Broken

" Damned...." rutuk Diego dalam hati ketika melihat Bella duduk bersandar di sofa ruang depan sambil memejamkan matanya. Yang dia lihat sekarang adalah Bella seakan sedang mengundang dirinya untuk segera menyentuhnya. Masih segar dalam ingatannya betapa manisnya bibir kemerahan itu. Ya, otaknya memang selalu tak waras jika sedang berada di dekat gadis itu.

Dan tanpa pria itu sadari saat ini dirinya sudah berada dalam posisi setengah berdiri dengan satu tangan menyangga pada sandaran sofa. Tubuh Diego sudah berada tepat diatas Bella dengan satu tangannya membingkai wajah cantik itu.

Entah apa yang merasukinya, tak ia dengarkan segala sumpah serapah ataupun ancaman yang keluar dari bibir kemerahan yang sudah membuatnya menggila itu. Dan sayangnya perlawanan dari gadis dibawahnya semakin membuatnya menggebu, bahkan ketika tangan Bella menekan dengan keras luka di punggungnya. Diego tak peduli! Dia terlalu menikmati bibir yang sepertinya sempat membalas setiap cecapannya.

" Awwwsshhhh ..." desisnya kesakitan tanpa mau melepaskan tautan bibir mereka. Punggungnya terasa terbakar ketika tangan mungil itu semakin menekannya.Tapi sesaat kemudian Diego reflek melepaskan ciumannya. Dipandanginya wajah cantik dengan nafas tersengal yang memandangnya dengan sebal itu. Tiba tiba saja dia teringat dengan sebuah nama, Aishe Bellani S! Sebuah nama yang tertera di akta pernikahannya.

Sekarang ini dia sedang merasa menjadi pria berengsek yang selingkuh dari pasangannya. Walau hanya pernikahan di atas kertas tapi tak seharusnya ia berbuat seperti ini. Mungkin jika kakeknya sudah menikah ia bisa segera mengajukan perceraiannya.

PLAKKKKK...

Sebuah tamparan mendarat dengan manis di pipinya, tapi Diego hanya diam karena menyadari kesalahannya. Bella pantas menamparnya!

"Minggir!!!" ketus Bella mendorong tubuh kekar yang masih ada diatasnya. Sepertinya virus gila pria itu sudah menular padanya karena diapun nyaris menyambut ciuman panas yang barusan terjadi. Gadis itu melangkah menuju kamar yang berada tak jauh dari area dapur. Kamar yang ditunjuk Diego khusus untuknya.

"Jangan berpikir macam macam! Tadi kaulah yang menggodaku. Dan kau membalas ciumanku! Sudah aku katakan jika aku tidak akan tertarik padamu. Aku sudah menikah"

"Terserah!!" seru Bella dengan terus berjalan tanpa sedikitpun menoleh lawan bicaranya. Yang ia inginkan hanyalah membersihkan diri dan kemudian tertidur. Berharap semua yang terjadi hanyalah sebuah mimpi buruk untuknya.

CEKLEKKK...

Bella melihat setiap sudut kamar yang baru saja ia masuki. Kamar kecil bernuansa putih yang terlihat rapi dan bersih. Hanya ada dua benda didalam kamar, sebuah ranjang dengan ukuran kecil dan satu buah lemari kayu tempat menyimpan pakaian.

Setelah menutup pintu Bella segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang , mungkin karena lelah tak lama kemudian dirinya langsung tertidur. Beruntung kamar kecil ini tak punya jendela hingga hawa dingin perbukitan tak mengganggu istirahatnya .

Sangat berbeda dengan apa yang dialami Diego. Pria itu masih saja duduk di sofa ruang depan, sepertinya sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.

"Kita tidak merebut apapun, Tuan Raj sendiri yang meminta kita menjadi pemasok senjata untuk negaranya! Aku rasa kau bisa menangani Gilgado dengan sangat baik. Jika perlu besok bawa orang orang terbaik kita! Akan menyenangkan jika kita meratakan markasnya di negara asalnya. Rasanya sudah lama sekali kita berdiam diri!" kata Diego dengan seringai di bibirnya.

Sejak menerima tampu kekuasaan dari kakeknya ia benar benar berusaha membawa nama Rathore menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di dunia putih dan hitam. Beruntung dia mempunyai sahabat seperti Dev yang sangat bisa ia andalkan. Hingga akhirnya dirinya benar benar menjadi seseorang yang disegani oleh dunia bawah.

"Tapi Tuan Gilgado bukan pria bodoh, dia mempunyai hubungan baik dengan tuan Ammar. Dan kemungkinan besar dia akan minta pertolongan pada Tuan Besar. Gilgado tahu jika anda tidak akan pernah menentang perintah kakek anda!"

"Jadi kita harus bergerak dengan cepat, jangan sampai kakek tahu! Aku yakin dia akan mengerti!" sahut Diego.

"Saya sudah sweeping tempat sebelum pertemuan, dan sengaja saya adakan di kafe kecil agar tak menarik perhatian. Tapi sepertinya kita kecolongan, maaf... " ujar Dev dengan nada suara penuh penyesalan.

"Satu lagi Tuan, maaf ...tadi terpaksa saya kirim beberapa orang ke titik dimana anda berada saat ini. Salah satu pelayan di kafe pagi tadi mengatakan jika di bayar untuk meletakkan penyadap di balik bajunya!". Sudah sering Dev meminta Diego untuk mengikuti protokol keamanan yang sudah seharusnya diterimanya. Tapi tuan mudanya selalu berkeras, dia merasa tak butuh perlindungan karena bagaimanapun tak ada awam yang akan mengenalnya sebagai pengusaha kaya raya. Hanya segelintir orang yang tahu keberadaan sekaligus posisinya.

Dahi Diego berkerut, tapi dia kemudian ingat jika memang ada seorang pelayan yang betah berlama lama di mejanya dengan alasan ingin memberikan pelayanan terbaik. Setelah selesai pun pria itu tetap saja berkeliaran disekitarnya dengan alasan melayani pelanggan yang datang .

"Ckk, jangan kirim terlalu banyak orang atau villaku akan menjadi pusat perhatian orang!"

"Lebih banyak orang maka lebih baik, saya rasa akan terlalu merepotkan anda harus melindungi gadis tadi sendirian! Tangan anda sedang terluka!"

Diego menutup sambungan teleponnya, berkali kali ia menghembuskan nafas dalam dalam. Ada rasa kesal ketika momen 'hanya berdua' dengan Bella harus diganggu dengan kedatangan orang orangnya. Padahal.is nekat pergi ke villa ini dengan keadaan terluka hanya agar bisa hidup tenang selama beberapa hari ke depan.

Banyak hal yang terjadi akhir akhir ini. Pernikahan dadakannya yang hanya dijadikan alat kakeknya untuk memuluskan rencana pernikahannya sendiri dengan seorang daun muda. Pria yang selama ini menjadi panutannya ternyata mampu mengorbankan dirinya hanya untuk kebahagiaan pria itu sendiri.

DORRRR...

PRANNGGGG ...

Dan sebuah umpatan meluncur begitu saja ketika tiba tiba suasana menjadi sangat gelap setelah terdengar suara sebuah tembakan yang memecah kabar jendela ruang depan! Sepertinya apa yang dikatakan Dev menjadi kenyataan, jika ada orang yang sedang mengincar nyawanya.