NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Hoc Est Homo] Parte 003

...* * *...

Anak laki-laki kecil yang memakai suit rapi dan rambutnya disisir klimis itu membenci pesta, itu yang dapat disimpulkan karena dari tadi dia duduk sendirian di kursi pojok ruangan. Wajahnya yang datar, memandang sekeliling ruangan sambil sesekali meneguk jus anggur dengan kedua tangannya.

Orang-orang sedang berdansa.

Ayahnya, Ibunya, Bibi dan Pamannya, dan orang-orang yang tidak dia kenal lainnya. Karena musik yang lembut tapi sesak sedang mengalun sekarang.

Dia ingin pulang, dia benci pesta, karena dia benci keramaian. Dan karena dia benci ditinggal sendiri seperti ini.

"Hmm…"

Si Rambut Klimis kecil terkejut, tiba-tiba dia melihat anak perempuan bergaun maroon melongok melihatnya yang sedang tertunduk. Anak lelaki itu langsung tegak, diikuti si gaun Maroon.

"Jangan bersedih, ini kan pesta." Katanya lalu tersenyum.

Si rambut klimis tertegun. Dia tidak pernah melihat orang dengan wajah secantik ini. Rambutnya indah, dikepang kedepan, dihiasi bunga yang anak laki-laki itu tidak tahu namanya.

"Aku, aku benci pesta." jawab si anak laki-laki itu sambil meneguk jus anggur lagi dengan kedua tangannya.

"Aku juga benci kok." Jawab si gaun Maroon kalem.

"Tapi karena kita sudah disini, rugi kalau kita sendirian. Aku temani ya? Ya? Ya?"

"Kau juga sendirian,"kata si rambut klimis seolah-olah bilang kalau sebelum mengomentari orang lain, lihat dirimu sendiri.

Si Maroon tertawa. "Makanya… aku kesini. Supaya tidak sendirian lagi."

...* * * ...

"Kau serius? Ada hal seperti itu didunia?" Anak laki-laki berambut klimis itu tertawa, diikuti si gaun Maroon. Lihatlah, ini baru beberapa jam, tapi entah apa yang membuat dua anak kecil itu tampak begitu menemukan satu sama lain.

"Aku serius." Mata si Gaun Maroon berbinar

"Makanya, aku ingin ke suatu tempat itu. Tempat yang luas sekali, dimana bintang-bintang benar-benar kelihatan seperti butiran gula halus." membuat si rambut klimis kecil tersenyum, tapi kemudian dia menggeleng.

"Haha, aku tidak mau. Aku benci kerumitan. Mending aku diam dirumah dan membaca buku." Jawabnya disambut dengan decakan si gaun Maroon.

"Itu tidak rumit." Ucap si gaun Maroon menggelembungkan pipinya kesal.

"Itu rumit." Putus anak laki-laki itu kaku.

Si Gaun Maroon menghela nafasnya. Dia tampak berpikir sambil melihat si rambut klimis dari ujung kaki sampai kepala.

"Baiklah," putusnya

"Kalau begitu kau akan butuh aku. Aku bisa membuat segalanya menjadi tidak rumit, aku jagonya." Si Gaun Maroon tersenyum sambil mengangguk-angguk, membuat si anak laki-laki menatapnya antara tak mengerti dan heran.

"Aku janji. Kalau suatu saat kita bertemu lagi." Katanya lagi.

Si Gaun Maroon itu lalu melepaskan kalung yang dia pakai, menyerahkannya pada Si anak laki-laki yang masih terheran-heran. Tapi si anak laki-laki itu melihatnya juga. Kalung dengan liontin berbentuk bunga mawar, indah sekali ditimpa kerlip lampu.

"Indah bukan? Aku memberikannya padamu. Suatu saat kalau kita bertemu lagi, aku akan memintanya. Dan kita akan menepati janji kita masing-masing. Kau harus menemukan tempat itu, Ya, ya?"

"Kenapa mawar?"

"Karena aku suka mawar. Mawar itu merah. Aku suka merah."

"Kim Jungwoo!" tapi tiba-tiba suara berat seseorang membuat si Gaun Maroon terlonjak. Si anak laki-laki dalam sepersekian detik merasakan tangannya dicengkeram erat.

"Kau, mau menyembunyikan aku sebentar? Aku tidak ingin pulang, aku ingin disini." Nadanya terdesak.

"Eh? Tapi kenapa?" Si anak laki-laki itu tampak benar-benar heran.

"Kumohon—"

"Jaehyun, ah itu anak kami." Dalam waktu singkat setelah itu, anak laki-laki itu mendengar suara ibunya. Dia melihat berkeliling dan menemukan ibunya tidak seberapa jauh darinya melambai kearahnya. Mengisyaratkan supaya anak laki-laki itu segera kesana.

"Aku… maksudku, Ibuku memanggilku." Si anak laki-laki itu bingung menatap si gaun Maroon yang tampak ketakutan.

Si Gaun Maroon terdiam, membiarkan si anak laki-laki berjalan mendekati ibunya. Terakhir kali anak laki-laki itu menoleh, dia menemukan wajah si Gaun Maroon yang seperti ingin menangis.

Kesepian.

Ketakutan.

Dan si anak laki-laki itu belum tahu, kalau dia tidak akan bisa melupakannya sepanjang hidupnya. Dan dia akan setengah mati menyesalinya esok hari.

...* * * ...

Jaehyun mengerjapkan matanya, dia bangkit duduk dan menggelengkan kepalanya cepat. Ia melihat sekeliling dan menyadari dia sedang berada ditaman belakang tempat dia dan Jungwoo biasanya menghabiskan waktu.

Matahari sudah akan tenggelam, menimbulkan semburat jingga di kaki langit. Dan Jaehyun,

Bisa-bisanya!

Ini adalah kali pertama setelah tujuh tahun dia memimpikan gadis kecil itu lagi. Ekspresinya malam itu, dan betapa Jaehyun menyesali apa yang dia lakukan.

Kebakaran hebat melanda mansion  keluarga Kim. Akibat kebakaran ini, satu keluarga yang terdiri dari lima orang meninggal dunia di tempat.

Kata-kata di Koran yang Jaehyun baca pagi berikutnya membuat dia ketakutan. Dia tidak bisa melupakan ekspresi gadis itu yang memintanya untuk tinggal sebentar lagi.

Jaehyun sadar, walaupun dia tinggal lebih lama, walaupun dia menemani gadis itu dan menyembunyikannya dari sumber ketakutannya, dia tidak akan punya kekuatan untuk menghentikan kebakaran itu.

Tapi tetap saja, Jaehyun tidak bisa melupakan gadis itu. Dimana gadis itu sekarang? Apa gadis itu selamat dari kebakaran itu? Yang Jaehyun tahu, nama gadis itu adalah Kim Jungwoo. Dan dia perempu—

"Nnhhn…"

Jaehyun mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara aneh tertahan dari belakang.

Jaehyun mengendap mengitari pohon dan tertegun ketika melihat Jungwoo sedang—

"Bodoh, apa yang kau pegang… uhnghn—" Jungwoo mengerang, kata-katanya terputus oleh sebuah ciuman dari laki-laki yang tidak pernah Jaehyun tahu.

Jaehyun buru-buru menarik kepalanya dan melangkah ketempatnya yang tadi. Ia meneguk ludahnya dan mulai berpikir tentang sesuatu dikepalanya.

Nama Kim Jungwoo di Korea itu bisa dihitung. Jadi kalau Jungwoo tidak punya saudara perempuan, mungkin saja… mungkin saja kan…

Jaehyun menggeleng lagi lebih kuat. Tidak! Gadis bergaun Maroon itu jelas-jelas perempuan.

Tapi tadi, lihatlah Jungwoo, dia… di satu kesempatan, dia bisa saja terlihat begitu—yah, begitu cantik seperti perempuan.

"Jaehyun?"

Jaehyun terlonjak kaget ketika suara Jungwoo memanggilnya. Entah sudah berapa lama, sekarang laki-laki itu sudah berada didepannya.

"Kau sudah bangun?" tanyanya.

Jaehyun mengangguk dengan canggung, tidak mau menatap Jungwoo yang rambutnya masih setengah acak-acakan. Jungwoo lalu terkekeh.

"Kau melihatku berciuman dengan lelaki tadi?" tanya Jungwoo, duduk disamping Jaehyun yang segera menggaruk kepalanya.

"Yah, sedikit. Laki-laki tadi sudah pulang?" akhirnya Jaehyun memutuskan untuk tidak peduli sama sekali.

"Sudah. Kau tahu dia? Eunwoo. Dia ketua klub musik sekolah ini, yang akan memimpin konser musik bulan depan."

"Oh? Jadi kau sekarang berpacaran dengannya?" tanya Jaehyun lagi, membuat Jungwoo tertawa.

"Tidak, hanya main-main. Sudahlah, kau tidak pulang? Matahari sudah akan tenggelam." Jungwoo berdiri, membuat Jaehyun juga berdiri.

Jaehyun kemudian melihat matahari dan tampak berpikir. Sudah akan malam, huh? Dan pemuda itu setiap hari pulang jam segini?

"Aku mengantarmu kerumah." Putus Jaehyun membuat Jungwoo menoleh.

"Eh? Kenapa?"

Jaehyun berdecak. Ini sudah akan malam, dia tidak mau Jungwoo berjalan sendiri malam-malam.

"Sudahlah, pokoknya aku mengantarmu. Tapi jangan salah paham, setelah mengantarmu aku akan langsung pulang." Tambah Jaehyun, takut jika dia disangka ingin masuk ke rumah pemuda itu atau apa.

Jaehyun mendahului berjalan. Tapi ketika 5 langkah ia belum mendengar suara langkah Jungwoo, dia akhirnya menoleh kebelakang, hanya untuk melihat Jungwoo yang sedang melongo.

"Ayo!" sahut Jaehyun.

...* * *...

Mereka berjalan dalam diam.

"Kenapa tiba-tiba kau mengantarku pulang?" suara Jungwoo memecah keheningan, dia berjalan bersisian dengan Jaehyun yang dari tadi tidak mengucapkan satu kata pun.

Jaehyun menatap lurus jalan, sedangkan Jungwoo lebih memilih untuk memperhatikan lampu-lampu yang mulai menyala.

"Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, ini sudah malam." Jawab Jaehyun singkat dan langsung membuat Jungwoo berdecak.

"Aku terbiasa pulang malam. Bahkan hampir setiap hari aku pulang malam."

"Ya biasanya kan tidak ada aku. Sekarang ada, jadi kau harus kuantar."

Masih sama, jawaban yang singkat. Tapi kali ini Jungwoo berhenti berjalan dan menatap Jaehyun tidak habis pikir.

Sadar diperhatikan, Jaehyun ikut berhenti.

"Apa?" tanyanya pada Jungwoo yang ada di beberapa langkah dibelakang.

"Jaehyun, apa kau sadar apa yang kau lakukan?" tanya Jungwoo, membuat Jaehyun mengernyitkan dahi.

Jungwoo langsung menghela nafas lelah.

"Jaehyun, aku ini laki-laki. Semalam apapun aku pulang, aku bisa menjaga diri."

"Jadi aku salah mengantarmu pulang?" tanya Jaehyun mengangkat alisnya.

"Kau ini aneh." Jungwoo melanjutkan jalannya.

"Kau sedang tidak melakukan pendekatan denganku kan?" Jungwoo sedikit bercanda.

"Tidak."

Jungwoo mendengus. Ya, tentu saja ia sudah tahu. Laki-laki yang berjalan disebelahnya ini bukan seperti laki-laki yang pernah 'menggunakan'nya. Laki-laki yang berjalan di sebelahnya ini jauh lebih rumit daripada itu.

Ironis sekali, padahal dia membenci kerumitan.

"Jungwoo, aku boleh tanya satu hal padamu?"

Jungwoo mendengar suara Jaehyun dari sebelahnya. Suara yang cukup lembut kalau kau mau mendengarnya di kesunyian seperti ini.

"Kalau tentang apa aku punya saudara perempuan lagi, aku tidak mau jawab."

"Ini tentang bunga kesukaanmu." Potong Jaehyun, membuat Jungwoo mengedipkan matanya kurang percaya.

Bunga kesukaan katanya? Untuk apa?

"Kau paling suka, bunga apa?"

Jaehyun meneruskan jalannya sambil menunggu Jungwoo menjawab pertanyaannya.

Mungkin kedengarannya sedikit gila, tapi Jaehyun setengah mati berharap kalau jawabannya itu…

"Mawar."

Jaehyun berhenti berjalan tepat ketika Jungwoo menjawabnya. Seperti membeku.

"Omong-omong rumahku yang ini, eh, Jaehyun?"

Jaehyun tidak menghiraukan Jungwoo yang terheran-heran menatapnya. Entah Jungwoo menyadarinya atau tidak, Jaehyun sekarang sedang mengangkat sudut bibirnya tipis.

Wajah yang seperti perempuan itu. Kim Jungwoo. Kata-katanya tentang kerumitan hidup. Dan Mawar. 4 kunci. Sudah empat!

Ternyata memang orang ini, kan? Entah bagaimana ceritanya 7 tahun lalu dia bisa memakai gaun Maroon itu, Jaehyun tidak peduli. Yang jelas, malam itu 7 tahun lalu, dia selamat. Dia tidak sedang berada di surga sekarang, karena dia ada di hadapannya.

Jaehyun berjalan mendekat sampai jaraknya dengan Jungwoo hanya dua langkah.

Malam ini malam yang sunyi. Tidak ada saksi satu pun ketika Jaehyun mengangkat tangannya dan membelai rambut Jungwoo dengan lembut.

"Masuklah. Sudah malam." Ujarnya, dan siapapun yang melihat pasti tidak percaya. Karena sekarang, Jaehyun tengah tersenyum lembut dengan tatapan yang tak bisa didefinisi.

...* * * ...

Jungwoo menutup pintu kamarnya tanpa suara. Dia merenggangkan lehernya yang kaku, lalu mulai berjalan menuju tempat tidur yang masih acak-acakan kemudian duduk disana. Setelah beberapa detik yang sunyi, dia memegang rambutnya yang masih terasa hangat.

Jungwoo menghela nafasnya tidak mengerti. Jaehyun tadi tidak sedang menggodanya, kan?

Lalu, apa maksudnya bertanya tentang bunga kesukaannya lalu memperlakukannya seperti itu? Jungwoo bahkan baru pertama kali itu melihat Jaehyun tersenyum.

Jungwoo kemudian mengumpat. Dia paling benci berurusan dengan laki-laki yang pikirannya tidak mudah diselami seperti Jaehyun. Harusnya Ia sudah menjaga jarak sejak awal. Tapi,

"Jungwoo, aku bersyukur kau  masih hidup."

Suara terakhir Jaehyun ketika Jungwoo sudah akan masuk rumah terngiang lagi ditelinganya.

Ketika itu, Jaehyun tidak lagi sedang tersenyum seperti saat membelai rambutnya. Kali itu dia tampak serius. Dan mengingatnya membuat Jungwoo mengumpat lagi. Dia lalu menutupi mukanya dengan bantal.

Terserah! Ia tidak mau memikirkannya. Dia bisa-bisa jadi gila.

...* * *...

Sudah 30 menit sejak Jaehyun tiba dirumah nya setelah dia mengantar Jungwoo pulang. Dan sudah selama itu pula dia membongkar lemari tua yang tersimpan rapi digudang, mencari sesuatu.

Jaehyun mengangkat sudut bibirnya ketika matanya menemukan benda yang ia cari.

Kalung berliontin mawar. Indah jika ditimpa sinar lampu.

Kalau memang Kim Jungwoo adalah orangnya, dia akan memberikan kalung ini besok, dan menagih janji mereka dulu.

...TBC...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!