Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketampanan Surgawi
Franklin yang sudah mengamankan para penculik tersebut pun segera menelepon tim yang lain, agar membawa dua orang tersangka ke ruang bawah. Setelah itu, Franklin memutar tubuhnya berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Saat tiba di tempat parkirkan, langkah Franklin terhenti ketika melihat Asher menatapnya dengan tatapan tajam.
“Aduh, mati!” Gumam Franklin ketakutan melihat ekspresi yang diberikan oleh Franklin kepada dirinya.
Dengan cepat, Franklin mempercepat langkahnya ke arah Asher. “Tuan, maaf, aku sedikit lama untuk ke sini,” ucap asisten itu sambil cengengesan.
“Lalu, kau memintaku untuk menunggumu dengan serangan nyamuk yang aku terima bersama Audrey di pangkuanku? Tumben, kamu begitu lelet?”
Franklin menggeleng. “Tidak, Tuan. Maafkan aku. Tadi... Aku harus menghubungi tim untuk mengamankan dua begundal yang berada di dalam, Tuan. Jadi sedikit agak lama,” ucap Franklin sambil membukakan pintu mobil.
Audrey menatap ke arah Asher. “Aku bisa naik ke mobil sendiri. Tidak perlu aku terus menerus duduk di pahamu.”
Asher menaikkan satu alisnya. “Lalu, kamu berharap Franklin akan menggendong kita berdua untuk naik ke dalam mobil? Tentu tidak, kan?”
Mendengar jawaban Asher membuat Audrey malu. Karena terlalu nyaman dia duduk di pangkuan laki-laki itu. Dengan segera, Audrey pun segera meloncat dari pangkuan Asher.
“Maaf,” ucap Audrey.
Dengan wajah beku tanpa ekspresi, Asher menaiki mobil dan meminta Franklin untuk melipat kursi rodanya. Setelah itu, Audrey menyusul menaiki mobil dan mobil pun melaju meninggalkan area tempat penculikan tersebut.
Selama perjalanan, suasana terasa hening. Tidak ada dari Asher maupun Audrey yang ingin memulai obrolan. Hingga mobil itu terasa membosankan.
“Hmm... Asher.” Akhirnya, Audrey mencoba mencairkan suasana.
Asher yang dari tadi sibuk menatap ponselnya pun menjawab, “ada apa?”
“Terima kasih karena sudah datang menyelamatkanku.”
“Itu sudah tugas suami,” jawab Asher acuh sambil terus memperhatikan benda pipihnya.
Audrey mengerucutkan bibirnya. Sepertinya, Audrey menyesal mengajak Asher berbicara. Nyatanya, pria di sampingnya itu mengabaikannya.
‘Nathan nyebelin, bisakah dia meninggalkan benda sialan itu? Tidak perlu lama. Cukup dia menatapku saja. Tapi kenapa dia mengabaikanku? Dasar pria tidak peka!’ gerutu Audrey membatin.
Wanita itu membuang wajahnya ke arah jendela. Daripada dia sakit hati melihat Asher yang terus mengabaikannya. Asher melirik ke arah Audrey, dia juga bingung harus berbicara apa? Dirinya terlalu kaku untuk membuat suasana menjadi hangat.
Brak!
“Aduh,” ringis Audrey sambil menggosok dahinya, ketika dia mengantuk, kepalanya malah terantuk kaca mobil di depannya.
Asher yang melihat pun terkekeh. Namun dengan cepat mengatur sikapnya. “ Sini, kalau kamu mengantuk.” Asher meraih kepala Audrey ke dadanya.
“Nyonya Audrey bisa tidur di sini,” kata Asher sambil meletakkan kepala Audrey di dadanya.
Audrey terkejut dengan tindakan Asher tersebut. “Eh... Ini benaran, aku boleh meminjam dadamu?” tanya Audrey ragu-ragu.
“Apa... Kamu tidak mau?” tanya Asher.
“Tidak, aku sungguh mau! Kapan lagi ada kesempatan!” seru Audrey yang langsung menyelusupkan wajahnya di dada bidang itu.
Ya... Meskipun terdengar kasar, tapi di dalam hatinya ia merasa nyaman berada di dalam pelukan Asher. Mungkin Asher memang memiliki sikap dingin, tapi tindakan ini membuat Audrey merasa dianggap dan dirawat dengan baik.
Saat Audrey mengusap-usap wajahnya di dada Asher. Sontak bongkahan daging di dalam dada Asher kini berpacu lebih cepat. Aduh, kenapa hatiku berdegup cepat seperti ini? Kenapa rasa gugup ini datang begitu tiba-tiba?’
Asher mencoba mengendalikan denyut jantung yang tak terduga itu. Dia tidak pernah berpikir bahwa Audrey akan merasa nyaman di dalam pelukannya. Rasanya, seolah-olah ada sesuatu yang lebih dalam terbentuk di antara mereka.
‘Kamu bisa mengendalikan rasa ini. Ini tidak menyeramkan.’ Asher mencoba dengan keras mengendalikan dirinya. Melihat Audrey yang sedikit tidak nyaman, Asher membawa kepala Audrey untuk tidur di pahanya.
Perlahan-lahan, mata Audrey pun terpejam. Dalam tidur Audrey, ia merasakan sentuhan hangat Asher yang menenangkan. Audrey tak bisa menahan senyum kecil yang terbentuk di bibirnya saat Asher mengusap lembut rambutnya.
‘Entahlah, apa yang aku lakukan salah atau tidak. Aku hanya meniru adegan novel yang pernah ku baca. Di dalam novel menceritakan, seorang pria harus mengelus kepala wanitanya untuk membuat wanita tersebut nyaman. Apakah ini sudah benar?’ Asher membatin.
Hingga mobil Alphard yang dikendarai oleh Franklin pun kini menepi di teras rumah sakit. Asher, menarik tubuh Audrey dengan selembut mungkin agar Audrey tidak terbangun.
Setelah itu, Asher turun dari mobil dengan hati-hati karena tidak ingin membangunkan Audrey yang berada di dalam gendongannya.
Asher segera melangkah memasuki rumah sakit dengan langkah tegas disertai bias wajahnya yang dingin, menapakkan kakinya melangkah ke arah koridor rumah sakit.
Audrey yang merasa tubuhnya ada guncangan, mencoba membuka mata. Namun, Audrey mencium aroma maskulin yang menusuk penciumannya. “Hmm... Baunya nyaman sekali. Bau tubuh ini memiliki bau keperkasaan,” Gumam Audrey sambil membenamkan hidungnya di dada Asher lebih dalam.
Mendengar ucapan Audrey, membuat pipi Asher menjadi panas. Hingga pipi pria itu menjadi kemerah-merahan. ‘Perkasa? Bukankah sebutan itu terlalu cabul untuk seorang wanita? Hais... Aku memikirkan apa?’ Asher membatin dengan gelisah. Namun, Asher terus membawa tubuh Audrey bersamanya.
Audrey membuka matanya pelan-pelan.” Deg!” Sontak ia terkejut saat dirinya berada dalam gendongan Asher.
Seketika, Audrey merasa begitu malu dan canggung, ketika tubuhnya digendong oleh Asher. Atmosfer tegang pun di rasakan oleh Audrey untuk menggambarkan perasaannya saat itu. Kini Audrey merasa campur aduk antara bahagia, malu, dan juga terpana oleh sikap yang Asher lakukan kepadanya.
“As-Asher, bisakah kamu menurunkanku? Nanti kalau kakimu sakit, Bagaimana? Bukankah kamu belum bisa membawa beban yang berat?” ucap Audrey akhirnya.
“Jangan pikiran kakiku. Dan... Sebenarnya, aku tidak tahu bahwa hal seperti ini akan membuatmu merasa malu. Aku hanya ingin membantumu masuk ke dalam dengan lebih mudah. Maka diamlah. Kita akan segera sampai di ruangan Kane,” jawab Asher.
Mendengar jawaban Asher, membuat Audrey membenamkan wajahnya di dada bidang itu lebih dalam. Kini Audrey bisa merasakan denyutan jantung Asher yang terasa semakin kencang. Audrey mengangkat wajahnya dan melihat wajah dingin Asher masih tetap sama.
“Jangan menatapku seperti itu. Aku malu !” ucap Asher.
“Maaf, tapi jantungmu-“
“Tolong abaikan saja,” pungkas Asher dengan cepat.
Audrey pun bungkam. Karena dia tidak ingin merusak momen ini. Dan Asher terus melangkah melewati setiap koridor rumah sakit. Hingga langkah kaki Asher melewati lima orang perawat yang kebetulan juga melewati koridor yang Audrey dan Asher lalui.
Sontak, para perawat itu pun histeris. " Kyaaa! Lihatlah, bukankah pria itu begitu tampan? Demi apa? Aku bertemu pria dengan wajah yang begitu cool!"
"Aaah... suatu keberuntungan bertemu melihat momen ini. Emang bisa? Pria setampan itu menggendong wanita?"
Jeritan para perawat yang terpesona melihat Aura yang dipancarkan oleh Asher, membuat keberadaan Audrey seperti tidak dianggap. Memang sih, Audrey tidak pungkiri. Jika Asher adalah pria yang tampan.
Saat Audrey pertama kali melihat wajah Asher setelah menikah, membuat Audrey hampir terkena serangan jantung mendadak. Dan sekarang, Audrey merasa begitu terpojok oleh perkataan para perawat.
Audrey juga merasa kesal. Bagaimana bisa para perawat itu lebih memperhatikan penampilan Asher daripada keadaannya yang memar-memar? Apakah ini artinya Asher memang memiliki daya tarik yang begitu besar?
"Asher...," panggil Audrey.
“Umm...,” sahut Asher.
“Itu, ternyata kamu punya pesona, ya! Sampai-sampai, aku yang seharusnya mendapatkan perawatan, malah diabaikan,” ucap Audrey.
“Ya... Begitulah, jika seseorang terlahir dengan ketampanan surgawi,” jawab Asher dengan percaya diri.
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜