NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Bu RT? Biar Anna saja yang gantiin ibu disini," pinta Anna dengan takut-takut.

Bu RT menghela napas pelan. "Ya sudah, pada intinya saya maunya ini selesai sebelum magrib."

"Terimakasih, Bu Li," kata Sarah sambil menghapus setetes kristal bening yang baru jatuh dari matanya.

"Umi naik apa?" Tanya Anna berusaha tetap tenang.

Sarah menggigit bibir bawah. "Naik angkotlah."

"Assalamualaikum!" Sarip mendorong motor butut lalu menghentikan di depan pintu. Di jok motor itu ada keranjang berisi empat galon. "Bu RT yang cantik, saya suruh nganterin ini!"

"Walaikum salam, masukan ke dapur ya!" Bu RT menunjuk ke dekat meja makan.

"Ah ya? minta anterin Sarip aja!" Pak John mendapat ide bagus saat Sarip selesai memindahkan empat galon yang ada isinya.

"Anterin apa, Pak John?" Tanya Sarip heran karena kepanikan di wajah Ibu Sarah.

"Nak, tolongin Ibu anterin ke rumah sakit. Suami ibu masuk rumah sakit! Mau ya?" Sarah memohon sambil memegangi pundak Sarip.

Sarip terdiam dalam berdirinya. Lagi banyak pesanan air galon tetapi ia jadi ingat waktu TK, ada Bu Sarah sering memberinya jajan saat sang mami nggak punya uang. "Sebentar bu, Sarip turunin keranjang dulu."

"Alhamdulillah. " Anna langsung lemas. Dia memandangi Sarip yang menurunkan keranjang besi dari motor. Ya Allah balaslah kebaikan Sarip dengan rejeki berlimpah, aamiin! aamiin!

"Titip di sini ya, Bu RT. " Sarip selesai memasukkan botol kosong ke keranjang besi, di dekat pintu. Dia meneguk saliva melihat tubuh semok nan kencang itu. Bu Rt kan paling rajin senam di kompleks ini. "Bu Lis kok makin hari makin cannnntik!"

"Sopanlah!" Pak John menelenyor kepala Sarip dan tahu arah mata pemuda itu dan anak itu justru cengengesan. Memanglah bapak-bapak di sini menaruh kekaguman pada besarnya pantat Bu RT, kalau jalan berlenggak-lenggok begitu indah. Mana celananya ngepas, mata laki-laki mana yang tahan untuk tidak menikmati.

"Fokus, Na! Pekerjaanmu masih banyak. Bapakmu sudah di rumah sakit, ada yang menangani. Sudah , kamu fokus," kata Bu RT demi mengacuhkan Sarip.

"Baik Bu."

Sekepergian orang-orang, Bu RT mau tak mau jadi ikut membantu Anna memasak. Mana ini acara arisan keluarga, malu lah kalau nanti makanannya belum siap.

Anna sambil memotongi cabai menunggu adonan peyek kering dalam wajan penggorengan.

Bu RT geleng-geleng kepala merasa kasihan saat Anna mengelap kelopak mata yang berkeringat. "Lepaskan saja cadarnya! Di sini juga tidak ada laki-laki. Bapak RT itu pulangnya nanti ashar. Agusnya juga sibuk di luar."

"Begini saja nggak papa kok, Ibu," Anna dengan suara lembut. Dia terbiasa bercucuran keringat karena rumahnya dulu beratap seng, rasanya seperti dioven di suhu 40 derajat. Di pinggir sungai juga panas.

"Tapi nanti yang Adzan Dzuhur siapa bu? Agus nggak ada di rumah. Abiku kan di rumah sakit."

"Siapa yang Adzan .... Hem? Baru inget! Ibu telepon Ustad Malik kalau gitu." Bu RT masuk ke dalam rumah.

"Nah, ibu sudah telepon ustadz Malik. Dia dan istrinya mau pergi ngurusin bapakmu dulu, baru dia telepon muadzin cadangan."

Tidak lama kemudian muncul Sarip dengan suara motor dan knalpot yang keras.

"Aku wis ngandhani lho? Yen mrene? Mandeg, ngarep ae! Angel! Yen dikandhani angel! Sarip?Sarip!"

Sarip tertawa kegirangan melihat Bu RT yang geleng-geleng. Dia tidak mengerti secara detail artinya, intinya dia tahu setiap mesin motornya masih menyala sampai belakang rumah ini, Bu RT langsung mengomel! Tapi dia emang sengaja. "Yah! maaf Bu, lupa! Kan buru-buru."

"Ancen koe! Le! Senengane gawe wong tuwa nesu." Bu RT berteriak dengan kesal. Kenalpot koyo ono kudune di buang. Gawe kupingku loro!"

"Kuping loro ! Semua kuping ya dua! Bu Lis???"

Bu RT memggeram sambil mendelik, sontak sulak didekatkannya terbang melayang ke arah Sarip. "Loro iku sakit! Sakit lho! Ngerti ra? "

Sarip garuk-garuk kepala. "Kemarin siapa yang bilang loro ini," kata Sarip mempertontonkan gerakan dua jari.

Anna hanya tersenyum tipis pada keributan mereka. Sungguh dia tak tenang karena kepikiran abi.

"Terus, Bu Sarahnya mana? Belum ada 15 menit ini loh? Jangan bilang kamu dunke di jalan!" Bu RT dengan wajah galak.

"Eh kok tahu! Habisnya gimana, Bu RT? Ustadz Malik sendiri yang nglaksonin dan minta aku berhenti. Dan .... Bu Sarah ikut mobilnya!"

*

Lebih mundur dari rencana, makanan itu matang jam setengah enam hampir magrib. Keluarga Bu RT mulai berdatangan. Anna mengembus napas lega. Nggak tenang juga diburu-buru Bu RT.

Kalau masalah tenaga memang uminya yang luar biasa kuat dan cepat. Dia belum ada apa-apanya. Kalau umi yang mengerjakan kemungkinan dari jam empat sudah beres.

"Ndok, makasih, ya." Bu Lis memberikan sebuah amplop.

"Terimakasih, Bu RT. Anna pulang. Assalamualaikum." Anna menyelipkan amplop jerih payahnya ke tas kecil.

"Ndok sini dulu, ibu ada hape buat kamu!"

Anna mengerutkan kening. Dia menunggu sambil menggaruk punggungnya yang gatal karena keringat.

Bu Lis menyodorkan dus smartphone dan handphone nokia. "Nah ini, walau nggak baru-baru banget, cocok buat kamu anak muda. Ibu Mah dibeliin hp Apel kroak sama Agus, dia pengertian banget ya, katanya gajian pertama! Lah ini yang hp jadul buat ibumu."

Anna menganga melihat smartphone yang mungkin harganya diatas satu juta. "Tapi ini bukannya sayang kalau dikasihin ke aku Bu?"

"Di sini nggak ada yang pake. Daripada rusak, sudah pake saja! Gini loh, kalau kamu punya hape, ibu jadi nggak susah-susah nyuruh agus ke rumahmu."

"Anna jadi nggak enak ngerepotin."

"Jangan malu, ibu juga perlu kabari kamu. Ini keluarga ibu anggota dewan, banyak acara yang pasti sering cari katering. Kalau dia suka masakanmu ini, kan kalau ibu ditanyai, bisa langsung kasih nomer kamu."

Mata Anna langsung bersinar. "Aamin ibu semoga mereka suka Ya Allah aamiin!"

Bu RT senyum mesem karena semangat Anna tiba-tiba. "Jangan kapok lho masak di tempat ibu. Ibu ini emang cerewet dari sononya!"

Anna mengangguk-angguk dengan mata berkaca-kaca. "Ibu baik banget."

"Jangan! Jangan sendu gitu! Sana pergi hus hus! Assalamualaikum."

"Walaikum salam Bu RT. Semoga Allah melimpahkan banyak kebaikan untuk Bu RT." Anna dengan begitu tersentuh.

"Hus! Hus ! Jangan kamu mewek di sini, sana!"

Anna senyum-senyum sendiri karena gaya menggusah bu RT seperti menggusah anak ayam. Dia melangkah cepat sambil memasukan ponsel ke dalam tas.

Begitu mengangkat wajah, Anna melihat Damar berdiri dengan bersandar di mobil sedan.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!