Caca…
Mahasiswi baru di kampus pertanian yg mendadak jadi pusat perhatian cowo-cowo di kampusnya dari mulai teman seangkatan hingga para seniornya, gegara maen basketnya yg jago.
Namun karna hal itu juga beberapa senior cewe tidak menyukainya hingga ada yg berusaha mencelakainya. Kesialan Caca pun datang bertubi-tubi. Inginnya Caca pindah kampus.
Tapi dia juga masuk kampus itu karena eyang tercintanya sudah menjodohkan dia dengan seseorang yg juga berkuliah disana.
Kira-kira siapa yaa jodoh Caca? Akankah Caca mencintainya? Atau membatalkan perjodohannya?
Ikutin kisahnya yuk readers… Happy reading!💙
Updatenya hampir setiap hari lho…☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di toilet
Sambil mengeringkan bajunya, Caca pun sambil berpikir apa maksud kelakuan Monica sampai sejauh ini?
Caca tak habis pikir, ketemu pun baru beberapa kali tapi Monica seperti orang yg telah menaruh dendam padanya.
Lagi-lagi Caca memutar otaknya, hingga pertanyaan itu pun kembali muncul.
“Gw salah apa?” batinnya.
Masalah yg disebabkan oleh Siska belum terjawab apa penyebabnya. Kini sudah ada masalah baru dengan orang yg berbeda. Benar-benar sial nasibnya masuk kampus ini!
Sesungguhnya Caca ingin berkuliah di bidang desaigner. Selain basket, menggambar adalah salah satu hobinya juga. Namun eyang dan mamihnya yg memaksa dia harus masuk fakultas ini.
Selain untuk bertemu jodohnya, Caca juga harus melanjutkan penelitian yg eyang dan mamihnya kerjakan dulu. Karena itu ada hubungannya dengan masa depan keluarga Caca yg memang bergerak di industri pertanian dan tanaman hias.
Sebagai pewaris tentunya Caca harus memahami seluk beluk pertanian dan tanaman-tanaman yg berhubungan dengan perusahaan keluarganya. Jangan sampai usaha yg telah sukses dirintis dari nenek buyutnya ini tak ada penerusnya.
Cukup lama Evan menunggu Caca di depan toilet. Sampai-sampai Dodo dan Dustin pun datang menyusul mereka.
“Mana si Caca?” tanya Dodo.
“Noh, masih di dalem!” jawab Evan sembari mengangkat dagunya ke arah toilet.
“Ngapain? Lama amat!”
“Gw sih suruh dia ganti baju pake kemeja gw, tp daritadi blum keluar juga.”
“Gw duluan ke kelas ah.. biar bisa ketemuan dulu sm my bebeb sebelum masuk.” Dustin menimpali sambil melangkah pergi.
“Disana td gmn Do setelah gw bawa Caca pergi?”
“Tuh cewe cm sempet ngobrol sm Dafin nanyain tentang si Caca. Trus pake bawa nama Barra gtuh yg katanya ga kenal sm si Caca. Kayaknya Barra ngambek namanya dibawa-bawa, dia melengos pergi. Trus mereka bubarr!”
Caca yg udah denger suara Dodo diluaran sana segera merapihkan bajunya. Dan keluar dengan menenteng kemeja Evan.
“Kok ga dipake?” Evan keheranan melihat Caca yg menenteng kemejanya.
“Udah kering ini juga. Tadi gw keringin pake mesin pengering tangan.” sahut Caca dengan senyum lebar.
“Pantesan lamaaa… Gw kira pingsan!” Evan pun terkekeh dengan kelakuan Caca yg emang suka diluar nalar juga.
“Sial bner nasib lu Ca! Baru juga lepas perban udah ada ajaa lagi masalah!” Dodo berempati dengan wajah yg mengiba.
“Hooh nih,, kayanya gw ga cocok kuliah disini… Mentang-mentang bukan kepengen gw kuliah disini jadinya kaya gini deh! Kayanya udah bakal bagus klo gw pindah kuliah.”
“Jangan!” sergah Evan yg mengagetkan Dodo dan Caca.
“Daripada lu pindah kuliah terus mesti adaptasi lagi dan belum tentu juga aman, mening kita cari tau kira-kira apa penyebab kesialan lu.. Dan gw rasa gw tau penyebabnya” Evan melanjutkan bicaranya.
“Wah, emang gegara apa Van? Gw kira Caca cm lg apes doang..” Dodo jadi penasaran dengan segala peristiwa yg terjadi kepada Caca.
“Yg jelas mulai sekarang lu mesti deket-deket gw Ca.. Gw yakin ga bakalan ada cewe-cewe rese yg gangguin lu lagi!” sahut Evan dengan wajah penuh senyuman lebar kaya orang abis menang lomba.
“Yeee… modus lu mah!” kesal Dodo sambil menoyor kepala Evan. “Gw udah serius juga dengerin lu, sath ah!”
Evan malah cekikikan puas melihat Dodo yg udah kepo banget berakhir kecewa.
Sementara Caca masih dengan pikirannya sendiri yg begitu penuh. Memang Caca akui sepertinya peristiwa yg terjadi akhir2 ini ada penyebabnya bukan kecelakaan biasa.
Seperti yg dilakukan Siska sangat disengaja sekali dan semua orang bisa melihat itu. Pun begitu dengan yg dilakukan Monica di kantin tadi.
Caca juga sebenernya bukan tipe cewe yg lempeng-lempeng amat. Sedikitnya dia pun memikirkan situasi dan kondisi dengan apa yg terjadi di kehidupannya. Hanya saja untuk hal yg satu ini sedikit rancu.
Klo mau dibilang penyebabnya Barra, mungkin cewe-cewe itu marah kepadanya karena sirik, iri, dan cemburu, rasanya sungguh diluar nalar.
Caca tidak sedekat itu dengan Barra, dia baru mengenal Barra 5hari yg lalu. Dan dia baru bertemu Monica 3hari yg lalu. Apalagi dengan Siska yg hanya baru ditemuinya saat kumpul exkul basket.
Apa begini yaa zaman sekarang, mentang-mentang serba cepat sampai-sampai benci sama orang lain pun bisa dalam waktu singkat. Udah gtuh pada nekat lagi pengen nyelakain orang yg dibencinya.
Hi… naudzubillah,, semoga Caca tidak seperti mereka… pintanya dalam hati.
Mereka bertiga pun segera menyusul Dafin yg pergi duluan menuju kelas.
**
karena berantem juga butuh energi...
masih ingat aja si Caca, keras kalii si bara megangnya 🤭