PERJODOHAN TERPAKSA

"Anjing ya Lo? minggir gak! Gue bukan mau ketemu kembaran monyet macem Lo! Gue mau ketemu Brayen, jadi gak usah jadi penghalang cinta gue deh!" ujar Davina yang begitu emosi, menghadapi Inyong, yang memang selalu membuat nya darah tinggi, sebenarnya anak-anak Sanggellastar juga selalu membuat Davina marah, karena mereka semua seakan melarang Davina untuk mendekati Brayen.

"Gak usah nyebut kembaran monyet Lo nenek sihir! Muka Lo aja mirip Dugong, pake belagu deketin Brayen, yang kaya pangeran! idih! Gak punya malu Lo?" sahut Inyong, yang tak mau kalah sama sekali.

"BRAYEN! TOLONGIN AKU YEN! AKU DIHADANG SAMA MONYET!" Davina yang ingin ke Brayen, langsung berteriak dengan kencang, agar Brayen bisa mengetahui, bahwa disini ada dirinya.

.

"Yen Lo di samperin cewek Lo noh" ucap Darka.

"Bukan cewek gue sialan!" sahut Brayen, yang sangat jijik jika Davina dikatakan cewek nya.

"Mending Lo samperin dulu Yen! Berisik tuh cewek, kalo belum ketemu Lo" usul Tonggar kepada Brayen, dan Brayen seketika langsung menatap tajam ke arah Tonggar, udah tau Brayen berusaha menjauh dari Davina, ini Tonggar malah menyuruh nya, untuk bertemu cewek macem Davina, yang muka nya sebelah dua belas dengan nenek sihir.

"Lo aja sana!" jawab Brayen dengan wajah yang begitu datar.

.

Inyong terus berusaha menghadang Davina, yang terus mendorong nya, karena ingin masuk kedalam, sehingga mereka berdua kini tampak bermain dorong-dorongan.

"Pulang gak Lo? Lagian ngapain si? Ngejar-ngejar Brayen terus! Udah tau, Brayen udah nikah" ucap Inyong dengan kekesalan nya, yang sudah naik pitam.

"Gue gak peduli! Mau Brayen udah nikah ataupun belum! Brayen itu akan tetap jadi milik gue, dan Lo? minggir babi!" jawab Davina, yang tak peduli akan status Brayen, Davina memang mengetahui, bahwa Brayen sudah menikah, namun Davina tak peduli akan hal itu!

"BRAYEN BANTU GUE DONG! ANJING GUE LEPAS NIH" Inyong pun langsung berteriak, meminta bantuan, karena jika terus meladeni Davina yang tak ada habis nya, itu hanya membuat nya lelah, sehingga membuat Inyong berteriak, meminta bantuan kepada Brayen, karena Brayen lah yang membuat cewek seperti Davina ini ngejar-ngejar.

.

Brayen yang mendengar teriakan Inyong, hanya merasa bodo amat, sungguh Brayen itu sedikit trauma didekati cewek seperti Davina, yang begitu terobsesi kepada nya, apalagi wajah Davina itu macem tante-tante, membuat Brayen tak mau melihat wajah nya, karena serem, dandanan nya melebihi badut.

BRAK!

Anak-anak Sanggellastar langsung terkejut, saat mendengar bunyi pintu yang terbanting dengan kuat.

"Woy nyong, Lo berhasil gak usir tuh hantu?" tanya Darka kepada inyong.

"Dia masuk anjir! Tenaga nya kuat bangat" jawab Inyong, karena Davina sudah berhasil masuk, apalagi Davina dengan cerdik nya, menarik rambut Inyong, sehingga membuat Inyong kalah.

.

"Sayangg?? Aku kangen bangat sama kamu! Kok kamu jahat bangat si? Malah buat aku di kucilkan sama monyet sialan itu?" Davina yang sudah masuk, dan langsung bergelayut manja di lengan Brayen, dan itu tentu nya membuat Brayen langsung menatap nya dengan tajam.

"Lepas bangsat! Lo siapa si?" sentak Brayen, penuh dengan emosi kepada Davina.

"Aku calon istri kamu lah! Kita kan udah lama Deket" jawab Davina yang mengada-ada, rasa malu Davina ini, seperti nya sudah hilang jika sudah bertemu dengan Brayen.

Anak-anak Sanggellastar yang melihat Brayen di tempeli Davina, kini mereka hanya bisa menertawakan nasib Brayen, karena mereka pun susah menahan gadis seperti Davina, yang seperti ulat keket jika suka dengan orang lain.

"Mending panggil bini asli Lo Yen! Biar tuh nenek sihir menjauh" ucap Galen dibarengi oleh kekehan singkat nya.

"Dia gak akan peduli!" sahut Brayen ketus.

"Buset parah bener? Daripada lo di tempeli tuh cewek gak jelas! Lebih baik bilang istri Lo aja, pasti dia peduli kok Yen!" timpal Inyong, dan Brayen tak menjawab nya, karena Brayen sedang mendorong tubuh Davina, terus menerus.

"Gak usah ganggu gue bangsat!" Brayen berkali-kali terus menyentak Davina, namun Davina tak mendengar kan nya sama sekali, bahkan Davina malah terus bergelayut dengan erat di lengan Brayen.

"Ih kamu kenapa si sayang? Aku suka sama kamu udah lama loh? Aku juga suka sama kamu, itu tulus! tapi kenapa si? Kamu selalu nolak aku? kurang aku itu apasi?" ucap Davina dengan lirih.

"KURANG SEMUA NYA!" Brayen tak menjawab, melainkan Inyong yang langsung menjawab dengan sangat keras, dan itu membuat Davina menatap Inyong kembali kesal.

"Diam Lo ubur-ubur sawah, gue itu gak ada urusan nya sama Lo!" ketus Davina kepada inyong.

Dan anak-anak Sanggellastar kembali tertawa, namun kali ini menertawakan Inyong.

"Padahal Lo berdua cocok, kenapa harus suka Brayen si dav?" ucap Darka sembari tertawa kecil.

Mata Inyong langsung membolak, dan bulu tubuh nya seketika berdiri, apa tadi kata Darka? Inyong dan Davina cocok? Demi langit dan bumi, Inyong sangat merinding mendengar nya!

"Najis amit-amit anjir! Muka dia kaya dedemit, cocok sama gue yang ganteng?" jawab inyong yang langsung amit-amit.

"Lo kata? Lo aja yang amit-amit? Gue juga kali! Najis, muka mirip entok jepang, belagu Lo" sambung Davina yang sudah merasa sangat kesal kepada inyong, ingin rasa nya Davina menjambak rambut Inyong, namun selalu terhalang.

"Gue pulang!" pamit Brayen, yang sudah males melihat davina, si cewek yang sangat terobsesi pada nya..

"Sayang mau kemana si? Kok pulang! nanti aja si yang?" tahan Davina kepada lengan Brayen.

"Yang-yang gigi Lo monyong! Muka kaya tempek orek, mending nyerah deh! Heran gue ngejar bangat si Brayen loh!" timpal Tonggar kepada Davina, karena Tonggar juga yang melihat Davina seperti itu, betul-betul sangat risih, karena selalu menempel dengan Brayen.

.

Brayen dengan cepat langsung menyikut tangan Davina, dan langsung mendorong tubuh Davina, setelah lepas dari tangan Davina, Brayen pun langsung keluar dari markas nya, karena ini juga sudah cukup malam, mungkin saja Berlyn menunggu nya dirumah, pikir Brayen.

Brum!

Motor sport Brayen kini sudah melaju, meninggalkan pekarangan markas perkumpulan nya, dengan Brayen yang langsung menancap kan gas motor nya, dengan kecepatan di atas rata-rata, sehingga membuat rambut Brayen yang tak memakai helm, kini berkibar dengan mempesona.

"Itu bukan nya bini gue? Dia kok ada disini?" namun saat Brayen Melawati warteg malam, tak sengaja mata Brayen menangkap sesosok istri nya, yaitu Berlyn, yang sedang duduk di dekat warteg malam, dan Tampa berlama-lama Brayen langsung menuju ke arah warteg tersebut.

"Berlyn!" panggil Brayen kepada Berlyn, dan itu memang Berlyn.

Berlyn yang sedang diam, langsung terkejut, karena merasa kaget, akan Panggilan namannya, yang begitu tiba-tiba.

"Lo?" sahut Berlyn kepada Brayen yang sudah berada di dekat Berlyn.

"Ngapain Lo disini?" tanya Brayen langsung.

"Beli semen!" sahut Berlyn dengan ketus, apa Brayen buta? Udah tau Berlyn sedang berada di warteg.

"Ckk! Ini udah malam, kenapa Masi keluyuran hmm?" tanya Brayen dengan geram.

"Gue laper, tadi habis pulang dari rumah mamah" jawab Berlyn.

"Kenapa gak bilang gue kalo Lo laper? Kan bisa gue beliin Lyn! ini udah malam!" omel Brayen kepada Berlyn, karena Brayen takut, terjadi apa-apa kepada Berlyn.

"Ckk! Lagipula gue bisa beli sendiri kok! Ngapain harus minta tolong Lo?" jawab Berlyn sembari menggulir kedua mata nya.

"Naik apa kesini?" tanya Brayen lagi, kali ini suara Brayen terlihat tak bersahabat, apalagi melihat pakaian Berlyn, yang hanya pakai daster tipis, sehingga membuat lekuk tubuh Berlyn terlihat.

"Motor" jawab Berlyn singkat.

"Kenapa gak pakai mobil gue hmm? Kenapa harus pake motor? udah mana pake baju tipis, mau menggoda orang Lo?" tanya Brayen yang sudah kesal kepada Berlyn.

Berlyn langsung menatap Brayen dengan tajam, maksud Brayen berbicara seperti itu, apasi?

"Bicara apa si Lo? Gak jelas tau!" jawab Berlyn ketus.

"Baju Lo tipis! Tadi kan udah gue bilang, gak boleh pake baju terbuka! Dan ini Lo gak nurut sama ucapan suami Lo sendiri?" tukas Brayen, tangan Brayen bahkan mengepal erat, karena emosi kepada istri nya ini.

Berlyn kali ini tak menjawab, melainkan hanya terdiam, sebenarnya Berlyn melupakan ucapan Brayen itu, karena perut Berlyn sudah begitu laper, jadi Berlyn hanya memakai baju asal.

"Ayo pulang!" tarik Brayen kepada tangan Berlyn.

"Brayen Lo apaansi? Gue lagi nunggu makanan gue" tolak Berlyn yang langsung menyentak tangan Brayen kasar.

"Gue gak suka ya! tubuh Lo di tatap pria lain Berlyn!" ucap Brayen dengan suara berat dan legam nya.