NovelToon NovelToon
Dewa Abadi Vs Dewa Perusak

Dewa Abadi Vs Dewa Perusak

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Menjalani hidup sebagai seorang dewa, mengharuskan Dewa Abadi berhadapan dengan berbagai macam masalah; masalah keluarga, percintaan, musuh yang menghalanginya menjadi yang terkuat, dan lain sebagainya.

Sampai suatu ketika Dewa Abadi harus melindungi seluruh alam semesta dari kehancuran. Menyelamatkan kehidupan di alam semesta dan harus menjadi beban bagi Dewa Abadi? Tidak perlu terpikirkan sebelumnya, dan juga bukan keinginannya.

Namun, keadaan yang memaksanya harus menyelamatkan alam semesta dari kekejaman Dewa Perusak dan Pasukan Omniverse.

Apakah Dewa Abadi sanggup menghadapi keganasan mahkluk-mahkluk super raksasa yang disebut Pasukan Omniverse, iblis bermata satu?

Ikuti kisah perjalanan terakhir Dewa Abadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kanibalisme.

Bab 22. Kanibalisme.

Wanita Suku Shiren Zu yang akan diintrogasi diketahui namanya adalah Bing Bingzu, keponakan dari pria yang dibunuh oleh Dewa Abadi. Ruangan rahasia ini milik pamannya yang diberikan untuk Bing Bingzu.

Sebelum Bing Bingzu mengutarakan keinginannya, Dewa Abadi diminta untuk keluar dari ruangan. Lao Yi menahan emosi karena Bing Bingzu sebagai tawanan seenaknya sendiri meminta sesuatu. Namun, Putri Mahatma yang berhati lembut memberikan kesempatan kepada Bing Bingzu untuk berbicara.

Di luar ruangan rahasia, Dewa Abadi berubah menjadi udara, lalu keluar dari lorong rahasia untuk melihat kehidupan sehari-hari Suku Shiren Zu di tengah badai ekstrim.

Ketika keluar dari lorong rahasia, Dewa Abadi melihat patung yang disembah oleh Suku Shiren Zu. Dia menduga jika patung ini adalah pemimpin suku. Di atas pintu lorong rahasia, dia melihat sebuah lambang mata satu.

"Apakah Suku Shiren Zu ada kaitannya dengan Omniverse?" Gumam Dewa Abadi.

Menurut pengetahuannya dan juga pengalaman selama ini, lambang mata satu dimiliki oleh Omniverse. Dari Omniverse Mata Satu melahirkan omni-omni lainnya.

Yang menjadi pertanyaan besar dibenaknya, apakah Dewa Perusak mengendalikan Omniverse Mata Satu atau sebaliknya?

Sewaktu reinkarnasi di Bumi, Dewa Abadi sering melihat lambang mata satu yang disematkan kepada iblis. Melalui mulut budak-budak di Bumi, iblis mengklaim bahwa mata satu adalah dirinya, dan angka 13 adalah kunci untuk menemuinya.

Siapa pun orang yang berhasil menemukan rahasia di angka 13 dan bertemu dengan iblis, maka segala keinginannya akan dikabulkan. Menjadi orang kaya, penguasa, dan dihormati hal mudah bagi sang iblis. Bahkan orang-orang yang melabeli dirinya sebagai orang suci taat kepada junjungan banyak yang mengikuti mata satu.

"Manusia bodoh!" Dewa Abadi geleng-geleng kepala mengingat kehidupan di Bumi yang begitu mudah diperalat oleh iblis.

Waktu itu, Dewa Abadi sering memberikan teguran kepada rekan-rekan bisnisnya, mereka bersekutu dengan iblis yang berkedok agamis, tetapi mereka justru mengganggap yang diyakininya adalah benar.

Untuk terakhir kalinya, Dewa Abadi berpesan kepada mereka agar terbuka mata hatinya, "kosongkan apa yang ada di pikiran, hati dan tutup matamu. Kau akan melihat segalanya!"

Semenjak itu, Dewa Abadi sebagai manusia biasa memilih hidup menyendiri, menikmati hidup sampai Yuna Aurora menjemputnya.

Dewa Abadi membuang kenangan masa lalu saat di Bumi, dia kembali melihat wajah patung itu yang terdapat goresan panjang dari kening hingga ke rahang.

Karena tidak tahu siapa patung itu, Dewa Abadi membalikkan badan dan melihat penduduk Suku Shiren Zu yang sedang beraktivitas. Dewa Abadi mendekati pemukiman mereka, dan tidak sedikitpun merasakan dinginnya salju yang menembus tubuhnya.

Dari arah depan, dua anak laki-laki sedang bermain kejar-kejaran. Kedua anak itu melewati tubuh Dewa Abadi yang menjadi udara dan tidak dirasakan mereka.

Ketika berada di depan rumah salah satu penduduk Suku Shiren Zu, dari arah kanannya seorang pria datang dengan tergesa-gesa, raut wajahnya terlihat senang.

"Binatang sudah berdatangan!" Teriakkan pria itu yang sangat keras.

Dewa Abadi melihat pria dan wanita Suku Shiren Zu keluar dari rumahnya membawa pentungan, kapak, dan sebagian membawa tombak berburu. Mereka terlihat bersemangat untuk berburu. Bahkan anak-anak mengikuti orang tuanya di belakang, membawa belati yang terbuat dari tulang.

Dewa Abadi yang penasaran mengikuti mereka yang berlari berkelompok menuju ke arah hutan, dan mereka tidak peduli dengan cuaca dingin. Setelah berada di hutan yang tertutupi oleh salju, mereka bersembunyi; menutupi tubuhnya dengan salju sebagai kamuflase untuk menyergap buruannya.

Anak-anak berada di jauh belakang orang-orang dewasa, mempelajari cara orang tuanya yang sedang berburu. Mereka terlihat antusias dalam perburuan ini.

Dewa Abadi berpikir jika yang mereka buru adalah binatang mistik. Tetapi, yang diburu bukanlah binatang, melainkan peserta kompetisi yang sedang naik ke tingkat lingkaran ketiga dengan kelompoknya.

Peserta kompetisi itu dengan hati-hati melangkah kaki di salju, mungkin khawatir ada jebakan yang tertutup salju. Mereka menjaga jarak, terpaut dua meter dari rekannya. Rekannya yang berada di barisan tengah mengambil tanaman unsur es, dan itu adalah Rumput Es Biru yang sangat langka.

Rumput Es Biru bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan, khususnya meningkatkan daya serang elemen es. Tanaman langka itu tumbuh saat cuaca dingin ekstrem seperti sekarang ini.

Tidak jauh dari kelompok peserta itu, Dewa Abadi melihat pohon yang menghasilkan buah unsur jiwa. Di Benua Kun Buah itu disebut dengan Buah Dao Warna Biru. Empat orang mendekati Buah Dao, ada 4 buah yang siap dipanen menggelantung di rantingnya.

Yang tidak mereka ketahui, Suku Shiren Zu telah mengepung mereka, bersembunyi di bawah salju sebelum mereka tiba. Melihat tanaman langka dan Buah Dao dibiarkan begitu saja oleh Suku Shiren Zu, Dewa Abadi berpikir jika tanaman dan buah itu digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian kultivator.

Tebakan Dewa Abadi benar. Ketika empat peserta kompetisi itu dekat dengan Buah Dao, penduduk Suku Shiren Zu perlahan keluar dari persembunyiannya, keluar dari timbunan salju. Mereka bergerak perlahan dan hati-hati, tidak sedikitpun mengeluarkan energi spiritual agar tidak dirasakan oleh target, mereka memegang erat senjatanya yang siap memukul kepala dan kaki buruannya.

Bukk... Bukk...

"Aduh... Aaahhh!!"

Dengan brutal penduduk Suku Shiren Zu memukul kepala, punggung dan kaki para peserta yang seketika berteriak kesakitan. Dengan tubuh berlumuran darah, para peserta melawan sergapan Suku Shiren Zu.

Kebrutalan mereka disaksikan oleh anak-anaknya yang tidak sedikit kasihan melihat kondisi peserta itu, mereka melihat darah mewarnai tebalnya salju, terlihat biasanya saja melihat darah segar.

Dalam waktu singkat, tiga peserta dilumpuhkan, dan dua belas peserta lain berhasil kabur, melarikan diri ke tingkat lingkaran kedua.

Peserta yang ditangkap masih hidup tapi dalam keadaan pingsan. Kedua kaki dan tangannya diikat dengan rantai energi, lalu diseret ke pemukiman. Anak-anak Suku Shiren Zu menghampiri orang tuanya, lalu dengan sadis menyayat ketiak para peserta yang semuanya adalah pria. Anak-anak itu tertawa puas karena berhasil melukai kultivator yang jauh lebih kuat darinya.

Menyaksikan dengan mata kepala sendiri, Dewa Abadi akhirnya tahu bahwa Suku Shiren Zu adalah manusia-manusia kanibal. Dari anak-anak hingga dewasa adalah pemakan daging kultivator yang sadis.

Tetapi, karena inilah kehidupan di dunia kultivator yang mana yang kuat bertahan, Dewa Abadi tidak berniat untuk menolong ketiga peserta itu. Tetapi, hati kecilnya tidak menghendakinya sebagai penonton saja. Suara hatinya meminta Dewa Abadi untuk menyelamatkan ketiga peserta itu.

Namun, Dewa Abadi tidak menghiraukan suara hatinya, dengan melayang mendekati Buah Dao Biru. Mengambil lima buah itu dan dimasukkan ke dalam cincin dimensinya. Tidak jauh dari lokasinya, dia melihat tiga pohon Buah Dao Warna Biru, setiap pohon ada tiga hingga lima Buah Dao Biru. Dewa Abadi mengambil semua buah itu, termasuk Rumput Es Biru yang masih bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan elemen.

"Hmmm...!!" Dewa Abadi menghela napas panjang karena suara hatinya semakin gencar memintanya untuk menyelamatkan mereka.

Dia melihat ke arah pemukiman penduduk Suku Shiren Zu saat mendengar suara teriakkan kesakitan dari ketiga peserta itu. Karena desakan suara hatinya, Dewa Abadi mengikuti hati kecilnya.

Dewa Abadi menghilang dari tempatnya, dan muncul di dekat pintu masuk ke lorong rahasia. Penduduk Suku Shiren Zu akan memutilasi korban di depan patung. Ketiga peserta itu diikat pada kayu palang berbentuk "T", kedua tangan diikat pada ujung palang, dan kedua kakinya dirapatkan dalam posisi terikat dengan rantai energi.

Pakaian mereka dilucuti. Lalu anak-anak diperintahkan oleh orang tuanya untuk belajar memutilasi korban. Dewa Abadi melihat tatapan keputusasaan di mata mereka. Ketiga peserta itu hanya bisa membentak, memaki-maki anak-anak itu agar tidak mendekatinya.

Namun, anak-anak dan semua penduduk Suku Shiren Zu menganggap teriakan dan bentakan korban adalah hiburan; mereka tertawa dan melemparkan korban dengan belati. Belati-belati yang dilemparkan ke korban ada yang meleset, dan sebagian menancap di tubuhnya.

Lao Yi dan Putri Mahatma muncul di samping Dewa Abadi, melihat kekejaman penduduk Suku Shiren Zu. Lao Yi tersenyum sinis melihat tiga peserta yang akan dimutilasi oleh anak-anak.

Bagi Lao Yi, tindakan mereka itu dianggap wajar, sebab semasa hidupnya dahulu lebih kejam daripada Suku Shiren Zu. Dewa Abadi mencolek hidung Lao Yi.

"Apakah Anda pernah merasakan kulit tersayat?" Tanya Dewa Abadi kepada Lao Yi, dia menggunakan komunikasi telepati.

"Mereka lemah, wajar saja jika harus menerima pesakitan!" Jawab Lao Yi.

Jawabannya membuat Dewa Abadi kecewa. Lalu dia berkata, "seandainya Anda di posisi Tian Mei Yin...."

Perkataan Dewa Abadi membuat senyum sinis Lao Yi hilang karena telah salah menjawab. Putri Mahatma yang kini tersenyum karena perkataan suaminya yang halus ini bentuk dari teguran untuk Lao Yi.

"Maaf!" Ucap Lao Yi dengan penyesalan.

"Tidak perlu berkata maaf. Seseorang perlu melakukan kesalahan agar belajar!" Kata Dewa Abadi dengan bijak. Lalu dia melihat Putri Mahatma dan bertanya, "di mana wanita itu? Apa yang dia inginkan?"

Putri Mahatma tidak segera menjawab karena melihat anak-anak itu akan memotong alat kelamin ketiga korban itu. Dengan melambaikan tangan kanannya, angin berhembus kencang ke arah anak-anak itu.

Angin mendorong anak-anak itu dengan lembut, menjauhkan mereka dari korban. Anak-anak keheranan dengan melihat sekelilingnya, tapi tidak menemukan orang yang mendorong tubuhnya.

Kemudian, angin berhembus ke arah ketiga peserta itu. Penduduk Suku Shiren Zu melihat rantai energi menghilang dan ketiga peserta itu segera melarikan diri. Penduduk Suku Shiren Zu mengejar buruannya yang kabur, dan anak-anak mengikuti dengan tertawa.

"Ayo masuk ke dalam!" Ajakan Putri Mahatma.

Dewa Abadi dan kedua istrinya kembali masuk ke lorong rahasia untuk menemui Bing Bingzu...

1
Joni Anwar
lanjut thir
Anton Setianto
lanjut kah?
John de Joenk
hajarr teruss shimoo
Antho Seven
nanggung
Ahmad Mulyana
laah ini kemana author nye yech
butiran debu
ok
herry bjb
bahasa inggrisnya bikin gak sedap untuk di baca,gak cocok sama nama tokoh
herry bjb
kau.kamu,mu.....bukan semua jadi kau
Sianying
lanjut up thor
zian
mantap 👍👍👍👍👍👍
Manthou Hermanto
mantap. lanjutkan thor
Rhakean Djati
pelajaran apa lagi Thor ?
Rhakean Djati
sama² psikopet kayak suamine.
mcgregor
kok lama bos q kelanjutannya?
Rhakean Djati
murid durhako. guru sendiri dikerjain.heheee
Rhakean Djati
bareng Ama kredit panci yaa ? hahaa
Qing shan
🙏🙏🙏
Qing shan
🤩🤩🤩
Sianying
bagus thor
Qing shan
🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!