Korban Saudara Kembar

...****************...

Azka menemani Rani dan melayaninya sebaik mungkin, kalau orang luar yang melihat mereka memang akan mengira kalau keduanya adalah pasangan suami istri.

         " Kita akan kembali nanti setelah Dokter memastikan kalau kamu dan janin mu baik- baik saja. "

" Tapi...! "

" Tidak ada tapi- tapi'an Tiara, kamu nurut saja. Ingat, meskipun kita tidak punya hubungan apapun, tapi kamu juga harus ingat, bahwa janin yang kamu kandung itu adalah keponakan ku. "

Rani lagi- lagi hanya mengangguk, percuma saja Ia memaksa Pria itu karena apapun yang sudah di katakan nya tidak akan bisa di ganggu gugat.

Setelah di pastikan oleh Dokter kalau keduanya baik- baik saja, baik itu Ibu dan calon bayinya. Azka pun membawa pulang Rani, dengan hati- hati Azka membantu Rani masuk ke dalam mobil miliknya.

Sampai di rumah Rani di minta untuk istirahat saja, meski Rani mengatakan kalau Ia baik- baik saja dan ingin mengerjakan semua pekerjaan nya yang seharusnya Ia lakukan, namun Azka tetap meminta nya untuk istirahat saja.

        " Cukup Tiara, aku tidak ingin di bantah. Ingat ini semua demi kebaikan kamu, jangan lupakan kata Dokter. Jangan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting, kalau terjadi hal seperti ini lagi maka........

Rani langsung menunduk, tentu Ia pun tak ingin hal buruk terjadi. Meskipun janin itu hadir karena sebuah kesepakatan namun Rani berjanji akan merawatnya dengan baik.

       " Ya sudah kamu istirahat saja, aku akan kemari lagi nanti. "

***

Beberapa hari berlalu dan Rani mulai kembali beraktivitas seperti sebelumnya begitu juga dengan Azka, Ia mulai di sibukkan dengan rutinitas sehari-hari di kantor yang menghabiskan separuh waktu nya.

Tiba-tiba terdengar kegaduhan di depan pintu ruangannya, lalu kemudian pintu terbuka. Dua orang Pria masuk dengan raut wajah berbeda.

       " Maaf Pak, Pak Tedi memaksa ingin masuk. " Ucap seorang pria dengan wajah tertunduk.

" Tidak apa- apa Radit, kamu boleh pergi sekarang. "

Radit pun mengangguk dan undur diri dari hadapan kedua Pria itu, Azka menatap saudaranya itu dengan tatapan datar.

         " Ada apa Kakak kemari. " Tanya Azka.

Tiba-tiba tanpa berkata apa- apa, Tedi menghampiri nya dan melayangkan bogem mentah di wajah nya.

Azka langsung mengelus rahang nya yang terasa sakit, meskipun sakit Ia masih diam dan menunggu Tedi menjelaskan apa yang membuatnya tidak mampu menahan amarah dan dirinya menjadi sasaran.

       " Sudah puas, apa masih mau mukul. Ini masih ada pipi ku yang sebelah, atau bahkan nih, pukul lagi Kak. "

Azka menunjukkan pipi kirinya dan juga membusungkan dadanya pada Tedi. Nampak Tedi berusaha mengendalikan emosinya.

      " Aku tidak tau apa salah ku, Kakak datang- datang langsung menghakimi ku. Aku tau sejak dulu Kakak tidak menyukai ku dan aku selalu salah di mata mu. "

Brakkkkk !!!

Tedi mengepalkan tangannya dan menggebrak meja dengan sangat kuat, wajahnya memerah dan rahangnya mengeras.

         " Sejak kapan kamu menjadi seorang Pria bejat Azka !. " Suara Tedi menggema di dalam ruangan itu.

Untung saja ruangan itu kedap suara, kalau suara dari luar bisa terdengar namun tidak suara dari dalam ruangan itu sendiri.

Azka mengerutkan keningnya, menatap bingung pada apa yang baru saja di ucapkan Tedi.

          " Berani- berani nya kamu menghamili seorang perempuan tanpa menikahinya terlebih dulu. "

Suara Tedi masih meninggi, sedangkan Azka terkejut bukan kepalang. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Tedi semakin tersulut emosi ketika melihat Azka justru tidak bereaksi, malah tersenyum entah senyuman apa.

         " Kenapa, apa ada yang lucu. Kamu tau akibatnya, apa yang kamu lakukan ini. Semua akan membawa pengaruh buruk bagi keluarga dan juga perusahaan kita, apakah kamu tidak pernah memikirkan itu Azka. "

Azka memperbaiki melonggarkan kerah bajunya dan memilih duduk.

         " Aku tau apa akibatnya Kak, makanya aku akan segera menikahinya. "

Tedi menatap wajah Azka, melihat raut wajah adik tirinya itu. Entah mengapa Ia merasa tidak terima dengan keputusan Azka, ada rasa tidak nyaman tapi Ia pun tidak tahu karena apa.

Akhirnya masih dengan emosi yang membuncah Tedi pulang ke rumah, Ia mengendarai mobilnya dengan ugal- ugalan.

           " Andai kamu tau Kak, kalau itu adalah milik mu, darah daging mu sendiri. " Gumam Azka ketika Tedi sudah meninggalkan ruangannya.

Beberapa puluh menit berkendara akhirnya Tedi tiba di rumah, Ia memarkirkan mobilnya asal- asalan dan bergegas masuk kedalam rumah.

Terjadi kegaduhan langsung di dalam rumah mewah itu karena Tedi membawa kabar yang mencengangkan seluruh isi rumah tersebut.

Ketika mereka sudah berkumpul di ruang tengah, Tedi membagikan kabar tentang Azka. Sinta tidak terima kalau Tedi mengatakan hal buruk mengenai Putranya itu dan akhirnya terjadi perdebatan.

" Ibu tahu kalau dari dulu kamu tidak menyukai adik mu karena dia hanya adik tiri, tapi Ibu tidak suka kalau kamu menjelek- jelekkan dia di hadapan semua orang. Kita semua tahu bagaimana Azka, bahkan jodoh pun harus Ibu yang berusaha mencarikan nya namun tidak satupun yang Ia suka, lalu kamu datang dan mengatakan kalau Azka sudah menghamili seorang perempuan. "

Tedi pun mulai mendebat Ibu tirinya itu hingga membuat Gunawan sebagai kepala keluarga di buat pusing.

Pria itu tidak tahu harus berpihak pada siapa, yang satu anaknya dan satu lagi istrinya.

" Cukup !! Tedi, cukup kamu berdebat dengan Ibumu. "

Sinta tersenyum karena Gunawan membelanya, sedangkan Tedi tentu memilih diam, karena Ayahnya yang bicara.

" Buat kamu sayang, berhenti merasa kalau Azka di kucil kan di rumah ini. Selama ini tidak ada yang menganggap nya anak tiri, bahkan aku. Aku tidak pernah membedakan mereka berdua, jadi cukuplah berprasangka tidak baik seperti itu. "

Akhirnya baik Tedi maupun Sinta sama- sama diam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun.

Gunawan menghela nafas panjang, masalah ini harus segera di cari jalan keluar. Benar tidak nya harus segera di ambil tindakan.

" Tedi, apa benar dengan semua yang kamu katakan ini. "

Tedi mengangguk mendengar pertanyaan Ayahnya, sementara Sinta menatap itu tidak suka.

" Baiklah, lalu siapa wanita malang yang sudah mengandung darah daging keturunan kita itu. "

Tedi terdiam untuk beberapa saat, Ia menjadi bimbang. Apakah akan mengatakan nya atau tidak, namun atas desakan Gunawan akhirnya Tedi pun mengatakan siapa orang nya.

" Dia Tiara, wanita yang Ia bawa waktu itu. " Ucap Tedi akhirnya.

Sinta menatap Tedi lalu kemudian suaminya, tidak lama setelah itu Ia pun tersenyum.

" Kenapa tersenyum sayang. " Tanya Gunawan bingung.

" Nggak apa- apa Mas, kalau benar apa yang di katakan Tedi ya mau gimana lagi. Wanita itu sudah hamil dan bukankah Azka harus bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita harus menikahkan mereka secepatnya. "

Gunawan nampak manggut-manggut, Ia pun mengiyakan pendapat istrinya. Bagaimana pun juga keturunan mereka sudah hadir, meskipun sebelum pernikahan. Namun tentu keluarga itu tidak akan membiarkan keturunan mereka terlunta-lunta tanpa status yang jelas.

" Baiklah sayang, kamu undang lah mereka makan malam. Kita akan bicarakan ini baik- baik dan mencari jalan keluar yang terbaik pula untuk kedua pihak. "

Akhirnya keputusan pun di sepakati, mereka akan duduk dan membicarakan semua dengan kepala dingin.

...****************...