Hammer Of Judgment

Keesokan harinya, pukul sepuluh pagi, kami berada di taman hiburan. Suasana ceria dan riang memenuhi udara, dengan berbagai wahana dan atraksi yang menarik di sekitar kami.

Kami berjalan-jalan di antara kerumunan pengunjung, menikmati kegembiraan dan keseruan yang ditawarkan oleh taman hiburan ini. Kami tertawa dan berteriak kegirangan saat mencoba wahana-wahana menegangkan seperti roller coaster dan permainan adrenalin lainnya.

Kami juga mencoba permainan karnaval, seperti menembak balon, memenangkan hadiah, dan menikmati makanan ringan yang tersedia di sekitar taman hiburan. Setiap momen kami di taman hiburan ini dipenuhi dengan kebahagiaan dan kenangan yang tak terlupakan.

Kami berdua menikmati waktu yang kami habiskan bersama, saling mendukung dan berbagi tawa. Taman hiburan ini memberikan kami kesempatan untuk melupakan kekhawatiran sejenak dan hanya fokus pada saat ini, menikmati setiap detik kebersamaan kami.

Saat matahari semakin tinggi di langit, kami duduk di bangku taman hiburan, menikmati pemandangan dan suasana yang riang. Kami merasa bahagia dan bersyukur atas momen ini, merasa bahwa persahabatan kami semakin kuat dan berharga.

Kami tahu bahwa saat ini adalah momen yang akan kami kenang selamanya. Kami berfoto bersama, mengabadikan momen kebahagiaan kami di taman hiburan ini. Senyum di wajah kami mencerminkan kegembiraan dan rasa syukur kami atas pengalaman yang luar biasa ini.

Pukul sebelas malam, kami meninggalkan taman hiburan dengan hati yang penuh kegembiraan dan kenangan yang indah. Kami berjalan pulang dengan langkah ringan di jalan komplek yang sepi, menyusuri jalanan yang diterangi oleh lampu jalan yang redup.

Suasana tenang dan hening memenuhi udara di sekitar kami. Kami berdua saling berjalan berdampingan, menikmati momen kebersamaan kami setelah sehari yang penuh dengan kegembiraan di taman hiburan.

Kami berbicara dengan suara pelan, saling berbagi cerita tentang momen favorit kami di taman hiburan, tertawa kecil saat mengingat kejadian lucu yang terjadi. Tidak ada kekhawatiran atau tekanan yang mengganggu saat ini, hanya kebersamaan dan kebahagiaan yang kami rasakan.

Di sepanjang jalan yang sepi, kami menikmati keindahan malam dengan langit yang dipenuhi bintang. Udara yang segar dan sejuk menyentuh wajah kami, memberikan rasa ketenangan dan kesejukan.

“Makasih, Erina!” Ujar Arvin sambil tersenyum.

Aku tertawa kecil mendengar ucapan itu. “Aku senang kamu menik—”

Namun, sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, Arvin tiba-tiba menghentikan gerakanku dengan tangannya. Dia menatap tajam ke depan, membuatku juga melihat apa yang ada di hadapan kami.

Aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat. Seorang pria berpakaian hitam tebal berdiri di depan kami, di bawah sinar lampu jalan, sambil memegang sebuah palu.

“Wah, wah, wah. Nona cantik, sebaiknya kamu menjauh dari pria itu. Dia adalah seorang penjahat” ucap pria itu dengan nada mengancam, membuatku bingung dengan perkataannya.

“Siapa kau? Apa yang kau inginkan dari kami?” Tanya Arvin dengan suara tegas.

“Aku akan memberikan palu penghakiman padamu atas nama Hammer of Judgment” ujar pria itu dengan nada sombong. “Tenang saja, aku akan merawat nona itu dengan baik” tambahnya sambil tersenyum sinis.

Pria itu tiba-tiba berlari ke arah kami dengan palu diangkat tinggi-tinggi, bersiap untuk memukul Arvin. Namun, sebelum pria itu bisa melancarkan serangannya, Arvin dengan cepat menendang dagu pria itu sehingga membuatnya terlempar ke belakang dan akhirnya jatuh pingsan.

“Eh?” Ucapku dan Arvin serentak.

“Apa benar dia HoJ? Dia sangat lemah” ucapku dengan rasa heran.

“Entahlah, mungkin saja dia palsu” jawab Arvin dengan keraguan.

“Yah, aku setuju” sahutku sahutku dengan rasa setuju.

Mengingat orang tersebut telah melakukan berbagai pembunuhan brutal dan bahkan menyerang CEO perusahaan ternama di tempat kerjanya sendiri, terasa tidak mungkin bahwa dia bisa kalah dengan begitu mudah. Hal ini menegaskan dugaan kami bahwa pria tersebut adalah seorang peniru atau palsu.

Kami segera menghubungi polisi setelah kejadian tersebut. Beberapa menit kemudian, petugas polisi tiba di tempat kejadian. Kami memberikan mereka detail lengkap tentang insiden yang terjadi, termasuk deskripsi pria yang menyerang kami.

Petugas polisi dengan cermat mencatat semua informasi yang kami berikan. Mereka menanyakan pertanyaan tambahan untuk memastikan bahwa mereka memiliki semua informasi yang diperlukan untuk menyelidiki kasus ini.

Setelah memberikan laporan kepada polisi, kami merasa sedikit lebih tenang. Kami tahu bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk menangani kasus ini dan melacak identitas sebenarnya dari pria yang menyerang kami.

Pukul dua belas malam, setelah proses melaporkan kejadian selesai, kami akhirnya sampai di rumah. Rasa lelah yang menyelimuti kami begitu terasa.

Kami memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing dan bersiap untuk tidur. Aku masuk ke kamar dengan langkah yang berat, merasakan kelelahan yang melanda tubuhku.

Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur dengan perlahan, merasakan kenyamanan yang ditawarkan oleh tempat tidur. Pikiran dan perasaan yang rumit akhirnya mulai mereda seiring dengan rasa kantuk yang menghampiri.

Perlahan-lahan, aku merasakan diriku terlelap, membiarkan kelelahan itu membawa aku ke dalam alam mimpi yang damai. Pikiran tentang kejadian tadi perlahan menghilang, digantikan oleh ketenangan dan kedamaian.