Hijrah Cinta Casanova

🌻🌻🌻🌻🌻 🌻

...HAPPY READING......

.

.

"Fira, kau... mau kemana?" tanya Zayn karena begitu dia melihat kearah belakang, Fira sudah menurunkan satu kakinya.

"Aku akan kembali ke kamarku," jawab Fira tetap tersenyum kecil. Padahal dihatinya terasa begitu nyeri.

"Kenapa? Bukannya aku sudah bilang bahwa kau akan tinggal di sini sampai luka di kaki mu sembuh?" Zayn langsung berjalan mendekati istrinya dan menatap gadis itu tajam.

"Aku tidak ingin membuat Mas tidak nyaman karena ada diriku. Lagian aku juga harus sholat dan berganti pakaian. Tidak mungkin aku tidur mengunakan gaun seperti ini." jawab Fira langsung membuang arah pandangan matanya.

Bila terus menatap Zayn, maka sudah pasti Fira akan menangis karena tidak bisa menahan perih dihatinya.

Namun, Zayn bukan orang bodoh dan dia bisa menebak apa yang membuat Fira tiba-tiba ingin kembali ke kamarnya.

"Ternyata dia bisa marah juga. Haa... ha... aku kira hanya diam saja ketika mendengar pembicaraanku dan Pak Handoko." gumam Zayn berjalan kearah pintu keluar dari kamarnya.

Akan tetapi setelah mau tiba di dekat pintu dia berkata lagi. "Diam disini, aku akan mengambil keperluan yang kau butuhkan."

"Tapi aku..." Fira tidak melanjutkan lagi ucapannya karena Zayn sudah menutup pintu kamar dan turun kelantai bawah untuk mengambil pakaian dan perlengkapan sholat buat istrinya.

Ceklek!

Suara pintu kamar Fira yang dibuka oleh Zayn. Lalu pemuda itu langsung berjalan kearah lemari baju sang istri. Ini adalah kali pertama dia membuka lemari baju Fira dan begitu terbuka. Zayn dibuat terperangah melihat pakaian Fira tidak banyak.

Hanya ada beberapa yang digantung pada hanger. Sisanya cuma dilipat biasa.

"Apakah dia tidak memiliki baju?" tanyanya pada diri sendiri. Tanpa berpikir jika selama menikahi Fira. Belum pernah memberikan gadis itu uang untuk membeli pakaian. Maupun sengaja membeli dengan inisiatif sendiri.

Padahal hampir setiap Minggu Zayn menghabiskan uang puluhan juta untuk diberikan pada wanita yang telah menghiburnya.

Sambil bergumam. Pemuda itu tetap melanjutkan niatnya mengambil pakaian untuk sang istri. Zayn memang tidak binggung untuk memilih baju apa. Soalnya saking tidak banyak memiliki pakaian. Zayn sampai hapal baju-baju sang istri.

Selama ini pemuda itu mengira jika Fira memiliki motif pakaian yang serupa. Namun, ternyata memang tidak memiliki begitu banyak baju.

"Ternyata besar juga." Zayn tergelak sendiri bagitu dia memegang Bra dan CD sang istri.

"Aku kira tidak sebesar ini." kembali bergumam dan mengelengkan kepalanya agar tidak memiliki pikiran tentang Fira.

Akan tetapi saat dia mau menutup pintu lemarinya. Mata Zayn melihat ada sebuah buku diary dan pena di tengah-tengah rak lemari diatas tempat perlengkapan barang-barang pribadi istrinya.

"Buku diary!" ucapnya mengambil buku tersebut. "Kira-kira apa yang dia tulis? Tentang pacarnya atau tentang niatnya untuk menguras hartaku?" bukan Zayn namanya bila tidak selalu berprasangka buruk pada Shafira.

Tidak ingin membuang kesempatan. Pemuda itu dengan lancang membawa buku kecil tersebut kearah ranjang tempat tidur dan duduk disana untuk membacanya.

Ya, Zayn penasaran degan buku kecil tersebut. Dia ingin tahu apa rencana Fira bila berhasil meluluhkan hatinya, dan juga siapa laki-laki yang menjadi kekasih sang istri.

"Untuk apa dia menyimpan buku seperti ini bila tidak ada tulisan." seru Zayn karena ternyata buku tersebut kosong. Namun, karena dia terus membuka lembaran-lembaran kertas tersebut.

Akhirnya dia menemukan sebuah lukisan gambar yang hanya dibuat dengan alat menggambar biasa.

...Dear... Shafira Sakina Mecca....

..."Menunaikan ibadah Haji dan Umroh, bukankah untuk orang yang mampu. Tapi untuk orang yang mau. Berapa banyak orang yang mampu. Tapi mereka tidak mau datang ke sana. Namun, begitu banyak pula orang yang tidak mampu dari segi ekonomi. Tapi mereka bisa ke sana."...

Tulis Fira di atas gambar dua orang. yang saling merangkul mesra melihat kearah Kakbah. Yaitu satu laki-laki dan satu perempuan. Pertanda jika pasangan tersebut adalah yang sudah halal.

..."Ya Allah... jika aku diberikan kesempatan. Aku ingin menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima. Namun, aku ingin datang ke sana bersama suamiku."...

Deg!

Hati Zayn merasa tersentuh karena membaca niat baik istrinya.

Ternyata Fira mulai menulis setelah di pertengahan lembaran buku tersebut. Lalu Zayn yang semakin penasaran. Kembali lagi membaca paragraf berikutnya.

..."Tenanglah! Tak perlu iri, karena kita sudah punya porsi masing-masing. Sebab hidup yang terlihat mewah, belum tentu benar-benar indah. Percayalah waktu Allah itu selalu tepat, karena itu nantikan lah dia dengan sabar."...

Zayn kembali melanjutkan bacaannya.

..."Hati itu sangat mahal, kenapa ia mahal dan berharga? Jawabannya adalah karena disitulah Allah melihat kita bukan karena rupa. Namun, dari ketulusan hati manusia itu sendiri."...

"Rupanya dia suka menulis pada buku seperti ini." ucap Zayn tersenyum kecil dan kembali lagi membaca buku diary tersebut. Padahal datang ke sana hanya untuk mengambilkan keperluan sang istri.

..."Jadi jangan pernah membandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain. Sebab tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan. Mereka akan bersinar saat waktunya tiba."...

Zayn yang tidak terlalu suka membaca. Tiba-tiba saja duduk diam dipinggir ranjang tempat tidur hanya untuk membaca tulisan tangan istrinya.

..."Ketika aku rapuh, ku kira semua akan runtuh. Namun, ketika aku kuat, ternyata kuasa Allah begitu dahsyat dan sangat dekat. Begitu banyak amal kecil menjadi besar, karena niat dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil juga karena niat. Jadi lakukanlah semuanya semata hanya karena Allah."...

Entah untuk siapa Fira menuliskan semua kata-kata tersebut. Namun, Zayn merasa begitu tertarik untuk terus membacanya.

..."Ya Allah... Jadikanlah hari ini sebagai pembuka pintu rezeki dan keberkahan. Pintu kebaikan, pintu kesabaran dan juga pintu kekuatan. Pintu kesehatan maupun keselamatan dunia dan akhirat. Yaitu pintu surga bagi kami semua."...

"Semua? Siapa yang dia do'akan? Apakah aku juga termasuk didalam do'anya?" gumam Zayn sebelum melanjutkan lagi membaca buku tersebut.

..."Meskipun tidak mudah untuk menjaga, maupun memuaskan hati orang lain. Akan tetapi berusaha agar tidak menyakiti hatinya itu akan jauh lebih baik. Ketahuilah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, karena apabila ingin merubah diri. Semuanya adalah niat dari hati kita sendiri."...

"Apakah sebetulnya dia sedang mengatai ku?" tebak pemuda itu tiba-tiba memiliki perasaan tidak enak. Akan tetapi dia tetap melanjutkan membaca lagi.

..."Ya Allah, tolong berilah ke lapangan hatiku. Agar tidak ikut menyakiti hatinya. Walaupun hatiku telah disakiti oleh perkataan kasarnya. Meskipun sangat sulit untuk di jalankan. Namun, jika hati yang memaksanya untuk bisa memaafkan semuanya. Maka pasti tidak akan sulit."...

"Agh, benar! Fira menulis dibuku ini pasti karena ingin mengatai ku." ucap Zayn berdiri dari tempat duduknya kerena tidak terasa sudah tiga lembar dia membaca buku diary sang istri.

"Astaga! Kenapa aku malah lupa dengan tujuanku datang ke mari." seru si Casanova itu mengambil pakaian Fira dan juga mukena yang sudah dia siapkan. Lalu Zayn pun keluar dari sana. Akan tetapi dia tidak mengembalikan buku diary Shafira ke dalam lemari.

Melainkan dibawanya naik kelantai atas. Tapi tentu saja dia menyembunyikan buku tersebut karena Zayn masih ingin membacanya.

Entah mengapa dia sangat menyukai setiap kata-kata yang dituliskan pada buku itu.

Kleeek!

"Mas," seru Fira ketika mendengar pintu kamar dibuka dan ditutup kembali oleh Zayn.

"Mas dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Fira yang sudah hampir meninggalkan kamar itu.

"Dari menerima telepon. Ini pakaianmu. Ayo biar aku bantu jika kau ingin ke kamar mandi. Tapi ingat, lukanya tidak boleh sampai terkena air." jawab Zayn membuat Fira menyergit aneh karena ponsel Zayn masih ada di ujung kakinya.

...BERSAMBUNG......