tipu oleh Jalu."Ucap Kumara dalam hati.Kemudian kembali ke tempat duduknya.
"Bagaimana Kumara, kenapa wajah mu merah begitu."Tanya Jaladarta.
"Huuuuuuf... aku telah gagal Jaladarta, yang aku bunuh ternyata bukan murid peserta turnamen bela diri."Ucap Kumara.Dengan terlihat raut wajah kecewa.
"Apa...!!!Kau juga gagal."Ucap Jaladarta dengan terkejut.
"Terpaksa kita ke gunung ceremai untuk minta bantuan pada nyai Subang Larang Jaladarta, kalau tidak kemungkinan kita akan kena hukuman dari guru besar."Ucap Kumara.
"Apakah masih sempat bukankah turnamen akan di mulai besok."Ucap Jaladarta.
"Sempat tidak sempat kita harus bisa sampai di sana,ayo sekarang juga kita berangkat."Ucap Kumara.
"Ya sudah kalau begitu ayo kita bergegas."Ucap Jaladarta.
Kumara segera meletakkan beberapa keping koin perak untuk membayar makanan dan minuman yang mereka pesan.Setelah itu mereka berdua melesat pergi kearah selatan menuju ke gunung ceremai untuk minta bantuan pada Nyai Subang Larang.
Nyai Subang Larang adalah seorang wanita sakti mandraguna yang berumur sudah ratusan tahun tapi masih terlihat muda dan sangat menawan entah kesakitan apa yang di milikinya oleh wanita itu.
Wanita itu tinggal di lereng gunung ceremai seorang diri yang jauh dari keramaian dunia persilatan.Ia melakukan hal itu karena sedang menjalani tapa brata untuk menyempurnakan ilmu yang sedang dipelajarinya saat ini.Kebetulan hari itu adalah hari terakhir dia menjalani tapa bratanya setelah bertahun tahun lamanya.
Bagi orang biasa tentu tidak akan berani hidup seorang diri di tempat seram dan angker seperti di bawah kaki gunung ceremai .Tapi bagi Nyai Subang Larang tempat sunyi dan angker adalah tempat yang paling ia sukai selain penuh ketenangan juga membuat hatinya tentram.
Nyai Subang Larang membuka mata setelah beberapa lama bersemedi, wanita mengerutkan keningnya beberapa kali sambil kepalanya mengangguk angguk.
"Rupanya akan ada tamu malam ini."Ucap Perempuan itu.Seraya bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari pondoknya mengamati suasana hari yang sebentar lagi akan gelap itu.